Lontar.id – Mengapa orang menyebutkan tiga hal, yakni: Inovasi, kolaborasi dan investasi ketika membicarakan tentang industri masa depan? Karena ketiganya menjadi pilar penting untuk memastikan industri strategis yang bisa menjadi lokomotif untuk mewujudkan Indonesia maju.
Tanpa inovasi, kita akan berjalan di tempat dan jangan membayangkan Indonesia yang lebih baik. Albert Einstein sampai harus menyindir mengatakan “If you expecting different result while you keep doing the same things over and over, that’s we called insanity.”
“Kalau anda berharap hasil yang berbeda, tapi Anda terus melakukan hal yang sama berulang-ulang, itu kita sebut kegilaan atau ketidakwarasan.”
Maka itu, inovasi harus dikedepankan. Komitmen pemerintah sangat serius. Penyiapan anggaran riset pada tahun-tahun mendatang disiapkan dalam jumlah signifikan besarnya dibanding sebelumnya.
Lalu mengapa kita harus membangun kolaborasi yang kuat? Karena berjalan sendiri-sendiri waktunya akan sangat lama, terutama untuk menyiapkan tenaga-tenaga muda yang menguasai teknologi kekinian dan masa depan.
Jadi sambil melakukan investasi untuk membangun sistem dan manusia yang mengoperasikannya, kolaborasi adalah pilihan terbaik.
Berapa lama kita harus menunggu untuk sekadar mendapatkan tenaga kerja dan ahli untuk sekedar memproduksi mobil konvensional. Sementara kebutuhan ke depan yang kita butuhkan adalah sarana transportasi yang menggunakan bahan bakar yang terbarukan dan ramah lingkungan.
Maka pilihan lompatan besar kita tentulah mobil yang ramah lingkungan yang bebas asap pembawa polusi udara. Maka industri mobil berbahan bakar tenaga surya atau minimal menggunakan tenaga listrik, menjadi pilihan-pilihan kebijakan pembangunan industri masa depan dari pemerintah.
Presiden Joko Widodo menekankan bahwa kita tidak cukup lagi membuat sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya, tetapi harus lebih baik dari bangsa-bangsa lainnya.
Maka untuk mencapai kemajuan itu lebih cepat, kita harus berani berkolaborasi sambil melakukan adopsi dan investasi teknologi-teknologi terkini dari negara-negara lain yang lebih dahulu menguasainya.
Berbicara mengenai pilihan industri masa depan yang akan digenjot pemerintah. Setidaknya hingga 2025 ada komunikasi dan telekomunikasi, agrobisnis, transportasi.
Ketiga sektor tersebut selain memiliki daya dorong terhadap sektor pembangunan ekonomi, juga yang terpenting menyentuh kehidupan mayoritas rakyat di negeri ini, sehingga kesejahteraan bisa ikut terangkat dan lapangan kerja bagi generasi angkatan kerja baru lebih banyak terbuka.
Kita harus sadari bahwa kita hidup dalam era yang berkelimpahan (abundance era) soal apa yang dulunya sulit, kini serba dimudahkan. Telekomunikasi contohnya, dahulu begitu mahal untuk berkomunikasi di antara pihak-pihak yang membutuhkan.
Sekarang ini bahkan tak sedikit yang gratis, misalnya wifi gratis yang disediakan di tempat umum. Bahkan informasi apa saja melimpah ruah di dunia maya. Dari seluruh penjuru dunia.
Sampai-sampai biaya studi banding yang dulunya sangat mahal, kini tersedia lengkap mengenai apa saja. Di negara mana saja, cukup menggunakan ponsel dengan fasilitasi internet.
Era sekarang juga dikenal sebagai era kebermungkinan (possibility era) saat generasi baru pelaku ekonomi berbasis digital dapat menjadi milyarder dalam hitungan satu dua tahun.
Kekayaan yang dicapai Onassis Rockfeller dalam puluhan tahun bahkan dekade, dicapai dengan sangat singkat oleh bos Alibaba (Jack Ma) bos Gojek (Nadiem Makarim) dan ratusan lainnya.
Kita benar-benar sudah sangat jauh dari zaman serba penuh keterbatasan dan ketidakmungkinan yang bisa dianalogikan sebagai era flinstone atau zaman batu.
Kita saat ini benar-benar hidup pada era yang berbeda dengan yang dialami kebanyakan generasi Indonesia yang masih melihat telpon di-engkol sebelum digunakan, tv hitam putih, tayangan berita yang sudah basi yang merupakan rekaman peristiwa beberapa hari sebelumnya, perdagangan yang pelakunya harus selalu tatap muka sebelum terjadi transaksi.
Kini gaya belanja berubah drastis. Pembeli dan penjual tidak semuanya lagi harus di pasar atau di toko yang ada fisiknya. Mereka bisa bertransaksi di dunia maya.
Bukankah dulunya itu hanya ada dalam angan? Sekarang hal yang hampir mustahil kini bisa menjadi kenyataan. Bagaimana lima atau sepuluh tahun ke depan?
Perubahan itu harus dikenali dari sekarang sehingga bisa diraba ke mana arahnya. Industri masa depan yang sebagian tingkatannya sudah mencapai versi 4.0. Bagaimana praktiknya? Bagaimana rupanya, bagaimana implikasinya bagi peradaban, sosial, ekonomi dan lain-lain?
Kita harus bisa merencanakan lebih baik dari perencana sebelumnya. Bahwa industri 4.0 pasti akan trending, maka beruntunglah orang yang mempercayai itu dan mempersiapkan diri menghadapinya.
Kita dan Indonesia percaya dengan perubahan yang semakin cepat dan level permainan yang semakin tinggi. Dan kita semua harus siap menjadi pemenang, menjadi negara maju dalam arti yang sesungguhnya.
Oleh : Syahrul Yasin Limpo, Mantan Gubernur Sulsel 2 periode