Lontar.id – Wakil Presiden Jusuf Kalla menghadiri undanga dialog 100 ekonom di Hotel Westin, Jakarta. Dalam pemaparan Jusuf Kalla, ia menjelaskan tentang tantangan Indonesia menghadapi kondisi percaturan ekonomi dunia yang belum stabil.
Ekonomi internasional tidak stabil menurut Jusuf Kalla, karena adanya perang dagang antara Amerika Serikat dengan Cina. Pengaruhnya tidak saja dialami oleh kedua negara tersebut, melainkan merembes hingga ke Indonesia.
“Perang dagang Amerika Serikat dengan Cina membawa dampak hingga ke Indonesia,” kata Jusuf Kalla di Hotel Aswin, Jakarta, Kamis (17/10/2019).
Selain itu, Jusuf Kalla juga membandingkan antara kebijakan di zaman Soeharto dengan saat ini. Jika di era Soeharto, kebijakan yang sudah diputuskan dari pusat, maka di kecamatan, kabupaten, kota hingga ke provinsi akan ditaati.
Namun berbeda halnya, ketika masa pemerintahan Jokowi dan dirinya. Meskipun kebijakan sudah diputuskan dari pusat, belum tentu daerah melaksanakannya sesuai dengan aturan yang ada. Alasannya, di beberapa daerah memiliki otonomi khusus, kepala daerah dapat membuat kebijakan yang sesuai dengan kebutuhan di daerah yang berbeda dengan kebutuhan di pusat.
“Kalau zaman Pak Harto (Soeharto) apa yang di putuskan kabinet ditaati sampai camat, sekarang karena ada otonomi, apa yang diputuskan belum tentu dilaksanakan dengan baik provinsi dan kabupaten,” terangnya.
Sementara ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Didik J Rachbini, memberikan beberapa masukan terkait sektor industri yang semakin lesu di akhir pemerintahan Jokowi-JK. Seperti pada neraca perdagangan hingga neraca jasa mengalami defisit.
“Saran kami agar blusukan di sektor industri yang menjadi titik terlemah.”
Hadir dalam kegiatan diskusi 100 ekonom di antaranya ahli ekonomi Prof. Emil Salim, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto dan sejumlah pegiat ekonom lainnya.
Editor: Ais Al-Jum’ah