Beberapa pentolan suporter PSM Makassar sudah memilih hijrah. Sebagian memilih untuk bersepi-sepi. Sebagian lagi terus mengingatkan, jika dunia suporter itu sementara.
Jakarta, Lontar.id – Panglima itu tumbang dan tampak lemah. Maskulinitasnya ia lepaskan. Tersedu sedan ia menangis di hadapan para jemaah yang memadati masjid Al Markaz beberapa waktu yang lalu.
Biasanya Uki Nugraha atau Daeng Uki dengan gagah berdiri di pagar tribun terbuka di setiap stadion, baik kandang mau pun tandang . Ia memandu koreo dan meneriakkan yel-yel untuk diikuti kawan-kawannya yang muda dan tua.
“Saya ini dua mami yang belum pernah saya rasakan di dunia, mati mami sama kaya,” jelas Uki di Masjid Al Markaz, dalam acara Makassar Berhijrah, pada Minggu 10 Maret 2018 lalu.
Kalimatnya dengan mantap dilontarkan, di samping seorang pemimpin bank, satunya lelaki berjanggut lebat dan memakai peci, dan sampingnya lagi Ustaz Fakhrurrazi Anshar. Mereka semuanya duduk di atas panggung yang rendah. Dalam majelis ilmu.
Menurut kabar, Ustaz Fakhrurrazi yang membuat Uki takluk, setelah konon, ia dikenali sebagai anak badung pada masanya. Hitung saja umurnya, Uki lahir pada medio 70-an.
Bahkan sejak bersekolah dasar kelas 5 SD, Uki sudah belajar merokok. Kata Uki, umur segitu keluarganya sudah pecah. Tentu saja kabar itu termasuk kabar yang mau tidak mau, enak tidak enak, harus disampaikan.
Uki tampilannya nyentrik. Di Stadion Mattoanging, ia orang yang paling gampang dikenali. Rambutnya mohawk dan blondie, otot-otot lengannya kekar, tubuhnya pendek. Jika dilihat, ia seperti berandalan atau paling jauh, preman tukang palak.
Selain merokok, saat kelas 6, Uki mengaku sudah jadi pemabuk di kampungnya. Jika melihat anak nakal zaman sekarang, maka Uki tak segan untuk menegur.
“Sudahmi begitu, Dik. Jangan miki mau rewa-rewa (petantang-petenteng).”
Uki sudah hijrah. Hijrah identik dengan pertobatan pada zaman kiwari ini. Meninggalkan pelan-pelan beberapa keburukan dan kejahatan, menjadi orang yang lebih baik dari pada sebelumnya.
Uki memilih jalan itu, setelah sadar, kalau selama mengikuti kajian saat Subuh, bersama kawan-kawan suporternya yang lain, Uki bergelimang dosa yang sangat melimpah. Sudah saatnya Uki berubah.
Uki membawahi kelompok suporter Laskar Ayam Jantan (LAJ) yang getol mendukung PSM Makassar. Anggota Laskar Ayam Jantan itu, kerap meneror pemain-pemain lawan atau wasit, dengan makian-makian dan nama-nama binatang.
Uki sadar, perbuatan itu adalah sebuah kesalahan yang besar. “Sudah pasti keluarga wasit itu, keluarga pemain itu, yang kita teriaki an**ng atau apa, semua menonton, astagfirullah. Dosa apa yang saya perbuat? Ribuan manusia harus ikut dengan kata-kata yang tak pantas dari saya.”
Ia sadar. Dia mengaku keputusannya untuk hijrah adalah hal yang tak dapat ditawar-tawar lagi. Benaknya diganggu dengan kematian. Dengan mantap, dalam majelis itu, ia mengaku perjuangan butuh pengorbanan. Ada konsekuensinya atas pilihannya.
“Jika ditinggalkan oleh anggotanya di Laskan Ayam Jantan, saya sudah siap. Melihat panglimanya begini, hijrah, lalu mereka tinggalkan, apakah mereka pantas dianggap sebagai saudara?”
“Prinsip saya, saya hijrah tidak akan membuat saya hina dan saya hijrah tidak akan mungkin ditinggalkan oleh orang-orang, saudara-saudara yang mencintai saya.”
Bisa dibilang, Uki adalah daya tarik dunia suporter di Makassar. Tidak ada yang membantah hal itu. Jika di mesin pencari, diketik nama Daeng Uki, maka namanya bisa disandingkan dengan dirigen kenamaan suporter klub-klub besar di Indonesia, seperti alm. Ayi Beutik, fans legendaris Persib.
Kini setelah deklarasi hijrahnya, Uki sudah mencukur habis rambutnya. Mahkotanya sudah dihilangkan. Ia juga berjanji, untuk tidak lagi memakai baju you can see, sebab tubuhnya penuh tato.
Rajahan itu pula yang membuatnya disinggung oleh Ustaz Fakhrurrazi sewaktu ia pertama kali ikut kajian. Paling penting, ia takkan memamerkan dadanya di depan umum jika di stadion, seperti biasanya.
Selain Daeng Uki, Kepala Suku Komunitas VIP Selatan yang juga suporter PSM, Erwinsyah, juga ikut dalam kajian agama setiap Subuh bersama Uki. Ia turut menjadi pendengar setia hikmah-hikmah yang disampaikan Ustaz Fakhrurrazi.
Terakhir, ia tampak berdiri di samping Uki, saat Panglima LAJ itu digunduli dengan mesin cukur. Sampai kepalanya plontos. Hal itu bisa dilihat di instagram pribadi Uki.
Dalam instagram pribadi Ewink, beberapa ia kali mengunggah foto dengan keterangan soal ibadah dan berbuat baik. Paling tidak, hal itu menjadi pengingat dirinya sendiri, syukur-syukur bisa mengingatkan orang lain.
Begitu juga dengan Presiden Red Gank, Sul Daeng Kulle. Penghuni Mattoanging Utara ini, sepulang dari Jakarta beberapa pekan yang lalu, langsung ikut juga bersama rekan-rekannya menghadiri halakah Subuh.
Sul, sapaan lelaki yang kerap mengingatkan untuk tak lupa meminum kopi ini, baik di akun twitter dan instagramnya. memang beberapa kali mengajakku untuk salat. Jika azan berkumandang, ia tak segan untuk menghentikan aktivitasnya.
Beberapa kali dalam pertemuanku dengannya, ia bilang, dunia suporter adalah dunia yang membuatnya bahagia. Meski begitu, pesan-pesan agama tak boleh kalah dengan hasratnya mengejar dunia apalagi fanatismenya pada Pasukan Ramang.
“Jalan rezeki itu harus diselingi dengan usaha, ibadah, dan doa. Saya sudah merasakan masa muda. Sekarang waktunya untuk lebih memperhatikan ibadah dan keluarga. PSM juga, tentunya. Kan enak kalau jalan beriringan semua,” kata Sul, dalam pertemuan singkat denganku sewaktu ia di Jakarta.
Tak cuma Sul, Andi Shyam Paswah atau yang akrab disapa Coklat, eks Dirigen The Maczman, juga sudah mengurangi intens menonton Juku Eja bermain. Ia tak lagi berada di atas pagar tribun seperti tahun-tahun sebelumnya. Sekarang, ia lebih memilih fokus untuk mengajar anak sekolah dan mengejar ilmu agama.
Dalam beberapa kali pertemuanku dengannya di Makassar, celana Coklat sudah cingkrang. Cambang dan janggutnya sudah tumbuh lebat. Jika azan berkumandang, ia menepuk pundakku dan mengajakku untuk salat.
“Saya sudah selesai jika ingin mengukur langkahku mendukung PSM. Saya pernah ke Jepang, dan pelbagai macam daerah demi melihat klub kebanggaanku bermain. Sekarang saatnya, saya fokus untuk kejar akhirat dan mengurus keluarga kecilku,” terang Coklat.
Menanggapi itu semua, anggota suporter Red Gank, Kahar Madjaya, yang kutemui pagi tadi di Jakarta, berharap agar makin banyak suporter bisa mencontoh senior-seniornya itu.
Kahar juga menjadi anggota yang ikut bersama Uki, Ewink, dan Sul, dalam sarasehan Subuh yang dipimpin Ustaz Fakhrurrazi. “Yang paling sulit adalah istikomah. Godaannya berat sekali.”
Menurutnya, tak lama lagi, Ustaz Fakhrurrazi akan melanjutkan strata tiganya di Sudan. Tentu saja hal itu akan membuat majelis Subuh yang kerap diikuti suporter PSM belakangan ini, akan sedikit berbeda.
“Insyaallah akan ada yang ganti Ustaz Fakhrurrazi selama kuliah di Sudan. Semoga dengan perginya Ustaz, semangat kawan-kawan yang ikut majelis tidak kendor,” tandasnya.