Lontar.id – Setidaknya 71 tentara Nigeria tewas, 12 personel militer terluka, dan beberapa hilang, dalam serangan di sebuah kamp militer di bagian barat negara itu.
Dilansir Aljazeera, Kamis (12/12/2019), Kementerian Pertahanan Nigeria melalui juru bicara, dalam sebuah pernyataan yang disiarkan televisi, mengatakan sejumlah besar teroris “dinetralkan” dalam serangan yang terjadi hari Selasa (10/12/2019) lalu.
Presiden Nigeria, Mahamadou Issoufou, melalui kiriman di Twitter, mengatakan, mempersingkat perjalanan ke Mesir, dan pulang setelah tragedi yang terjadi di pangkalan di Inates, dekat perbatasan dengan Mali tersebut.
Tidak ada yang mengaku bertabggung jawab langsung atas serangan itu, yang diyakini sebagai paling mematikan terhadap militer Nigeria.
Kementerian pertahanan juga menyebut, tiga tentara Nigeria dan 14 pejuang pemberontak tewas pada hari Senin (9/12/2019) dalam serangan terhadap pos tentara lainnya di Agando di wilayah Tahoua barat.
Serangan itu terjadi beberapa hari sebelum Presiden Prancis Emmanuel Macron menjadwalkan pertemuan di kota Pau, Prancis barat daya, dengan lima presiden dari Sahel untuk membahas keamanan di wilayah tersebut. Pertemuan itu dijadwalkan berlangsung pekan depan.
Nigeria adalah bagian dari gugus lima negara, yang dikenal sebagai G5, yang dibentuk pada 2014, yakni bersama Burkina Faso, Mali, Mauritania, dan Chad.
Dewan menteri Nigeria telah memperpanjang keadaan darurat selama tiga bulan. Keadaan darurat itu berlaku sejak 2017 di beberapa daerah, untuk memerangi serangan pemberontak, menyerahkan kekuatan tambahan kepada pasukan keamanan.
Ribuan warga sipil dan tentara tewas dalam kekerasan di wilayah Sahel, yang dimulai ketika pejuang bersenjata memberontak di Mali utara pada 2012.
Konflik telah menyebar ke pusat Mali dan ke tetangga Burkina Faso dan Nigeria. Serangan berlanjut, meskipun 4.500 tentara Prancis dikerahkan di wilayah itu sebagai bagian dari Operasi Barkhane untuk membantu pasukan lokal.
Tiga belas tentara Prancis terbunuh di Mali bulan lalu ketika dua helikopter bertabrakan dalam satu operasi melawan para pejuang di wilayah utara negara itu yang bergolak, dalam satu kekalahan terberat bagi militer Prancis dalam hampir empat dekade.