PSM boleh berpesta dengan tujuh golnya melawan Lao Toyota, kemarin. Namun, mereka harus segera instrospeksi diri.
Jakarta, Lontar.id – PSM Makassar memenangi satu pertandingan penting di Pakansari kemarin. Anak asuh Darije Kalezic bekerja dengan sangat apik dan mampu melesakkan tujuh gol ke gawang Lao.
Lini depan dan tengah menjadi panglima dalam pertandingan kemarin. Hal itu terbukti setelah Wiljan Pluim didaulat menjadi man of the match, alias orang yang paling berpengaruh dalam pertandingan kemarin.
Selain Pluim, Eero Markkanen juga dieluk-elukan atas dua golnya. Hal ini menunjukkan, pembelian PSM sekarang bukanlah pembelian yang sia-sia.
Patut dilihat pula, bagaimana kerja sama para ujung tombak PSM kemarin. Meski banyak membuat kesempatan emas namun gagal memanfatkannya, paling tidak, para strikernya mencatat namanya di papan skor.
Sebut saja Ferdinand Sinaga, serta Zulham Zamrun. Mereka berdua menunjukkan performa yang luar biasa. Paling tidak, mereka berdua sudah bisa jadi pilihan pengganti dari Rahmat yang ikut pemusatan latihan di Australia.
Baiklah, lini depan PSM memang sedang mengerikan. Banyaknya peluang yang dibuat membuat publik pencinta Pasukan Ramang menatap laga ke depan dengan optimisme yang sungguh besar.
Maklum, setelah kehilangan piala Liga 1 2018, para pendukung terus berharap kalau ada predikat bergengsi yang bisa menggantikan piala yang direbut Persija pada musim lalu.
Meski main bagus, apakah PSM tidak bisa dikritik? Tentu saja bisa, setelah lini pertahanannya sedang memble. Patut juga dipikirkan, jika para penyerang sudah tumpul, dan pemain belakang loyo, bisakah PSM menang? Seri saja sudah beruntung.
Sebaiknya, PSM harus berpikir jika tidak selamanya mereka akan menghadapi klub seperti Lao. Masih ada jalan terjal di hadapannya yang harus mereka terabas untuk memuluskan langkahnya di kancah Asia.
Jika melihat kenyataan dan sejarah, Laos, negara asal Lao Toyota, sangat timpang kondisi kekuatan sepakbolanya dengan Indonesia. Tanpa berniat merendahkan, kualitas timnas Indonesia masih lebih baik dari Laos.
Apakah itu berefek? Jelas. Pemain-pemain dari Lao masih didominasi pemain-pemain dari negaranya sendiri, meski tidak dimungkiri, ada juga pemain asing yang ikut bergabung dengan Lao.
Baca juga: Tinggalkan Piala Presiden Lalu Berpesta di AFC Cup
Publik boleh saja senang. Namun, hal macam begitu tidak boleh kita lupa. Jangan sampai kehilangan awas dan membuat PSM di atas angin, namun tidak menjadikan kekurangannya sebagai bahan instrospeksi.
Dalam pertandingan kemarin, ada beberapa catatan yang mungkin saja penting untuk diketahui dalam melihat isi skuat yang bisa dibilang sudah merata.
Pertama adalah begitu banyaknya peluang yang diciptakan Eero yang gagal dikonversi menjadi gol. Striker dengan embel-embel Madrid di belakangnya ini, sebenarnya cukup baik dalam penempatan posisi.
Namun jika melihat beberapa kali ia membuang kesempatan, tampaknya, embel-embel itu harus mulai dilepaskan. Patut pula kita khawatir kalau dirinya hanya menciptakan peluang saja ke depannya dan lupa bagaimana cara mencetak gol.
Meski begitu, kalimat pembelaan dari Darije juga patut diselami. “Sekedar untuk Anda ketahui saja, dia (Markanen) adalah pencetak gol terbanyak dalam tim untuk saat ini,” katanya, setelah pertandingan usai.
Baca juga: Ihan Bumbu Andaliman, Makanan Batak yang Harus Dilestarikan
Darije kini harus mulai berpikir taktik dan strategi kalau Eero masuk dalam perangkap ketumpulan dirinya sendiri. Jika kurang tajam, siapa yang akan menjadi goal getter selanjutnya?
Masih ada untung buat Juku Eja, sebab pertahanan Lao tampak sangat keropos. Bola-bola atas dan tidak rapatnya pertahanan dalam mengawal striker PSM menjadi santapan empuk anak-anak Makassar.
Bagaimana jika klub yang ia tantang adalah yang bagus pertahanannya, disiplin dalam peralihan menyerang ke bertahan, dan sebagainya, dan sebagainya? Ini bisa jadi kesulitan juga, kan?
Jika pertahanan lawannya bagus, serta teknik menyerangnya juga oke, lalu bagaimana PSM harus merasa senang dengan hasil pertandingan yang ia kemas kemarin dengan tujuh golnya itu? Bisakah mereka merendah, dan menatap laga ke depan dengan hati-hati?
Baca juga: Suporter PSM Sementara, Akhirat Selamanya
Sepak bola adalah teknik membaca kemungkinan-kemungkinan. Publik boleh saja percaya jika pertandingan ke depan yang lebih sulit, Eero sudah bisa diandalkan dalam urusan mejebol gawang lawan.
Kedua adalah, bagaimana pertahanan PSM bisa lebih baik lagi ke depannya. Aarov Evans, dalam pertandingan yang sudah dilakoninya kemarin, disorot habis-habisan.
Gol pertama yang diciptakan Lao murni kesalahannya. Ia dikecoh dengan mudah tepat di depan mulut gawang yang menganga.
Selain itu, tiga gol yang disarangkan Lao bukan angka yang sedikit. Namun, lagi-lagi, Darije punya alasan dengan permainan yang kurang menggigit pada babak awal dan secara keseluruhan.
“Kami memulai pertandingan ini dengan sedikit gugup, seperti saat kami bermain di Singapura. Setelah 15 menit, tim saya bisa bermain seperti apa yang saya inginkan. Sebenarnya masih ada tanda tanya buat saya, kenapa kami gugup memulai pertandingan dan mungkin saja ini akibat tim kami pertama kali bermain pada kompetisi ini,” ungkap Darije.
Baca juga: Sepatu Baru Bermerek Stadion Barombong untuk Makassar
Barangkali mereka gugup. Keuntungan kedua adalah, lagi-lagi mereka melawan Lao. Bagaimana jika kegugupannya dimanfaatkan habis oleh klub-klub yang lebih moncer dari pelbagai lini? Bisa jadi apa PSM jika begitu?
Terang saja jika seorang pendukung PSM ada yang belum bisa optimis dan tidak yakin jika PSM akan jadi jawara di Liga 1 dan kompetisi lainnya.
“Pertahanan rapuh, sementara klub-klub di Indonesia mulai berbenah dan ingin menjadi klub papan atas menyaingi PSM. Lihat saja Persija, Madura, dan klub-klub lain. Mereka benar-benar mengerikan.”
Ada benarnya juga, sebab melawan Kalteng Putra kemarin, PSM dijungkalkan. Padahal, Kalteng Putra adalah klub promosi yang baru merasakan atmosfer dengan klub-klub mentereng Indonesia.
Meski begitu, lagi-lagi PSM dan banyak publik punya alasan kalau pertandingan itu bukanlah sebuah prioritas.