Mata rantai bisnis narkoba kian sulit diberantas. Jaringan dan sistem yang dibangun rumit, membuat mafia dan bandar besar sulit diberenggus. Mereka masih leluasa menggencarkan bisnis narkobanya.
Lontar.id – Seperti yang terjadi di Myanmar. Pihak berwenang setempat menyita lebih dari 10 juta pil sabu senilai USD13,3 juta (setara Rp 188 miliar) selama akhir pekan lalu. Katanya, ini menjadi salah satu penangkapan penting di negara yang secara luas diyakini sebagai produsen metamfetamin terbesar di dunia itu.
Dilansir dari Channel News Asia pada Senin (4/3/2019), kristal metamfetamin tingkat tinggi itu diselundupkan keluar dari Myanmar melalui jaringan terstruktur ke pasar negara maju yang menguntungkan, seperti Jepang, Korea Selatan, dan Australia.
Selain itu, laporan media setempat juga melaporkan bahwa di bagian barat Myanmar juga terjadi penangkapan sabu. Masing-masing di wilayah Magway dan Maungdaw di negara bagian Rakhine.
Baca Juga: Jasad Jamal Khashoggi Dibakar di Oven Besar
“Ini penyitaan narkoba terbesar tahun ini di Myanmar dan yang terbesar di wilayah Maungdaw di Negara Bagian Rakhine,” kata kolonel polisi Win Ko Ko kepada AFP.
Pil-pil itu kemungkinan akan dikirim ke Bangladesh, dimana diduga menjadi sumber pendapatan yang mudah bagi para pengungsi muslim Rohingya, yang telah mengalir melintasi perbatasan sejak penumpasan militer pada 2017.
Baca Juga: Yang Tahu Keberadaan Hamza Dikasi Uang Rp12 Miliar
Myanmar Pasar Narkoba
Sebagian besar transaksi narkoba juga terjadi di salah satu wilayah lain Myanmar, Shan. Salah satu negara bagian yang tengah berkonflik.
Transaksi di beberapa negara bagian Myanmar rupanya memang tak kuasa dikontrol pemerintah. Begitu tumbuh suburnya, bisnis narkoba tersebut dikendalikan oleh kelompok-kelompok bersenjata dalam jaringan rumit, yang seringkali berkelindan dengan aksi pasukan etnis bersenjata yang berkuasa.
Baca Juga: Tertangkap Nyabu, Siapa Wanita yang Bersama Andi Arief?
Tidak jarang juga aktivitas “pasar narkoba” di wilayah tersebut terhubung dengan jaringan perdagangan manusia. Selain itu, pertanian opium juga diketahui masih marak terjadi di Myanmar. Sehingga negara itu tetap menjadi produsen narkoba terbesar kedua di dunia, setelah Afghanistan.
Bukit-bukit hutan lebat di negara itu menyediakan lokasi yang ideal untuk laboratorium metamfetamin ilegal, dengan persediaan bahan kimia prekursor yang sebagian besar didatangkan tanpa izin dari Tiongkok.