Adnan begitu menggilai AC Milan. Anganya terbang ke Eropa menyaksikan I Rossoneri berlaga di San Siro, Italia, sangat diimpikannya. Harapan itu masih dia pendam. Karena fantasinya itu, Adnan menciptakan San Siro nya sendiri di Makassar.
Makassar, Lontar.id – Jangan harap pijakan kaki kalian merasakan rumput empuk berstandar internasional. Juga bench pemain dengan logo AC Milan. Saya memang sudah tiba di San Siro. Namun bukan di lokasi tempat Gonzalo Higuan Cs menjamu tamunya berlaga. Tak ada atmosfer suporter. Pun tribun penonton juga tak ada.
Namun saya tetap senang. Bisa menyaksikan anak-anak kecil berlaga. Menggocek si kulit bundar dengan seriusnya. Layaknya di laga resmi. Ya, inilah San Siro Makassar. Lapangan yang viral di jagad media sosial.
San Siro Makassar hanyalah sebidang tanah milik warga yang kerap digunakan acara 17-an. Di hari-hari lain, lapangan itu menjadi tempat anak kecil mengembangkan kemampuan mengolah bolanya. Beruntung saya tiba di lokasi saat cuaca sedang bagus. Sebab kalau hujan lapangan yang tak ditumbuhi rumput itu akan licin dan sedikit berlumpur.
Hari itu, Rabu, 9 Januari, 2019. Saya memilih duduk di pos kecil yang digunakan anak-anak lain yang belum dapat giliran main bola. Saya berbaur dengan mereka sambil bercengkrama. Mereka menyambut saya dengan senyum merekah di wajah. Sebuah keramahan yang memecahkan asing diantara kami.
Saya pun membuka perbincangan dengan Rama. Anak lelaki itu riang sekali saat bercerita awal mula tulisan San Siro itu melekat di tembok bata di dekat tiang gawang. Dari Rama pula saya mengetahui San Siro adalah hasil goresan tangan temannya yang sangat mengidolakan klub AC Milan.”Temanku tulis ini kak. Setelah acara 17-an tahun lalu. Makanya tulisan San Siro di tembok itu sangat mencolok. Karena masih baru,” kata Rama yang sore itu mengenakan kaos abu-abu.
Yang menulis kata San Siro itu juga itu tinggal pas bersebelahan dengan lapangan tersebut. Adnan Fathurrahman, itulah nama yang disebut Rama sebagai pencipta Lapangan San Siro Makassar. Rama kemudian pamit sebentar kepada saya untuk memanggil Adnan. Tapi nihil, ternyata orang yang dimaksud sedang tidak berada di rumah.
Setengah jam berada di pos lapangan San Siro, saya sudah dikelilingi oleh anak-anak kecil yang beristirahat melepas lelah sejenak usai menendang dan mengoper bola. Saya diajak bercanda, sambil sesekali ditanyai juga oleh mereka. Pertanyaan-pertanyaan lucu anak kecil. Lalu saat kami masih larut pada keceriaan, tiba-tiba salah seorang anak berteriak dan menunjuk ke arah seorang pemuda berbaju hitam dengan topi bertahta di kepala yang sedang menunggangi sepeda.
Baca Juga: Dua Wajah Pelatih Tokcer di PSM Makassar
“Itu sana kak Adnan kak. Itumi yang tulis ini San Siro.” saya tidak sempat lagi memperhatikan siapa yang memberi informasi itu ke saya. Sebab mata saya sudah lebih dulu tertuju pada sosok yang dia maksud.
Adnan Fathurrahman, anak kedua dari lima bersaudara ini adalah pribadi yang sederhana. Setelah saya memperkenalkan diri dan meminta izin untuk berbincang, ia pun langsung menyanggupi dan bergabung bersama kami di pos. Dikelilingi anak-anak kecil, Adnan bercerita tentang lapangan San Siro yang sebenarnya ia peruntukkan bagi anak-anak di kompleks perumahan tersebut.
“Di perkotaan seperti ini harusnya banyak disediakan lapangan bola seperti ini kak, biar anak-anak tidak rusak dari kecil, karena lem atau kegiatan negatif lainnya. Kenapa bisa begitu? Ya karena tidak ada tempatnya bermain. Tidak ada tempatnya salurkan jiwa kanak-kanaknya,” paparnya kepada saya.
Adnan, atau lebih suka dipanggil Aklep ini ternyata dulunya juga adalah seorang pemain sepak bola. Sejak masih duduk di bangku sekolah dasar, kelas 5, Aklep sudah bergabung dengan beberapa Sekolah Sepak Bola (SSB) Makassar. SSB Anyelir, SSB Telkom, dan SSB Bina Marga adalah klub yang pernah dibela Aklep.
Hingga Aklep tiba pada kondisi harus memilih antara sekolah bola dan sekolah pada umumnya. Ia memang sempat ada niat untuk berhenti mengenyam pendidikan di sekolah umum, namun dilarang. Akhirnya membuat ia harus gantung sepatu dan mengubur cita-citanya.
Saat saya bertanya kenapa harus San Siro yang ia tuliskan di tembok tersebut, Aklep sambil tertawa ringan menjawab, “Karena AC Milan klub favoritku toh kak. Sama sebenarnya mimpiku itu mau sekalika ke sana. Tapi, ya tidak bisa, jadinya bikinma San Siroku sendiri.”
Tapi siapa sangka, saat mencoba untuk semakin menggali informasi soal awal mula adanya lapangan viral tersebut, saya sampai pada sebuah kesedihan ketika Aklep dan anak-anak yang bersama saya mengatakan bahwa tanah tempat mereka bermain sepak bola adalah tanah milik seorang warga yang kapan saja bisa dijual atau digunakan untuk mendirikan bangunan.
“Iye, jadi di sini dulu sebenarnya ada rumah kak, pas sampingnya ini pos. Di sini di tiang kawang yang berdiri ini, sama ada banyak bonsai di depannya. Tapi pindahmi itu rumah, karena bukan tanahnya,” kenang Aklep.
“Terus pas mau acara 17an kemarin, tanah kosong ini kita coba sulap jadi lapangan. Jadinya inimi yang dibelikan timbunan. Rame-rame anak anak timbun di sini sampai jadi begini, baru lewat 17 Agustus, saya tulisimi San Siro,” tambahnya.
Sore sudah hampir habis, anak-anak pun sebentar lagi pulang ke rumah masing-masing. Saya pun pamit kepada Aklep dan anak-anak lainnya. Sebelum meninggalkan San Siro dan cerita dibaliknya, tidak lupa saya mengabadikan foto bersama Aklep dan para pemain bola kampung Masale 2. Abadilah kalian di mata dunia.
Baca Juga: MotoGP Itu Rossi, Rossi Itu MotoGP
Viral hingga di Italia
Lapangan San Siro Makassar lokasinya tepat di jalan Masale 2, Tamamaung, Kecamatan Panakukkang, Makassar. Lapangan yang mendapat perhatian dunia lantaran viral di media sosial ini dijepret pertama kali oleh Muhammad Nurdin, seorang pengusaha di bidang produksi kaos sepak bola yang juga memiliki ketertarikan pada fotografi.
Foto yang berhasil diabadikan melalui mata lensa kamera tersebut kemudian ia unggah melalui akun instagram miliknya, @Pachemindstore, pada 28 Desember 2018.
Foto anak kecil di atas lapangan berlatar tulisan San Siro itu ternyata menggelitik sebuah akun media sepak bola internasional, @433, untuk mengunggah kembali foto milik @Pachemindstore, pada 5 Januari 2019.
Disaksikan jutaan mata penggemar sepak bola di seluruh dunia, San Siro Makassar berhasil menjadi perbincangan hangat. Bahkan memperoleh tanda “love’ dari akun twitter pemain muda AC Milan sendiri, Davide Calabria, pada sebuah akun yang mengunggah foto viral tersebut.
Penulis: Mifta Aulia