Darije Kalezic datang ke Makassar dengan semringah. Para netizen yang bulus akalnya memanfaatkan momentum ini dengan mengambil keuntungan.
Jakarta, Lontar.id — Momentum itu cuma datang sekali. Orang pandai harus memanfaatkannya lebih baik. Begitu kira-kira petuah orang tua.
Saya adalah orang yang begitu serius memperhatikan gerakan PSM selama bermusim-musim, dan tidak memusingkan amat siapa pelatih yang akan datang ke Makassar. Mau asing atau lokal. Terserah.
Darije akhirnya datang. Banyak orang berbahagia menyambut kedatangannya. Berkesan. Namun, ada baiknya para pendukung lebih berbahagia, kalau cara melatihnya sesuai harapan.
Darije dalam beberapa jejak yang ditinggalkan di antero maya, Kalezic punya kabar yang kurang baik, meski punya pengalaman melatih PSV Eindhoven Jr.
Namun, meski kurang baik, ada juga catatan impresif yang dibuat, yakni dikenal sebagai pelatih berpengalaman di Eropa, terutama kompetisi sepak bola Belanda.
Darije pernah membawa klub De Graafschap juara Eerste Divisie (Liga 2 Belanda) 2009/10. Itu baiknya. Satu lagi: Kalezic orang asing.
Baca Juga: Drama Itu Bernama Robert Alberts dan Madura United
Yang mengkhawatirkan, pelatih asal Bosnia ini pernah melatih klub A-League (Australia), Wellington Phoenix. Selama menjadi pelatih, ia menjalani pertandingan sebanyak 21 kali.
Dari total pertandingan itu, Wellington hanya mampu mengemas 17 poin dengan catatan 4 kemenangan, 5 imbang, dan 12 kekalahan. The Nix hanya mampu memasukkan 24 gol dengan jumlah kebobolan 42 kemasukan.
Sementara di Al-Taawoun, di Liga Arab Saudi pada tahun 2016, Kalezic juga hanya menjalani 5 pertandingan. Klubnya mengalami 3 kekalahan, 1 kemenangan, dan 1 imbang.
Catatan itu tentu menjadi nilai minus yang patut diperhatikan. Terlebih, ini merupakan musim perdana Kalezic di kasta tertinggi sepak bola Indonesia.
Baik buruknya, pasti sudah dipertimbangkan oleh manajemen PSM. Toh, tuntutan juga banyak berdatangan, kalau pelatih harus dari luar. Torehan terlihat belakangan. Kalau toh arahannya pada skuat buruk, suporter bisa meneror dan menumbangkan tahtanya.
Lagipula, PSM pasti punya alasan untuk merekrutnya. Entahkah itu dari harga, dan dari macam faktor yang mendukung. Mau tidak mau, waktu mepet juga menekannya, alias tidak kondusif lagi untuk berpikir dan memilih banyak pintasan lain yang lebih menguntungkan.
Ada banyak pemain yang saya tahu punya nama besar dari eks klub yang pernah dilatih Kalezic. Tapi sungguh, semua itu tidaklah penting bagi saya. Biar mengorbit pemain besar, tapi kalau hobi kalah dan tak cocok melatih PSM, buat apa?
Dari semua pandangan di atas, saya bukanlah orang yang mengenalnya lama. Sebab saya jauh dan tak bisa menjangkaunya dengan melihat langsung. Saya memantaunya lewat media sosial saja.
Sebelum melatih PSM secara langsung, pesona Kalezic paling tidak sudah menguntungkan masyarakat sekitar, atau pendukung PSM sendiri.
Bagaimana tidak, saat fotonya di bandara Sultan Hasanuddin Makassar tersebar, mereka atau dia yang tidak bertanggung jawab membuat satu akun instagram.
Akun Instagram itu dinamai sama dengan nama Kalezic. Bio-nya juga ditulis seolah-olah pelatih profesional. Dari pantauan saya, beberapa netizen dan teman saya sudah mengikuti akun tak jelas itu.
Baca Juga: Pelatih yang Selalu Dirindukan di Indonesia
Sebelum akunnya ganda dan akun pertama belum dikunci. Dari awal saya sudah menduga, kalau akun itu palsu. Cukup nyata terlihat dari foto-foto yang diunggah, yakni bukan foto secara langsung melainkan bersumber dari google. Kualitasnya juga jauh dari oke.
Hal kedua yang membuat saya semakin yakin, saat akun yang berhubungan dengan PSM menyebut kalau Kalezic sama sekali tidak punya akun instagram.
Saya tertawa dan geleng-geleng kepala. Bagaimana bisa para fans langsung keburu menyimpulkan kalau akun itu murni dibuat oleh Kalezic sendiri?
Memang, para pendukung sudah diajarkan untuk membudayakan menyembah instagram pemain bola berikut pelatihnya. Secara tidak langsung, pendukung memberikan lapakan baru bagi sosok yang bermain di PSM dan pelatihnya.
Lihat saja Marc Klok, Pluim, Robert Rene Alberts. Tanpa perlu saya repot-repot menjelaskannya secara detail, sebelum ke PSM, pengikutnya masih terbilang sedikit.
Lama kelamaan, saat sudah dikenal, puluhan ribu fans lalu mengikuti semua akun media sosialnya, memantau pergerakannya, memata-matainya, dan menghujatnya kalau punya salah saat kalah serta memujinya setinggi langit kalau permainannya memukau.
Melalui fenomena yang sudah-sudah. Syukur-syukur kalau akun Kalezic dipegang pribadi atau ofisial, nah, kalau tidak sama sekali? Saya berpikir, kalau pengikut akun abal-abal itu sudah sangat banyak, Kalezic palsu bisa saja menulis caption: halo sis, cek ig kita sis!
Tapi kenapa gak ada yang nanya ke manajemen, ya, “eh coach Kalezic, ada akun asli, gak?” Ehe ehe ehe. Kita memang generasi yang suka terburu-buru dalam berbagai hal. Mari mengambil kaca.