PSM Makassar boleh merasa perkasa karena punya pemain berkelas di lini tengahnya. Apalagi, mereka kedatangan Evans dan Markkanen. Namun, Madura United jangan disepelekan.
Jakarta, Lontar.id – Pendukung PSM patut berbangga. Mereka kedatangan pemain yang mewah namanya. Eero Markkanen contohnya. Melekat nama Madrid di belakangnya.
Nama kedua adalah Aaron Evans. Ia dari Barito Putera. Caranya bertahan cukup baik. Body charge-nya juga. Ia layak menggantikan Steven Paulle yang dilepas PSM pada akhir musim.
Selain itu, ada juga beberapa nama pemain lokal. Bayu Gatra yang paling menonjol di sana. Kecepatan larinya, akselerasi, serta kerja sama timnya, patut diacungi jempol. Kemarin ia membela Madura United.
Patut dipertanyakan, siapakah aktor di balik datangnya para pemain itu? Tidak serta merta manajemen langsung mengontrak pemain tanpa ada rekomendasi.
Tanpa mengecilkan asisten pelatih, kemungkinan besar Robert yang membuat mereka datang. Proyeksi taktik, strategi, dan formasi untuk musim depan bagi PSM sudah ia pegang, sebelum ia meninggalkan Pasukan Ramang.
Sayangnya, ia harus pergi dengan alasan sakit. Mirip alasan yang dipakai Alred Riedl, sebelum melepaskan kepemimpinannya di PSM Makassar.
Baca juga: Hal Menarik dari Pertandingan Kalteng Putra vs PSM
Bak ranjau, pemain-pemain yang datang itu akan meledak di PSM. Sulit untuk mencari siapa yang bisa menjinakkannya selain Robert. Maka isu pun berembus.
Desas-desus soal siapa pelatih PSM cukup besar mengarah ke Robert sekarang. Ia punya alasan besar, mengapa ia harus datang kembali ke PSM.
Ia pernah pergi selama tiga bulan, lalu ia datang lagi menjadi pelatih. Soal moral etik, ia pantas disebut sebagai tukang kibul. Tapi kan kalimat itu tak berlaku, kalau ia tidak datang ke PSM, bukan?
Dalam pada itu, etiket mesti dipinggirkan kalau membahas masalah kualitas tim. Robert sudah membesarkan PSM selama beberapa musim ia melatih. Terakhir, ia menjadikan PSM setara dengan Persija Jakarta, bahkan lebih kalau menyangkut friksi-friksi yang ada.
Kekuatan PSM bisa jadi tambah besar, kalau Robert kembali. Lagipula, tak ada alasan manajemen untuk menolaknya mentah-mentah meski ia pergi dengan alasan sakit.
Datang atau tidaknya Robert ke PSM, bagaimanapun, mereka harus mewaspadai Madura United sekarang. Bukan main, menguar kabar kalau Rp25 miliar sudah digelontorkan untuk mengisi skuatnya sekarang.
Baca juga: PSSI Benar Sebagai Sistem, Kita yang Salah!
Ada 11 pemain tim nasional Indonesia yang mereka rekrut saking “gilanya” manajemen Madura pada sepakbola. Tidak usah terlalu jauh melangkah soal ke pemain asingnya dulu.
- Muhammad Ridho Djazulie (Kiper – Timnas Indonesia Senior)
- Andik Vermansah (Timnas Indonesia Senior)
- Alberto Goncalves da Costa (Timnas Indonesia Senior)
- Al-Fath Fathier (Timnas Indonesia Senior)
- Zulfiandi (Timnas Indonesia Senior)
- Fachruddin Wahyudi Aryanto (Timnas Indonesia Senior)
- Satria Tama Hardianto (Kiper – Timnas Indonesia U22)
- Muhammad Rifad Marasabessy (Timnas Indonesia U19)
- Kadek Raditya Maheswara (Timnas Indonesia U19)
- Dava Aldiansyah Ramadhan (Timnas Indonesia U19)
- Syahrian Abimanyu (Timnas Indonesia U19).
Dari mereka semua, nalar boleh berguncang dan takjub. Namun tidak selamanya pemain bagus akan bisa membawa juara suatu klub. Soal pelatih juga berefek.
Dejan Antonic ditekankan untuk melatih kesebelas pemain tersebut. Ia berbakat melatih klub luar dan membawanya juara. Seperti salah satu klub sepak bola terbesar di Hong Kong, Kitchee FC.
Bersama Kitchee, mereka berhasil menyabet tiga piala sekaligus, yakni Copa Liga Hong Kong 2005, Senior Shield Cup Hong Kong 2006, Copa Liga Hong Kong pada tahun 2006.
Sekali waktu, ia pernah juga pernah menukangi Arema Indonesia dan membawanya mengarungi AFC CUP. Beda dari Robert, ia pernah membawa Arema juara.
Mengapa pelatih penting? Sebab Real Madrid juga dipenuhi pemain bintang, namun kerap dipencundangi oleh klub semenjana. Tidak ada sosok yang besar melebih tim. Dan tim akan besar, melalui kerja sama, sosok menjadi hal kedua.
Selamat menantikan drama jelang Liga 1.
Baca juga: Obituari Rahman Tolleng: Beda Pandang dengan Gie dalam Melihat Politik