Jakarta, Lontar.id – Isu transfer pemain di persepakbolaan Indonesia memang selalu ramai dibincangkan. Seperti di Makassar, pendukung PSM terus memantau perpindahan pemain.
Saya menemui pentolan Red Gank, Sul Daeng Kulle, di Warkop GGS Kopi Niang di Makassar, beberapa waktu yang lalu. Kami bercerita soal transfer dan perubahan pola perekrutan pemain yang terjadi di PSM Makassar.
Tidak berlebihan jika racikan taktik Robert Rene Alberts terbilang tokcer, meski ada beberapa kebocoran yang bisa dirasa saat musim Liga 1 sudah berjalan.
Jika PSM tidak diampu oleh juru racik yang berkualitas, besar kemungkinan, posisi kedua di Liga 1 2017-2018 tak menempatkan nama Juku Eja.
Maka dari itu, kami membahas beberapa kebocoran yang bisa saja merugikan klub dan “dosa-dosa” yang tak boleh diulangi oleh manajemen dan kepelatihan, apalagi AFC menunggu PSM Makassar dalam waktu dekat.
Dimulai dari tidak ketatnya seleksi pemain yang berdiri di depan gerbang bursa transfer bagi PSM. Contohnya, kegagalan pemain seperti Bruce Djose Djite dan Sandro.
Kerja sama dengan pemain lain, baik itu Djite dan Sandro, terbilang gagal. Miskomunikasi kerap terjadi. Mereka berdua tak dapat tempat luas di line up dan lebih banyak menghangatkan bangku cadangan.
Djite bahkan harus terlempar dari kursi pemain setelah tidak membawa dampak apa-apa dalam tim. Ia harus keluar sebelum musim selesai dan lebih banyak duduk saja. Ia menjadi preseden buruk yang tentunya mencoreng cara meneer Belanda itu memilih pemain.
Menoleh ke belakang. Robert dan Riedl, yang sama-sama pelatih asing, punya kesamaan dalam merekrut pemain. Mereka berdua sama-sama melihat youtube sembari menunggu tawaran agen yang lain untuk meminang pemain.
Pada era Riedl, Nemanja Vucicefic dan Nenad Begovic terbilang sukses. Ia padu memainkan irama di lini tengah dan depan untuk menciptakan magis di hadapan klub lawan dan pencinta PSM Makassar.
Riedl juga gencar melakukan seleksi, pada saat terbukanya pintu transfer. Ia pun kerap bermasalah dengan banyak suporter saat melihat kemampuan pemain, sebut saja dua striker yakni Silvio Escobar dan Pedro Javier.
Pada tahap akhir, Riedl akhirnya memilih Escobar yang kuat dalam penempatan posisi dan menjadi goal getter. Keputusannya terbilang sulit karena terjadi perdebatan. Toh, dalam seleksi, Pedro juga tampil mengagumkan dan membuat banyak penonton berdecak kagum.
Sayang beribu sayang, liga terhenti dan informasi soal sakit Riedl yang sudah akut, membuat PSM harus menepi dengan skuat yang mumpuni. PSM terpaksa harus berhenti tanpa pernah mencoba kedalaman skuatnya dengan bertempur melawan seluruh klub papan atas dan profesional di Indonesia.
Hampir sama dengan Robert. Ia sukses membawa tiga pemain asing yang menambah kekuatan tim yakni Wiljan Pluim, Marc Klok, dan Steven Paulle. Selebihnya, semua tampak biasa-biasa saja dan kurang menggigit.
Robert memang tak melakukan seleksi untuk pemain asing yang dipilihnya. Dalam mengambil keputusan untuk mendatangkan Djite dan Sandro, ia hanya melihat youtube dan menunggu rekomendasi dari manajemen. Tutup kata: deal. Tak ada perdebatan di palagan seleksi seperti musim lalu.
“Silakan lihat youtube sebagai rekomendasi. Tapi idealnya, tetap dilakukan seleksi minimal lihat kemampuan, fisik, dan lainnya. Rujukan musim lalu, pemain asing direkrut tapi pertemuan musim tidak sesuai ekspektasi, akhirnya dilepas lagi,” jelas Sul pada Lontar.id.
Soal non pemain asing dan dari akademi yang masih muda, Sul punya pandangan tersendiri dalam memilih pemain. “Kita bukan lagi pembinaan, tapi ini industri dan prestasi. Boleh disisipkan 1 sampai 5 orang, pemain dari pembinaan U-21 juga boleh.”
Secara gamblang, Sul menilai, soal pemilihan pemain melalui youtube tanpa seleksi adalah murni dari pelatih efek. “Silakan cek 3 tahun terakhir sejak Robert. Semua barang masak tanpa diraba. Jadi ada yang kelewat matang, ada juga apkiran.”
Kini, Sul meyakini isi skuat PSM saat ini sudah terbilang baik. “Dengan bukti kalau ada beberapa yang sudah dikontrak dengan durasi lama,” tandasnya.