Lontar.id – Seorang lelaki dari ofisial PSM inisial M, membawa pistol dan dituding telah mengacungkannya kepada suporter Madura United dari bench pemain di Stadion Ratu Gelora Pamelingan. Ada juga yang bilang tidak.
Suporter akar lalu rumput ribut. Saling mengompori. Petantang-petenteng di media sosial. Isu ini membesar dan muncul pertanyaan: mengapa ofisial klub membawa pistol masuk ke lapangan? Di dalam kan ada polisi.
Ini menjadi catatan buruk suporter Madura United, ofisial PSM Makassar, dan panitia pelaksana pertandingan. Tidak bisa menyalahkan satu pihak saja. Masalah ini kompleks.
Seorang ofisial PSM yang membawa senjata itu akan selalu dikenang di Madura. Kalau bukan positif, pasti negatif. Dunia punya dua sisi, bukan?
Masih sangat baik, jika seluruh suporter Madura United tidak mengambil pusing insiden itu. Masalahnya, jika ada satu suporter dendam. Dijaminkah. kelak ia tak buat ricuh?
Seseorang bikin ricuh itu saja sudah tak baik, apalagi banyak. Provokasi bisa membuat hal yang ditakutkan bisa menjadi nyata. Efeknya, kemarahan makin membesar dan dendam terwariskan ke mana-mana.
Suporter PSM punya catatan buruk dengan suporter lawannya. Harusnya, kejadian itu jangan sampai terulang. Suporter harus membawa misi perdamaian. Teror boleh, ricuh jangan.
Jika suporter Madura United marah, dan suporter PSM Makassar juga emosi. Lalu apa yang terjadi? Potensi keributan. Pembesar klub dan suporter bisa damai, tapi residunya susah padam di kalangan akar rumput.
Kedua, mengapa panitia pelaksana bisa melewatkan senjata api masuk ke dalam stadion? Jika menengok omongan Sapto Wahyono, Security Officer LOC Madura United, ia menyalahkan PSM. Tentu atas dasar fakta yang ia punya.
Ia berharap pihak PSM memahami area Field of Play (FOP), yang di sana tak boleh ada senajata. Harus steril dari senjata apapun. Apa pasal? Hal yang ditakutkan akhirnya terjadi.
“Harapan dari Madura United atas kejadian tadi adalah, terhadap klub yang menggunakan pengawalan internal dengan menggunakan jasa anggota kesatuan yang berizin menggunakan senjata, agar memahami area FOP, adalah area yang khusus untuk orang-orang yang terakreditasi dan tidak menunjukkan kepemilikan senjata kepada penonton tribune,” ucap Sapto, dikutip dari Detik.
“Tindakan tersebut bisa memancing reaksi berbeda dari penonton tribune. Tugas pengamanan sepenuhnya adalah tanggungjawab tuan rumah. Ini juga perlu ditegaskan oleh PSSI,” jelas pria 46 tahun itu. Sayangnya, Sapto lupa untuk mengkritik panitia pelaksana.
Rasa-rasanya kurang tepat untuk saling menyalahkan sekarang. Tidak ada yang lebih hebat dari menyalahkan diri sendiri. Mengeluarkan informasi bahwa semua baik-baik saja.
Karena informasi liar yang terus berkembang, CEO PSM, Munafri (Appi) Arifuddin mengeluarkan informasi untuk menjawab seluruh pertanyaan yang ada:
- PSM Makassar menyesalkan terjadinya insiden tersebut dan meminta semua pihak untuk bersepakat bahwa insiden tersebut tidak boleh terjadi lagi di mana pun berada.
- Manajemen PSM Makassar meluruskan kabar yang beredar bahwa ada insiden penodongan atau mengacungkan senjata api. Yang sebenarnya terjadi tidak demikian
- Saat beberapa oknum suporter Madura United melempari bench PSM Makassar, saudara M langsung bereaksi, mencegah pelemparan tersebut. Serta memberi isyarat kepada oknum suporter untuk berhenti melempar. Saat itulah terlihat saudara M memiliki senjata api di pinggangnya.
- Pihak PSM dan Panpel Madura United sepakat membawa insiden ini ke pihak kepolisian, dalam hal ini Polres Pamekasan. Masalah inipun sudah selesai di pihak kepolisian dan antara manajemen PSM Makassar dengan Madura United sudah tidak ada apa-apa.
- Saudara M adalah personel aktif kepolisian yang ditugaskan untuk mendampingi tim PSM Makassar saat menjalani pertandingan di luar Makassar.
- Dalam setiap tugas mendampingi PSM Makassar sewaktu pertandingan tandang, saudara M selalu berkomunikasi dengan Panitia Pelaksana Pertandingan setempat. Memperkenalkan diri sebagai pengamanan internal klub. Sehingga sudah terjalin komunikasi dan kesepahaman dengan Panpel setempat.
- Berhubung masalah ini sudah selesai di tingkat kepolisian, manajemen PSM dan Madura United, kami berharap agar masalah ini tidak lagi menjadi pertanyaan publik.
Atas informasi itulah, benar-salah jadi buram. Masing-masing punya tafsir sendiri. Itu tidak penting. Paling utama, saya membenarkan bahwa suporter PSM dan Madura United, baik-baik saja.
Saya masih menyimpan cerita dari pembesar suporter PSM Makassar, jika jamuan suporter Madura United sungguh sangat istimewa jika kandangnya disambangi. Begitupun sebaliknya.
Mari introspeksi diri masing-masing, pasang senyum termanis, dan sodori kelingking satu sama lain. Persaudaraan lebih penting daripada jotosan siapa yang lebih kuat. #EwakoSettongDhere