Siapa kepala negara paling kontroversi di muka bumi saat ini? Jika Presiden Amerika Serikat, Donald Trump jawabanya, maka itu tak sepenuhnya benar. Jangan abaikan Rodrigo Duterte, pemimpin Filipina.
Lontar.id — Tak peduli itu forum resmi atau bincang biasa. Dari lisannya, kata-kata yang dilontarkan kerap menyudutkan beberapa pihak.
Di antara yang ekstrem, Duterte pernah menyikapi ajaran Katolik. “Siapakah Tuhan yang goblok ini?” Dia menyoroti konsep dosa asal yang berasal dari Adam dan Hawa. Duterte menolak dan tak menerima doktirn gereja yang diungkapkan sulit diterima nalarnya.
Kata dia bagaimana mungkin manusia belum lahir, namun harus mengemban dosa yang tak diperbuat. “Agama macam apa ini. Saya tidak menerimanya.”
Kata Duterte memancing reaksi dari pihak Gereja. Dia dikecam. Uskup Arturo Basters pun menanggapinya dengan menyebut sang presiden sudah gila. Sang Uskup juga meminta kepada jemaahnya untuk mendoakan agar tendensi diktatornya segera berakhir.
Apakah Duterte kapok? Tentu tidak. Manuvernya menentang otoritas Gereja kian menjadi-jadi. Duterte pernah meminta kepada rakyat agar tak ke gereja. Menurutnya, ajaran gereja tak lagi relevan dengan kondisi terkini.
Dirinya juga pernah mengaku dilecehkan oleh pastor semasa kuliah. Insiden itu terjadi saat melakukan pengakuan dosa di hadapan pastor. Sejak kejadian itu, Duterte memutuskan berhenti untuk menjadi katolik.
Mengaku Islam
“Saya Islam itu benar,” ungkapan Duterte disadur dari Manila Times. Perkataan Duterte itu terlontar kala ia berpidato di acara pengesahan Undang-Undang Organik Bangsamoro.
Duterte berkata, ada bagian dari dalam dirinya yang menunjukkan keislamannya. “Itu sebabnya, bahkan jika saya dan para pendeta gila itu bertengkar. Saya buka seorang katolik,” katanya.
Pidato Duterte dihadapan umat Islam Cotabato pada 20 Januari 2019 lalu, mampu menarik simpatik. Ucapan takbir dan harapan yang diwujudkan dengan ungkapan Insyaallah bergema dalam pidatonya” Tuhan pasti baik untuk kita. Tuhan itu agung. Allahu Akbar.”
Ingin Ganti Nama Filipina
Duterte menyampikan keinginan untuk mengganti nama Filipina. Maharlika adalah nama yang pantas untuk negara yang dipimpin. Maharlika memiliki arti dibangun dengan mulia.
Kata Duterte, Filipina merupakan nama warisan penjajah. Dimana Filipina diambil dari nama raja Spanyol, Philip II. Usulan Duterte mendapat tanggapan dari Presiden senat Filipina Tito Sotto. Dilansir dari South China Morning Post, mengganti nama negara harus melalui konstitusi. “Karena usulan itu mensyaratkan banyak perubahan,” ujar Tito.
Kata Duterte kedekatan negaranya dan melayu tak bisa dipisahkan. Olehnya Maharlika menjadi nama yang pantas untuk negaranya.”Karena itu adalah kata Melayu,” ucapnya.
Isu perubahan nama Filipna pertama kali didegungkan Ferdinand Marcos. Bekas pemimpin Filipina yang dikenal cukup diktator itu, mengatakan pergantian nama harus dilakukan. Ini demi tujuan memperkuat nasionalisme bangsa.