Matahari di puncak Kampung Mualaf Darussalam Pinrang sedang terik siang itu, Ahad 10 Februari 2019. Sungai yang berada tepat di depan perkampungan mendadak sakral. Tiga orang Non Muslim bersiap-siap untuk dimandikan oleh tiga imam desa setempat.
Makassar, Lontar.id – Di Dusun Patambia, Desa Mesa Kada, Pinrang, mereka yang berniat untuk memeluk Islam memang diwajibkan melalui proses tersebut. Sebuah ritus pensucian diri dari dosa di masa lalu. Sebelum ritus dilakukan, para imam desa beserta warga terlebih dahulu mengumpulkan bahan-bahan yang digunakan untuk memandikan calon mualaf.
Ada kulit kayu lange’ yang digunakan sebagai pengganti sabun. Beberapa genggam tanah. Juga ada rumput tedong, serta daun lemo’ atau kita kenal dengan nama daun jeruk nipis. Keempat bahan tersebut disatukan dalam baskom besar yang nantinya akan diisi air sungai.
Bersama dengan tiga imam desa, ketiga calon mualaf berjalan menuju sungai. Masing-masing imam bertugas memandikan satu calon mualaf. Masih dengan baju melekat di badan, mereka duduk bersedekap di atas batu.
Imam kemudian akan mulai menyiram bagian kepala calon mualaf, diikuti siraman di bagian tubuh. Siraman yang dilakukan juga tidak sembarangan. Harus sebanyak 44 kali. Selain menyiram, sesekali calon mualaf juga diharuskan meminum air sungai sebanyak 44 kali. Dilakukan secara bergantian.
Jika calon mualaf telah dimandikan sebanyak 10 kali, maka diselingi dengan meminum air sungai juga sebanyak 10 kali. Begitu seterusnya hingga mencapai siraman yang ke 44.
Baca Juga: Soal Kampung Mualaf di Pinrang
“Ini sebagai proses mensucikan dan membersihkan. Bahan-bahan yang digunakan itu semuanya bahan yang telah lama dipakai oleh orangtua kita di zaman dulu, seperti itu kulit kunyi lange yang dipakai orangtua dulu sebagai pengganti sabun,” ungkap Imam Desa Dusun Patambia, Silasa, kepada tim Lontar.id.
Tidak hanya imam desa, kesempatan memandikan calon mualaf juga diberikan kepada warga yang bersedia. Dengan jatah dua kali siraman, mereka percaya akan mendapatkan pahala.
“Namanya orang memeluk Islam adalah suatu berkah bagi kita orang Islam sendiri, sehingga yang menyiramnya juga bisa ikut mendapatkan pahala,” ungkap Silasa.
Setelah proses memandikan rampung, hal terakhir yang dilakukan adalah menuntun para calon mualaf melafazkan dua kalimat syahadat. Pelan-pelan imam desa membimbing mereka mengucapkan rukun Islam yang pertama tersebut.
Dua dari mereka yang diislamkan hari itu adalah anak kecil. Rano, bocah berusia 5 tahun yang duduk di sebelah mamanya yang juga ikut diislamkan. Serta Rey, berusia 10 tahun, yang dimandikan terpisah dengan Rano dan mamanya. Orangtua Rey telah lebih dulu memeluk Islam.
Ada haru menggenang di mata mama Rey saat mendampingi anaknya dimandikan. Sesekali ia terlihat menyeka air matanya. Rey adalah anak pertamanya yang masuk islam.
“Saya sudah lama Islam, menikah sama bapaknya Rey dulu. Cuma hidup pindah-pindah, pernah lama di Kendari, terus ke Malaysia, sampai akhirnya kembali lagi ke sini. Tapi begitu, saya tidak mendapatkan bimbingan Islam yang banyak,” ungkap Mama Rey.
Baca Juga: Guruku Sayang, Guruku Malang
Rey dan keluarganya adalah salah satu mualaf yang belum menempati Kampung Mualaf Darussalam Patambia. Terkendala pada dana untuk pemindahan rumah, dan pendirian bangunan yang ditaksir butuh anggaran sebesar Rp3 juta.
Setiap hari Mama Rey sekeluarga harus menempuh perjalanan selama satu jam dari Villa Karomba hanya untuk belajar mengaji di Kampung Mualaf Darussalam Patambia. Saat hujan, jalanan bisa menjadi sangat licin dan berbahaya. Harus sangat hati-hati, sebab jurang di kiri kanan jalan selalu mengintai nyawa. Ditambah saat ini Mama Rey sedang dalam keadaan mengandung anak keduanya.
“Saya mau sekali tahu mengaji, sholat. Alhamdulillah ada ini Kampung Mualaf, dan banyak adik-adik relawan yang bersedia mengajar kami mengaji. Mau bagaimana lagi, saya juga tidak bisa tinggal saja di rumah, sementara niat saya untuk belajar itu besar sekali,” ungkap mama Rey.
Di Desa Mesa Kada, Kecamatan Lembang, Pinrang ini, para orangtua yang telah memiliki anak memang terbiasa dipanggil menggunakan nama anak pertama mereka. Jadi saat di sana, kita hanya akan mendengar para mama dan bapak dipanggil mengikuti nama anak pertama. Seperti Mama Rey dan Mama Rano.
“Nama saya sekarang Fauzan, bukan Rey lagi. Jadi mama juga diganti mama Fauzan,” ungkap Fauzan, nama Islam Rey kepada tim Lontar.id.
Sementara Rano yang mungkin belum sepenuhnya tahu tentang apa yang sedang ia jalankan hari itu diberi nama Islam sebagai Rahim. Mama Rano berganti menjadi mama Rahim.
Penulis: Miftah Aulia