Lontar.id – Sosok Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq Shihab, bakal jadi kunci sukses atau tidaknya proses rekonsiliasi antara Jokowi dan Prabowo.
Kepulangan Habib Rizieq ke Indonesia yang sejak dua tahun lalu bertolak ke Arab Saudi, bisa terlaksana jika sudah terjamin tak bakal ditangkap karena kasus yang menjeratnya.
Kepergian Habib Rizieq Shihab ke Arab Saudi, sempat menjadi perdebatan hangat, setelah ia dianggap melarikan diri usai dugaan kasus chat mesum dirinya bersama dengan Firza Husein.
Ia mengamankan diri, sebab menganggap rezim di bawah komando Jokowi berusaha menahan dirinya dengan kasus yang dibuat-buat. Ia menilai, itu berhubungan karena ia sebagai inisiator dan penggerak massa dalam rentetan aksi bela Islam.
Aksi itu dinilai sukses karena mampu menekan dan membawa mantan Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama (BTP) ke dalam sel tahanan, lantaran menista agama.
Sejarah mencatat bahwa aksi 212 dan 412 merupakan salah satu aksi terbesar umat muslim di Monumen Nasional (Monas). Orang yang berada di balik penggerak jutaan massa dari berbagai daerah itu, tak bisa dipisahkan dari peran Habib Rizieq Shihab.
Isu tentang kepulangan Habib Rizieq Shihab sempat diutarakan Prabowo Subianto, sewaktu mengikuti sejumlah kampanye Pilpres 2019. Dalam penjelasannya, Prabowo sendiri yang akan menjemput Habib Rizieq Shihab jika terpilih sebagai presiden.
Namun kenyataannya berbeda, Prabowo yang maju bersama Sandiaga Salahuddin Uno gagal menggeser posisi Jokowi-Ma’ruf sebagai orang nomor satu di Indonesia. Sehingga rencana kepulangan imam besar FPI masih belum bisa dipastikan.
Kini, pilpres usai. Yang tersisa cuma polarisasi masyarakat yang dapat memicu lahirnya konflik baru di akar rumput masing-masing pendukung.
Makanya upaya rekonsiliasi Jokowi dan Prabowo sangat penting dilakukan, agar masyarakat kemungkinan besar tidak lagi terlibat dalam ketegangan baik di media sosial maupun pada kehidupan sehari-hari.
Sebab, saat ini bukan lagi kita bicara siapa yang harus jadi presiden, tapi bagaimana kita menata kehidupan lima tahun di bawah pemerintahan Jokowi-Ma’ruf.
Penulis: Ruslan