Sengketa wilayah tak hanya menjadi konflik menahun Palestina dan Israel. Di wilayah selatan Asia, konflik serupa juga terjadi antara India dan Pakistan. Kashmir menjadi wilayah sengketa kedua negara itu.
Lontar.id – India dan Pakistan kembali memanas pada beberapa hari terakhir. Pemicunya, serangan bom bunuh diri yang terjadi di Distrik Pulwama, Kashmir pada Kamis, (14/2/2019) lalu.
42 tentara dan puluhan lainnya luka akibat insiden ini. Mobil bermuatan bom itu meledak usai menabrak konvoi pasukan CRPF. Pemerintah India geram dan menuduh Pakistan ada di balik dalang teror bom bunuh diri.
Pemerintah India menilai Pakistan sengaja memelihara kelompok militan dan teroris dalam melakukan serangan. Tuduhan itu lalu direspons pemerintah Pakistan dengan mengambil kebijakan menarik duta besarnya di India.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Pakistan, Mohammad Faisal, mengumumkan, pihaknya telah menarik dubesnya di New Delhi. “Kami telah menarik komisaris tinggi kami di India untuk berunding,” ujarnya.
Situasi Kashmir saat ini masih memanas. Pasca insiden bom bunuh diri, ketegangan yang terjadi di Kashmir kian sulit dikendalikan. AFP melaporkan, pasukan angkatan bersenjata India disebut menderita kerugian dalam pertempuran dengan gerilyawan Kashmir pada Senin (18/2/2019). Konfrontasi senjata itu menyebabkan sembilan orang tewas.
Setelah penembakan mengguncang distrik Pulwama selama beberapa jam, para pejabat menyatakan empat orang tentara, seorang polisi, tiga gerilyawan dan seorang warga sipil kehilangan nyawa. Sementara enam tentara senior termasuk seorang brigadir dan letnan kolonel diketahui terluka. “Seorang wakil inspektur jenderal polisi juga menderita luka-luka,” kata seorang polisi.
Identitas para gerilyawan belum diungkapkan, namun media lokal menyebut warga negara Pakistan turut terlibat. Itu setelah satu yang terbunuh dalam pertikaian adalah Abdul Rashid Gazi alias Khamran Bai. Dia warga negara Pakistan yang sebelumnya telah diperiksa penyidik terkait serangan bunuh diri.
India pun semakin mengarahkan dugaan kuatnya bahwa Pakistan turut terlibat dan menyembunyikan kelompok militan Jaish-e-Muhammad atau JeM. “Serangan teroris yang kejam di Pulwana menunjukkan bahwa waktu untuk berbicara sudah habis,” kata Perdana Menteri India Narendra Modi setelah pertemuan dengan Presiden Argentina Mauricio Macri di New Delhi.
Di wilayah India sendiri, ratusan demonstran turun ke jalan sepanjang akhir minggu lalu, ketika serangan Kashmir dilaporkan terjadi di beberapa kota.
Toko-toko kecil tutup setelah seruan nasional meluas, meminta warga untuk waspada. Ribuan penduduk pun mengungsi ke daerah-daerah yang mayoritas Muslim, kala pemerintah menghadapi tekanan yang semakin besar karena pemilihan nasional semakin dekat.
Konflik 72 Tahun
Konflik India dan Pakistan telah berlangsung selama 72 tahun. Terhitung sejak kedua negara merdeka pada 1948. Salah satu konflik terbesar sepanjang sejarah.
Semua bermula pada Oktober 1947. Kala kelompok gerilyawan Pakistan ingin merebut wilayah kekuasaan Maharaja Hari Singh. Singh yang terdesak meminta bantuan ke India dengan imbalan wilayahnya Kashmir akan bergabung dengan India.
Perang pun pecah dalam pada akhir 1947. Situasi yang kian tak terkendali, PBB mengambil insiatif dengan melakukan resolusi pada 13 Agustus 1948. Isinya meminta kedua negara menarik pasukan dan memberi kesempatan kepada rakyat Kashmir untuk menentukan pilihan. Gabung di India atau Pakistan.
Sayang upaya PBB tak diindahkan oleh kedua negara. Keduanya sama-sama menolak pakta integritas dan perang pun kembali berkecamuk. PBB akhirnya kembali turun tangan dengan pada 1949 dan gencatan senjata dilakukan. Hasilnya 65 persen wilayah Kashmir dikelola oleh India dan sisanya kepada Pakistan.
Pak integritas itu nyatanya juga tak membuat perang mereda. Pakistan tak terima dengan putusan itu terlebih, setelah pernyataan India yang mengklaim seluruh wilayah Kashmir telah dikuasai. Konflik itu pun terus berlanjut hingga kini. Kehadiran kelompok pemberontak kian memperkeruh suasana. Kelompok itu justru ingin merdeka dan mandiri. India pun geram dan menuding Pakistan ada di balik keberadaan kelompok tersebut.