Namanya diintai sejak era Soeharto. Sepak terjang dan gerak-geriknya selalu dikaitkan dengan peristiwa teroris di tanah air. Dialah Abu Bakar Ba’asyir. Tokoh muslim yang segera menghirup udara bebas.
Jakarta, Lontar.id – Sudah sembilan tahun Ba’asyir mendekam di bui. Di era Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) langkahnya baru benar-benar “dimatikan”. Melihat jauh ke belakang lelaki tua itu memang bukan ulama biasa. Jaringannya sungguh mengakar.
Rekam jejak pria yang kini berusia 81 tahun itu dikenal anti pancasila. Sikapnya pun dinilai frontal saat berbicara soal negara bersyariat. Ba’asyir salah satu tokoh yang kukuh dengan pendiriannya itu. Karena sikap dan ideologinya, dirinya dianggap ancaman oleh pemerintah.
Kini Ba’asyir tak seaktif dahulu. Mobilitasnya dalam berdakwah mungkin perlahan luruh seiring bertambahnya usia. Alasan itulah yang menjadi pertimbangan dirinya dibebaskan. Ketua Umum Partai Bulan Bintang (PBB), Yusril Ihza Mahendra yang memperjuangkannya. Katanya, sudah ada lampu hijau dari Presiden RI Joko Widodo. Ba’asyir bebas.
Baca Juga: Segera Bebas, Berikut Jejak Ba’asyir dari Penjara ke Penjara
Melawan Fitnah
Ba’asyir kerap dikaitkan dengan serangkaian serangan teroris di tanah air. Dia menyebut itu sebagai fitnah. Tuduhan yang dialamatkan kepadanya dinilainya tak berdasar. Dia memang kerap bersebelahan dengan kebijakan penguasa. Namun, bukan berarti itu menjadi pijakan untuk menebar teror.
Seperti yang ditulis oleh Majalah Time edisi 23 September 2002. Berita dengan judul Confessions of an Al Qaeda Terrorist, Abu Bakar Ba’asyir disebut-sebut sebagai perencana peledakan di Masjid Istiqlal. Time menduga Abu Bakar Baasyir sebagai bagian dari jaringan terorisme internasional yang beroperasi di Indonesia. Time mengutip dari dokumen CIA, menuliskan bahwa pemimpin spiritual Jamaah Islamiyah Abu Bakar Baasyir “terlibat dalam berbagai plot”. Ini menurut pengakuan Umar Al-Faruq, seorang pemuda warga Yaman berusia 31 tahun yang ditangkap di Bogor pada Juni 2002 dan dikirim ke pangkalan udara di Bagram, Afghanistan, yang diduduki AS.
Setelah beberapa bulan bungkam, akhirnya Al-Faruq mengeluarkan pengakuan kepada CIA yang mengguncang. Tak hanya mengaku sebagai operator Al-Qaeda di Asia Tenggara, dia mengaku memiliki hubungan dekat dengan Abu Bakar Ba’asyir.
Menurut berbagai laporan intelijen yang dikombinasikan dengan investigasi majalah Time, bahkan Abu Bakar Baasyir adalah pemimpin spiritual kelompok Jamaah Islamiyah yang bercita-cita membentuk negara Islam di Asia Tenggara. Abu Bakar Ba’asyir pulalah yang dituding menyuplai orang untuk mendukung gerakan Umar Al-Faruq.
Abu Bakar Ba’asyir disebut sebagai orang yang berada di belakang peledakan bom di Masjid Istiqlal tahun 1999. Dalam majalah Time edisi 23 September 2002, Umar Al-Faruq juga mengakui keterlibatannya sebagai otak rangkaian peledakan bom, 24 Desember 2000.
Apa yang dituduhkan kepadanya, memantik reaksi Ba’asyir. Dirinya menggelar pertemuan terbuka untuk menggelar klasifikasi. Dalam jumpa pers yang dilaksanakan di Solo, 14 Oktober 2002, di Pondok Al-Islam, ia mengatakan peristiwa ledakan di Bali merupakan usaha Amerika Serikat untuk membuktikan tudingannya selama ini bahwa Indonesia adalah sarang teroris.
Baca Juga: Jangan Panggil Saya Ahok
Dukung ISIS dan Berseberangan dengan Anak Kandung
Kendati mendekam di bui, Ba’asyir tetap aktif berdakwah dan 25 Juli 2014, di Lapas Pasir Putih Nusakambangan, dia bersama 24 narapidana lainnya melakukan baiat mendukung perjuangan Islamic State of Iraq and Syria (ISIS).
Baiat Abu Bakar Ba’asyir mendukung ISIS menimbulkan perpecahan di kalangan Jamaah Ansharut Tauhid (JAT). Amir Biniyabah JAT, M Achwan tidak mendukung keputusan Ba’asyir, kemudian mundur dari JAT dan mendirikan Jamaah Ansharusy Syariah (JAS). Selain itu, dua anak Abu Bakar Ba’asyir, yaitu Abdul Rochim Ba’asyir dan Abdul Rosyid Ridho Ba’asyir juga menolak untuk mendukung ISIS. Sehingga akhirnya Abu Bakar Ba’asyir memecat kedua anaknya tersebut dari JAT.
Di Lapas Nusakambangan, Kabupaten Cilacap, saat dibesuk simpatisannya, Abu Bakar Ba’asyir menghimbau para jamaah segera berbaiat kepada Khalifah Ibrahim, baik secara langsung melalui surat atau audio maupun dalam hati. Katanya, demi menyemangati umat untuk berdakwah dan berjihad. Ikhwan JAT yang sudah mampu berangkat ke Daulah Islamiyah maka segera bergabung.
Minta PK
Pada 9 Februari 2016, dokumen permohonan Peninjauan Kembali (PK) yang diajukan tim pengacara Ba’asyir dikirim Pengadilan Negeri Cilacap, Jawa Tengah, ke Mahkamah Agung melalui Pengadilan Negeri Jakarta Selatan. Menurut Ketua majelis hakim, Nyoto Hindaryanto, MA yang bakal memutuskan apakah permohonan PK Abu Bakar Ba’asyir diterima atau sebaliknya. Dalam sidang di PN Cilacap, Ba’asyir mengaku memang mengirimkan uang sekitar Rp50 juta untuk pelatihan senjata di Aceh.Namun, seperti dikemukakan Ahmad Michdan, salah satu pengacara Ba’asyir, bukan berarti kliennya bisa dijatuhi hukuman dengan menggunakan undang-undang terorisme.
“Pelatihan militer di Jantho itu tidak dapat dikategorikan sebagai tindak pidana terorisme, itu hanya melanggar undang-undang darurat bahwa rakyat sipil tidak boleh memiliki senjata api,”kata Michdan.
Ba’asyir divonis 15 tahun penjara di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, 2011 lalu, karena terbukti menjadi perencana dan penyandang dana bagi pelatihan kelompok bersenjata di Pegunungan Jantho, Aceh, pada 2010. Sejumlah dakwaan yang diarahkan kepada Baasyir antara lain permufakatan jahat, merencanakan, menggerakkan, hingga memberikan atau meminjamkan dana untuk kegiatan pelatihan militer kelompok terorisme di Aceh Besar.
Jadi Komoditi Politik dan Pilpres?
Nama Ba’asyir pun kembali muncuat di publik. Melalui Yusril Ihza Mahendra, dia akan segera dibebaskan. Yusril di hadapan media berbicara sebagai sebagai Ketua Umum Partai Bulan Bintang dan Penasehat Hukum Joko Widodo-Ma’ruf Amin.
Dari Yusril lah, dia mengutarakan pandangan Jokowi bahwa Ba’asyir harus segera dibebaskan. Yusril pun melaporkan hasil pembicaraan itu kepada Jokowi.
Beragam spekulasi pun muncul saat nama Ba’asyir kembali diapungkan. Tidak bisa dipungkri di balik kontroversialnya Ba’asyir, pengikut setianya bisa menjadi jalan untuk menggerus suara. Nama Ba’asyir pun juga bisa menjadi jualan untuk membuat keintiman Jokowi dan umat Islam semakin rekat.
Apakah benar-benar Ba’asyir akan dijadikan komoditi unggulan di pilpres nanti? Semua tentu akan terjawab saat dia tampil di hadapan publik. Seperti apa penjelasan Ba’asyir dan bagaimana sikapnya.