Lontar.id –
Saat ini jagat maya ramai dengan postingan #10YearChallenge, terutama pada
platform media sosial, instagram. Tagar ini telah mencapai puluhan juta
pemosting.
Sesuai namanya, 10YearsChallenge menuntut warganet membuat kolase foto yang menunjukkan perbandingan perubahan wajah 10 tahun yang lalu. Tidak cukup beberapa jam, tantangan ini menjadi viral.
Postingan tagar ini tentu menjadi sesuatu yang lucu sekaligus menyenangkan untuk dilakukan. Memposting foto 10 tahun yang lalu sama dengan mengenang kembali memori-memori yang telah lalu, atau dalam istilah Cultural Studiesnya disebut Recall Memory.
Memori setiap orang jelas berbeda-beda. Ada yang mampu bernostalgia dengan foto 10 tahun yang lalu, beberapa orang barangkali hanya bisa mengenang dan berefleksi karena masa lalu tidak bisa menjadi bahan nostalgia namun justru membangkitkan ingatan-ingatan buruk.
Menyaksikan ribuan foto #10YearsChallenge justru membuat saya membayangkan apa yang akan terjadi pada bangsa kita 10 tahun mendatang. Imaji itu hadir saat melihat bencana alam yang berulang kali terjadi selama beberapa tahun belakangan.
Kita bahkan membuka tahun ini dengan hajat alam yang sudah tak biasa lagi. Sunami, banjir, dan longsor di mana-mana. Dari pulau Jawa, Sumatera, hingga Sulawesi.
Apa yang akan terjadi pada bangsa ini 10 tahun mendatang? Alam telah dieksploitasi habis-habisan. Hutan dibakar dan lahan pertanian bertransformasi menjadi pabrik semen dan marmer. Gunung anak krakatau telah erupsi berulang kali.
Baca Juga: Manusia Bukan Korban Bencana Alam tapi Pelaku Bencana Alam
Pantai direklamasi untuk pembangunan infrasutruktur berkelas international. Petani dan nelayan dirampas tempat hidup dan mata pencariannya.
Kita barangkali lupa jika alam bisa saja meledakkan murkanya, bahkan dalam waktu sebelum 10 tahun.
Pemerintah seolah tutup buku melihat eksploitasi pantai yang dilakukan investor demi menunjang hidup yang modern. Kita abai mendengar suara rakyat yang telah berpuluh-puluh tahun menggantungkan hidupnya sebagai nelayan.
Saya mengambil contoh pembangunan reklamasi yang ada di Sulawesi Selatan tepatnya di pantai losari. Sebagai bahan tambahan silakan googling sendiri wilayah-wilayah pesisir apa saja yang menjadi target atau telah dijadikan proyek reklamasi.
Kini, pantai losari telah melahirkan raksasa baru, dan akan segera melahirkan raksasa-raksasa yang lain.
Masyarakat susah menolak dan lembaga-lembaga ataupun komunitas perlindungan alam tidak bisa berbuat apa-apa setelah sengketa tersebut dimenangkan pihak pemerintah di persidangan. Pengerukan secara terus-menerus yang dilakukan untuk proyek reklamasi sama saja dengan pencurian wilayah pesisir.
Pembangunan Center Point of Indonesia (CPI), Sulawesi Selatan yang pernah diperkarakan Wahana Lingkungan Hidup (WALHI) sepertinya telah mencapai titik akhir.
Masyarakat harus ikhlas dan menerima jika Sulawesi Selatan yang terkenal dengan wilayah pesisirnya akan kehilangan marwah ekologisnya. Indonesia yang disebut tanah air telah menjadi tanah semen. Dan mungkin 10 tahun lagi, kita bahkan akan kehilangan tanah.
Jika hari ini saja, alam telah menunjukkan tanda-tanda yang buruk. Lalu, bagaimana dengan dua tahun, lima tahun, dan sepuluh tahun kemudian? Apakah Indonesia hanya akan tinggal nama?