Lontar.id – Almarhum Presiden ke-3 Bacharuddin Jusuf Habibie dimakamkan di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata, Jakarta Selatan. Pusaranya berdampingan dengan makam sang astri Hasri Ainun Besari atau Ainun Habibie.
Saat jenazah Habibie tiba di lokasi Presiden Joko Widodo (Jokowi) ikut langsung mengiringi.
Bahkan, sejumlah warga sudah memadati TMP sebelum pemakaman berlangsung. Para warga bahkan terus berdatangan, mereka berbondong-bondong menyaksikan secara langsung almarhum Habibie ke peristirahatannya yang terakhir.
Mereka rela mengantre di luar kompleks TMP, menunggu diizinkan untuk masuk ke dalam. Tampak juga hadir, sekelompok pengemudi driver ojek online (Grab) yang turut memeriahkan pemakaman almarhum.
Dalam pidato yang disampaikan Jokowi, ia menyampaikan duka cita yang amat mendalam atas kepergian putra terbaik bangsa tersebut.
Jasa-jasanya akan selalu dikenang sebagai seorang tokoh yang telah memberikan kontribusi besar terhadap bangsa dan negara. Jokowi juga menyampaikan, Habibie menghembuskan napas terakhir di RSPAD Gatot Subroto, Rabu (11/09) pada pukul 18.05 WIB.
“Saya Presiden RI, atas nama negara, bangsa dan TNI dengan ini mempersembahkan ke persada ibu pertiwi, jiwa raga dan jasa almarhum Presiden Prof BJ Habibie,” kata Jokowi yang didampingi Iriana Jokowi dan Jusuf Kalla dalam pidatonya, Kamis (12/9/2019).
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengatakan, sosok Habibie sudah sangat lekat dengan masyarakat Indonesia, ia menjadi suri teladan sekaligus tokoh motivator bagi anak-anak bangsa. Bahkan kebanyakan orang tua menjadikan Habibie sebagai sosok inspirasi—agar anak mereka rajin belajar sehingga kelak cerdas seperti Habibie.
“Para orang tua menyuruh anaknya belajar yang rajin, biar seperti Pak Habibie. Pak Habibie itu sumber inspirasi dan semasa hidupnya ia mengirimkan anak buahnya untuk belajar di perguruan-perguruan tinggi terbaik dunia sampai mereka pulang,” ujarnya.
Almarhum semasa hidup tak hanya menjadi sosok inspirasi, tetapi juga mewariskan bakti yang besar terhadap bangsa dan negara. Wafatnya almarhum bahkan menyisakan duka di banyak institusi negara.
Baik perusahaan teknologi Telkomsel, Bank Muamalat, Bank Mandiri, hingga para tokoh politik di Indonesia dan luar negeri juga merasakan kehilangan. Seperti lagu pahlawan, janji dan bakti Habibie bagi negara dan bangsanya memang telah terbayar tunai. Namun, sosoknya yang inspiratif akan terus abadi.
Cinta yang Tak Pernah Redup
Ilham Akbar Habibie, putra sulung almarhum Habibie, memberikan pidato terakhir pada upacara pemakaman. Dalam pidato singkatnya, Ilham Akbar Habibie mengenang ayahnya sebagian seorang suami yang sangat setia pada ibu Ainun.
Habibie kerap kali melakukan ziarah ke makam Ainun setiap hari Jumat dan membacakan tahlilan setiap hari. Aktifitas itu dilakukan sejak istrinya meninggal dunia 9 tahun yang lalu. Jika Habibie diajukan pertanyaan, kapan Ainun meninggal, maka Habibie langsung menjawab secara detail tanggal, hari hingga tahun meninggalnya.
Bahkan Habibie saat sedang dalam perjalanan ke luar negeri, ia tetap menyempatkan diri membaca tahlilan untuk istrinya. Itu membuktikan cinta Habibie pada Ainun yang amat mendalam.
Kesetiaan Habibie pada istrinya hingga akhir hayat juga telah dia buktikan. Dan kini, putra asal Parepare, Sulsel, itu telah disemayamkan tepat di sebelah makam Ainun.
“Kapan ibu Ainun meninggal? Bapak langsung tahu, 9 tahun sekian bulan sekian hari karena bapak tiap hari, saya tidak bohong. Kalaupun bapak pulang malam itu jam 12, jam 1 masih dimulai (tahlilan), di dalam perjalanan, dalam mobil tetap dilakukan, yang penting dilakukan sekali sehari,” ujarnya.
Sutradara Hanung Bramantyo yang pernah merilis film Habibie & Ainun, turut memberikan kesaksian bahwa kecintaan Habibie pada Ainun sangat besar.
Pernah suatu waktu Hanung Bramantyo berkunjung ke rumah Habibie, dia disuruh memakaikan syal yang pernah dikenakan Ainun sewaktu masih hidup. Demikian juga pada saat makan bersama, di meja makan terdapat piring kosong yang sengaja diletakkan di atas meja dan satu kursi kosong yang tak pernah diduduki orang lain.
Habibie memberi tahu Hanung Bramantyo bahwa piring dan kursi kosong itu adalah milik istrinya, Ainun. Habibie di mata Hanung Bramantyo, masih merasakan bahwa Ainun masih hidup dan berada di sampingnya, di manapun ia berada.
“Saat saya berada di rumah beliau, saya disuruh pakai syal, dan syal ini punya siapa? Syal ini punya Ainun, beliau bilang seperti itu. Pada saat sarapan pagi di cover bad bersama saya, di sampingnya ada piring kosong dan kursi, ini kursi dan piringnya ibu Ainun.”
“Beliau selalu mengrade dirinya seolah Ibu Ainun itu masih ada, itu yang membuat saya menangis karena saya sadar, dia seorang presiden, seorang yang jenius tapi masih memikirkan istrinya Ainun,” ujar Hanung Bramantyo.
Yenny Wahid merasa Habibie sebagai tokoh inspirasi bagi semua orang, bukan saja peran ia semasa menjabat sebagai presiden, melainkan sebagai seorang suami yang sangat setia pada istrinya.
“Pak Habibie yang membuat dia pantas sekali menjadi inspirasi bagi kita semua, ketika beliau mencintai satu hal, mencintai istrinya dengan totalitas sampai akhir hayatnya. Ia terus berkunjung rutin ke makam istrinya,” ujarnya.
Bendera Setengah Tiang untuk Eyang
Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Pratikno saat di rumah duka menyampaikan bangsa Indonesia saat ini sedang berduka atas kehilangan putra terbaik bangsa. Almarhum BJ Habibie telah memberikan sumbangsih yang amat besar atas kemajuan bangsa dan ilmu pengetahuan.
Lewat kontribusi BJ Habibie, baik sebagai presiden dan ilmuwan yang berkecimpung lama di ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI), sudah seharusnya masyarakat pada umumnya berduka cita.
Untuk itu, pemerintah mengeluarkan instruksi presiden untuk mengibarkan bendera setengah tiang di setiap instansi pemerintah dan lembaga negara. Selain itu, akan ditetapkan sebagai hari berkabung nasional selama tiga hari.
“Kita akan menetapkan hari berkabung nasional selama 3 hari, mulai tanggal 13 sampai tanggal 14. Kami mengajak kepada semua masyarakat pada umumnya, pimpinan lembaga negara dan pemerintah untuk mengibarkan bendera setengah tiang,” kata Pratikno di kediaman BJ Habibie, Rabu (11/9/2019).
Sejak almarhum mendapatkan perawatan intensif di RSAP Gatot Subroto, Pratikno menjelaskan bahwa Presiden Jokowi kerap datang menjenguk dan menginstruksi pada dirinya agar memberikan perhatian khusus dengan menurunkan sejumlah dokter khusus kepresidenan.
Namun kehendak sang khalik berkata lain, BJ Habibie menghembuskan napas terakhir pukul 18.05. Mantan Ketua PP Muhammadiyah Din Syamsuddin yang datang di kediaman almarhum menguraikan peran serta BJ Habibie dalam membangun bangsa dan negara selama hidupnya.
Perannya dalam pembangunan Ilmu Pengatahuan dan Teknologi (Iptek), telah mengalami kemajuan besar dan melahirkan sejumlah peraturan bagi kebebasan masyarakat sipil.
“Selama kepemimpinan beliau (Habibie), walau singkat namun melahirkan sejumlah Undang-undang yang berharga bagi konsolidasi Indonesia,” katanya.
Sosok BJ Habibie di mata Din Syamsuddin adalah sebagai tokoh motivator bagi kebangkitan intelektual Islam di Indonesia, hal itu sangat penting bagi seluruh masyarakat Indonesia terutama kalangan muslim.
Olehnya itu, Din Syamsuddin mengajak seluruh tokoh dan pemuka agama, baik Islam maupun non-islam agar mendoakan almarhum mendapatkan tempat di sisi sang pencipta.
“Maka kepergian BJ Habibie adalah kehilangan bagi kita semua, kehilangan bagi bangsa dan kehilangan bagi dunia Islam. Karena Beliau diakui sebagai pemimpin dunia Islam, semoga peran-perannya selama hidup bisa menjadi amal jariah,” ucapnya.
Din Syamsuddin mengajak kepada seluruh masyarakat Indonesia untuk mengibarkan bendera setengah tiang sebagian bentuk tanda duka.
“Maka sangat tepat kalau pemerintah sudah mengumumkan sesuai dengan protokol tanda duka cita, untuk mengibarkan bendera setengah tiang. Itu punya makna simbolik, duka bangsa dan duka nasional, dan paling penting untuk semua pemuka agama agar mendoakan, khususnya umat muslim untuk menjalankan salat gaib.”
Penulis: Ruslan