Jakarta, Lontar.id – Setiap hari, setelah kamu, Audrey, membaca tagar dari para-para pendoamu, kubayangkan kau tersenyum semringah. Dalam hatimu, mungkin saja kau berujar kalau masyarakat Indonesia mayoritas orang yang peduli. Bukan cuma orang Pontianak.
Presiden mendoakanmu. Simbol negara yang sedang bertarung itu, kirim energi positif buatmu. Begitu juga lawannya. Kau harus cepat sembuh, ya. Perlihatkan pada seluruh m,asyarakat kalau kau kuat meski sudah dirisak.
Di tengah-tengah dirawatnya kamu, setiap sekali setelah kamu habis mengunyah sesuap sup yang agak asin dan nasi yang gurih dengan lauk yang tak kalah nikmatnya, aku yakin kamu semakin kuat. Kau butuh teman bermain bukan? Makanya kau harus sembuh lebih cepat yang dibayangkan orang.
Audrey, meski kau dikepung kabar yang tidak pasti, tetap semangat menjalani hari-harimu. Sebab apa? sudah banyak artis datang menyambangimu. Aku adalah seorang yang tidak berpikir dan tidak berdebat soal siapa yang datang dan tidak.
Bayangkan saja, jika aku dan banyak warga yang tak merasa menjadi kamu, berdebat, maka mungkin kamu pasti merasa sedih. Mungkin saja. Kubilang mungkin, Audrey, sebab aku suka sekali mengkhayal dan membaca masa depan. Itu hobiku.
“Mengapa kalian memperdebatkan sesuatu hal yang bikin ribut dan bikin orang negatif thingking?”
“Aku tidak berpikir sejauh kalian berpikir, kalau artis yang menjengukku itu ambil keuntungan dariku. Tidak sama sekali. Yang kupikir, ia yang berdoa dan tulus ingin datang padaku, maka aku terima. Aku tak ingin kalian berdebat panjang soal siapa yang datang menjengukku.”
Begitu bentuk kalimat yang bisa kau sampaikan. Toh, jika kau memang ingin. Audrey, barangkali kau sudah tidak lagi memforsir tenagamu untuk mengurusi para pelaku yang beraninya main keroyokan itu.
Sebab untuk apa, kalau kesehatanmu lebih penting daripada menceritakan keburukan pelaku? Izinkan aku atau kami semua, segenap warga maya yang peduli padamu, untuk mengurus dan mengawal kasusmu ini.
Di tumpah darahmu, Audrey, banyak sekali orang menandatangani petisi karena mereka peduli padamu. Peduli pada anak-anak yang rentan dirisak dan dikeroyok selain kamu, sementara hukum kita begitu gampangnya takluk. Yakinlah pada kami semua, kalau kami bisa mengawal kasus ini dengan baik.
Terpenting, kamu ceria lagi. Jangan murung. Tersenyumlah lebih besar dari luka yang ditorehkan gerombolan kakak-kakak yang sedang dihujati netizen itu.
Maafkan aku atau kami yang sudah begitu dalam mengurus kasusmu. Kami marah, sebab pelaku pengeroyokmu itu akan bisa melenggang tanpa rasa bersalah setelah perlakuan hina yang dilakukannya padamu.
Audrey yang baik. Sesungguhnya kami tidaklah ikhlas jika hukum kita ini begitu entang melepaskan orang jahat. Aku atau kami tak ingin jika adikku atau adik-adik kami, jika sudah dikeroyok, pengeroyoknya malah lekas mendapatkan ampunan hukum.
Aku atau kami, tak suka anak-anak yang bajingan dibiarkan begitu saja. Sudah begitu banyak anak sekolah, yang seumuran dengan pengeroyokmu, buat hal yang bikin dada panas. Memukuli guru, menyaweri guru, merisak adik kelas dan menampar dan memukulinya juga.
Semua ada tingkatan, dan aku atau kami tak ingin tingkatan yang berat itu, lebih besar dari pada hukum yang sudah diatur sedemikian rupa. Tetapi apakah yang lebih besar dari hukum? Ya, maaf, Audrey. Maaf sungguh menghilangkan noda di hati.
Jika boleh aku bertanya padamu, atau orangtuamu, apakah memang hasil visum dan informasi awal itu keliru? Sebab yang kutahu, bukti lisan sedari awal dan bukti visum yang keluar selanjutnya, keduanya bisa mendukung gagasan orang-orang.
Di dunia maya, Audrey. Orang berdebat lagi soal hal itu. Tanpa pernah mau bertanya secara langsung padamu. Banyak orang bilang informasi awal keliru. Namun, dari mana datangnya informasi kalau bukan dari kejujuran dan kepolosan?
Percayalah Audrey, kami berisik sesuai substansi karena kami semua peduli padamu. Kami semua ingin membuka kejanggalan ini. Mengapa ada maaf, jika ada hukum? Mengapa ada hukum, jika ada maaf? Kerap kali, pikiran itu tertukar-tukar. Aku sampai bingung jadinya.
Aku akhirnya memilih maaf sembari berharap hukum harus tetap berjalan seperti tulisan-tulisanku sebelumnya. Kau juga pasti begitu kan? Tetapi jika kau tak bisa jawab, tidak masalah. Senyummu sudah cukup untuk mewakili kami bahwa semakin hari kau makin kuat.
Mengapa kamu kuat? Sebab kau ingin mempelihatkan fotomu ke khalayak ramai. Pada foto wajah bugarmu yang beredar, orang-orang memuji bahwa kau cantik. Maukah kau dipuji lagi? Maka dari itu, kau harus lekas bugar.
O ya, sepertinya kau ingin bilang kalau kau tidak mengapa atas alasan itu. Kau seperti memberi kami energi, bahwa seharusnya kebahagiaan lebih besar daripada kesedihan. Tunduk pada ketakutan adalah pilihan terakhir.
Lalu bisakah aku menulis lagi? Audrey yang semoga tubuh dan jiwanya lekas pulih seperti sedia kala, izinkan aku menyampaikan bahwa pengeroyokmu yang secara bersamaan dengan kawan-kawannya merisakmu diserang dengan warga maya dengan kalimat yang tak elok.
Bagaimana tanggapanmu? Aku pribadi, tidak suka. Mengapa bisa? Sebab, mereka berteriak untuk setop merisak dan mem-bully, tapi jari-jarinya tetap menulis kalimat yang pedih dan menghinakan pelaku.
Pedihnya di sini adalah, jilbab yang dipakai pelaku dihubungkan dengan sifat pengeroyokmu. Katanya lagi, cantik-cantik tapi blablabla dan masih banyak kata-kata yang bisa menjatuhkannya lebih dalam dari yang kamu rasa.
Sukakah kau membalas dendam, Audrey? Audrey, dendam itu, sebenarnya takkan memutus kejahatan. Ia malah memupuknya dan menumbuhkan kejahatan-kejahatan baru yang lebih keji. Setop dendammu, dan mari berdoa agar tak ada lagi yang dikeroyok seperti dirimu.
Instagram terduga para pelaku pengeroyokmu itu, katanya sudah diretas atau di-hack. Warga maya ramai-ramai menyerang kolom komentarnya. Lalu Audrey, jika sensasi itu terus dihidupkan, maka akan ada pujaan baru yang tidaklah pantas untuk dipuji dan dimaki sedemikian rupa.
Aku beritahu satu hal, mending kita semua fokus mengawal kasusmu sampai tuntas dan mendoakanmu, atau menyerang pribadi dan keluarga para pelaku, atau keduanya? Aku atau mungkin saja kami, butuh jawabanmu. Bicaralah. Jika tidak bisa, cukup lekas sembuh saja.