Lontar.id – Film Madway yang disutradarai Roland Emmerich, berhasil mengangkat kembali sekelumit kisah nyata, perang dunia ke-II antara Jepang dan Amerika Serikat (AS). Perang ini berlangsung pada tahun 1941-1942 di pimpin oleh Laksamana Isoroku Yamamoto.
Jepang ingin menguasai Pulau Madway sebagai salah satu pulau strategis di Pasifik Timur. Agar Jepang semakin memperluas wilayah pertahanan.
Jepang ingin memperluas wilayah kekuasaan, guna mendirikan lingkungan kemakmuran di Asia Timur dan mengakhiri perang Pasifik. Selain itu, Jepang juga ingin membangun negosiasi agar menguntungkan kekaisaran Jepang.
Peperangan berlangsung dengan sengit, saling balas serangan menggunakan pesawat tempur dan kapal induk, kerap terlihat memuntahkan amunisinya. Jepang mengutamakan kekuatan kapal induk, namun tak mampu menghadang serangan pesawat tempur AS yang membawa hulu ledak dan menghancurkan kapal Jepang.
Seketika kapal-kapal perang Jepang hancur karena mendapat perlawanan yang tidak diprediksi. AS mampu menghadang serangan Jepang melalui kekuatan udara dan menghancurkan empat kapal induk Jepang.
Admiral Edwin Layton (Patrick Wilson) seorang intelijen AS, berhasil memecahkan kode komunikasi Jepang dan mengetahui serangan akan tertuju di Pulau Madway. Wilson lalu melaporkan kepada Laksamana Chester W Nimitz (Woody Harrelson).
Informasi intelijen itu sempat diragukan Laksamana Nimitz, namun Wilson tetap berusaha meyakinkannya dengan memberikan sejumlah potongan informasi yang berhasil dipecahkan melalui kode ‘FA’. Kode ini merujuk pada Pulau Madway.
Setelah mendapatkan kepastian, bahwa Jepang benar-benar menyerbu Pulau Madway, Laksamana Nimitz membuat strategi penyergapan yang bikin Jepang kalang kabut.
Dick Best yang diperankan Ed Skrein, memimpin operasi angkatan udara dan berhasil menghancurkan kapal induk Jepang.
Aksi-aksi heroik Dick Best di atas pesawat, meskipun kadang tampil sebagai tokoh yang sering malawan perintah. Namun kemampuan terbang dan manuvernya di atas udara, justru mendapatkan sambutan hangat dari rekan-rekannya.
Serangan di Pulau Madway ini juga, merupakan lanjutan dari serangan Jepang atas angkatan militer AS di Pelabuhan Pearl Harbor pada 1941. Jepang menang mutlak, banyak kapal AS hancur lebur dan tenggelam di laut. Peristiwa ini mengakibatkan banyak korban berjatuhan dari pihak AS.
AS saat itu masih belum siap sepenuhnya untuk menghadapi kekuatan laut Jepang, karena kapal induk AS masih memerlukan waktu berbulan-bulan untuk diperbaiki. Praktis, AS hanya mengandalkan kapal induk angkatan laut Hornet kelas-Yorktown yang masih tersisa.
Strategi yang jitu disusun Laksamana Nimitz melalui laporan Wilson. AS berhasil mengecoh Jepang agar memancing masuk ke dalam jebakan, kemudian dilakukan penyergapan sebelum empat kapal induk Jepang sampai di Pulau Madway.
Kemenangan besar dialami AS, Jepang terpaksa mundur karena tak mampu menghadang serangan bertubi-tubi. Di tambah juga dengan semakin meningkatnya kemampuan AS di sektor Alutsista yang tak dapat ditandingi oleh Jepang.
Kesalahan Jepang sebenarnya, memancing AS terlibat dalam perang dunia ke-II. AS saat itu mengambil posisi netral dan tidak berpihak kemana pun. Tetapi Jepang tidak terima sikap netral AS lalu mengobarkan perang.
Di saat bersamaan, Jepang sedang menginvasi Wilayah Tiongkok dan AS punya posisi strategis menguasai Pasifik Timur dan dianggap sebagai salah satu ancaman nyata.
Tentu harapan Jepang menyerang AS, karena ingin meminimalisir ancaman dan ambisi Jepang memperluas wilayah kekuasaan. Namun tak disadari, melalui serangan pertama kali di Pearl Harbor, Jepang sebenarnya sedang membangunkan macan.
Secara keseluruhan Film Madway yang berdurasi 2 jam 18 menit ini, sangat menegangkan. Skoring musik cukup mendukung mengikuti setiap adegan dan luapan emosi para aktor. Pada akhirnya, penonton berhasil dibawa ke suatu kejadian nyata, betapa perang sangat mengerikan.
Korban berjatuhan di mana-mana dan para istri harus menunggu kabar, apakah suaminya selamat atau tewas dalam perang mengerikan itu.
Editor: Ais Al-Jum’ah