Kalau bukan Jokowi lagi, maka Prabowo yang menjadi pemimpin bangsa selanjutnya. Tidak ada lagi pilihan dari keduanya. Di debat perdana, apa kesan kalian dari aksi para calon presiden itu?
Jakarta, Lontar.id – Ira Koesno dan Imam Priyono mempersilakan kedua pasangan kandidat naik ke panggung. Aplaus pun bergemuruh saat Joko Widodo-Ma’ruf Amin dan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno melangkah ke panggung.
Jokowi, sang petahana harus unjuk kecakapan di hadapan jutaan pasang mata. Dia sejenak mesti melepas status presiden RI yang masih disandang kini. Di atas panggung, Jokowi hanyalah anak bangsa yang berhasrat kembali menyatukan kepercayaan rakyat.
Bahwasanya, dia pantas kembali terpilih. Ujian kepantasan jebolan wali kota Solo itu mendapat hadangan berat dari Prabowo. Tak ada pilihan selain fight.
Prabowo juga tak ingin menyia-nyiakan moment ini. Debat perdana semestinya menjadi ajang “memojokkan” Jokowi. Lewat kisi-kisi soal debat, isi kepala Prabowo seharusnya sudah dipenuhi kosa kata yang sisa dirangkai untuk menyerang maupun bertahan.
Baca Juga: Gantung Diri: Dosa Jokowi dan Jualan Prabowo
Tetapi, alangkah disayangkan, debat perdana tak seheroik yang dibayangkan. Tema yang menjadi pembahasan justru tak membuat kedua calon menyisakan makna berkesan di hati rakyat. Andai Ir Soekarno masih hidup mungkin ini yang diungkapkan. “Masih belum.”
Salah satu tokoh pendiri PAN, Amien Rais juga dibuat kecewa. Menurutnya tak ada manuver hebat yang ditunjukkan para calon. Prabowo yang didukungnya juga tak lepas dari sasaran kritiknya. “Prabowo terlalu santun tidak menyerang balik,” ujarnya.
Sikap Prabowo yang ditunjukan justru tak menunjukkan kharisma yang sesungguhnya. Publik menunggu ketegasannya dalam menekan pemerintah. Bukankah memang posisi oposisi demikian. Kritikan yang tajam, lugas, namun dapat dipertanggungjawabkan sangat dinanti keluar dari mulut Prabowo. Katanya macan asia!
Jokowi beruntung sikap pasif Prabowo, tak memaksanya harus bekerja keras menyusun kata demi kata sebagai perisai menghadang sergapan kubu penantang. Bisa dibilang Jokowi masih selamat. Apa yang dikhawatirkan, semisal blunder dan salah omong yang fatal tidak terjadi.
Jadi debat perdana ini belum menunjukkan kapasitas intelektual calon pemimpin kita. Tidak ada kejutan berupa ide tak terduga yang mengapung. Rata-rata yang dilontarkan para paslon sudah bisa ditebak-tebak oleh para hadirin. Paling, yang menarik dari keduanya saat mengumbar khilaf yang pernah dilakukan.
Seperti Prabowo yang dikibulin Ratna Sarumpaet. Atau Jokowi sebagai petahana yang dinilai beberapa kebijakan yang diambil sebagai presiden ternyata keliru. Yang mana semua itu masih bisa diterima publik di dalam batas kewajaran.
Baca Juga: Karena Nurhadi Jadi Ingat Cak Lontong
Kata Kogasma Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), materi debat tak menyentuh ranah substansial. Beberapa yang melenceng, seperti fokus pertanyaan terpusat pada kebobrokan partai. “Yang kita mau ini uji kapasitas calon. Jadi perdebatannya harus ranah kebijakan atau yang bersentuhan dengan tugas dan fungsi kepala negara,” ungkapnya.
Kekurangan pada debat yang mengangkat tema hukum, HAM, korupsi, dan terorisme masih bisa “diterima”. Toh, masih ada lagi debat selanjutnya. Diharapkan Jokowi dan Prabowo harus lebih giat lagi belajar. Ini Indonesia bung. Bukan kaleng-kaleng. Malu lah sama Soekarno dan para pejuang terdahulu yang mati-matian menyatukan bangsa ini. Buatlah kami bangga!
Penulis: Ruslan