Lontar.id – Lebih dari selusin orang tewas dalam serangan Boko Haram di sebuah desa nelayan di Chad barat pada hari Selasa (17/12/2019).
“Ada 14 tewas, lima luka-luka dan 13 hilang dalam serangan itu” di dekat desa Kaiga di tepi Danau Chad, Imouya Souabebe, prefek wilayah itu, mengatakan kepada kantor berita AFP, Rabu (18/12/2019).
Kaiga terletak di rawa di wilayah terpencil yang luas, tempat perbatasan empat negara – Kamerun, Chad, Nigeria, dan Nigeria.
Desa itu terletak sekitar 60 km (35 mil) dari perbatasan dengan timur laut Nigeria, merupakan batu loncatan untuk Boko Haram dan penculikan di negara-negara tetangga.
“Kami tahu bahwa selalu ada elemen Boko Haram yang bergerak di sekitar daerah (perbatasan), sehingga mereka berada di belakang serangan ini,” kata Souabebe, seperti dilansir Aljazeera.
“Para penyerang pertama-tama datang dalam kelompok kecil dan kemudian membawa bala bantuan untuk menyerang para nelayan,” tambahnya.
Gubernur wilayah itu, Noki Charfadine, mengatakan, korban tewas sedikitnya ada sembilan orang.
Dia mengatakan serangan itu terjadi di “zona merah, tempat yang dilarang untuk menangkap ikan”.
Boko Haram meluncurkan serangan bersenjatanya di timur laut Nigeria pada 2009, menewaskan puluhan ribu orang dan menyebabkan jutaan orang mengungsi.
Penyebaran kekerasan ke Chad, Kamerun dan Nigeria telah mendorong pembentukan koalisi militer regional, pasukan G5 Sahel, untuk melawan kelompok bersenjata.
Presiden Prancis Emmanuel Macron baru-baru ini menunda pertemuan puncak yang berfokus pada operasi militer Perancis di wilayah Sahel. Penundaan dilakukan hingga awal tahun depan, setelah pejuang pemberontak menewaskan sedikitnya 71 tentara di Nigeria pekan lalu.
KTT itu awalnya dijadwalkan pada 16 Desember di kota selatan Perancis, Pau, dan akan diikuti kepala negara Mali, Burkina Faso, Chad, Niger, dan Mauritania.
Perancis memiliki kekuatan 4.500 orang yang dijuluki Barkhane mendukung lima negara yang berperang melawan kelompok bersenjata itu.