Wednesday, May 21, 2025
Jaringan :   Cermis.id   Etnis.id
Lontar.id
  • PaliwaraNews
  • BiwaraIndepth
  • NusantaraBudaya
  • KanggaOlahraga
  • RagamHiburan
  • KolomOpini
No Result
View All Result
Lontar.id
Home News

Jangan Ada Body Shaming di Antara Kita

Oleh Ardian
6 January 2019
in News
Jangan Ada Body Shaming di Antara Kita

Social intolerance. Mockery. Bullying. A group of young people mocking a nerdy guy. Hate concept. Flat editable vector illustration, clip art

52
SHARES
Share on FacebookShare on Twitter

Mengomentari bentuk fisik dengan kalimat tak elok bukanlah hal yang baru. Mungkin tingkah laku manusia seperti itu sudah ada di era para rasul. 

Jakarta, Lontar.id – Hingga kini dan kemajuan teknologi, mencemooh bentuk fisik seseorang tak mesti harus bertatap muka. Bully-an itu kian tak terkendali saat media sosial menjadi bagian dari gaya hidup kekinian. Karena pergeserannya, istilah itu pun kini beken dikenal dengan sebutan body shaming.

Sasaran body shaming sangat rentan terjadi kepada orang yang kerap eksis di media sosial. Apalagi yang punya banyak pengikut atau followers. Utamanya artis atau publik figur. Dan, yang berkomentar negatif, haters namanya. 

Sudah ada beberapa artis kita yang pernah melapor kasus seperti ini. Yang terbaru, kasusnya Dian Nitami. Sang suami Anjasmara geram lantaran bentuk hidung istri terkasih mendapat komentar jelek dari netizen. 

“Itu hidung ny jelek.bgt.. melar.. jempol kaki. Jg bs masuk..waduh.. operasilah.. katanya artis.. masa duit buat perbaiki hidung gag ada..waduh..” Begitu kalimat yang ditulis akun @corissa.putrie yang bikin Dian naik pitam. 

Sebelumnya, Ussy Sulistiawaty juga mengalami hal serupa. Sasaran bully itu ditujukan kepada buah hatinya. Sebagai seorang ibu dia tak tega. Marah. 

Baik Ussy maupun Anjas, sikap geram mereka akhirnya berakhir di kantor polisi. Harapanya, para pelaku medsos bijak dan tak serampangan memberi komentar di akun media sosial orang lain. Pertanyaannya, perlukah pelaku body shaming itu dilaporkan? Sebelum menjawab saya ingin mengutaran pendapat mengenai persoalan tersebut. 

Beberapa hari yang lalu, saya pernah terlibat perdebatan dengan seorang kawan di instagram. Dia terasa terganggu karena diberlakukannya UU ITE untuk segala aktivitas body shaming. Seperti dikutip dari cnnindonesia.com, Direktur Reserse Kriminal Khusus Polda Metro Jaya, Komisaris Besar Adi Deriyan berkata,  perbuatan body shaming bisa dilaporkan.

Dasar untuk menjerat pelaku sudah ada. Mereka yang diperkarakan akibat perilaku body shaming bisa dijerat dengan pasal 27 ayat 3 (jo), pasal 45 ayat 3 (jo) UU No 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik yang kini menjadi UU No 19 Tahun 2016. Ancaman hukumannya tidak main-main, bisa penjara paling lama empat tahun atau denda paling banyak Rp 750 juta.

Body shaming memang tak ada takaran yang tepat untuk menafsirkan perbuatan itu sudah fatal atau masih wajar-wajar saja. Karena dalam beberapa kesempatan ada juga yang sengaja mengejek temannya karena niatnya untuk becanda. Dikatakan gendutlah. Kuruslah. Jeleklah. 

Ada yang bilang kalau teman sudah saling mencemooh itu menandakan tingkat keakrabannya. Makin erat. Tapi keakraban macam apa yang timbul dari bullyan. Sehingga menjadikan tubuh orang lain sebagai bahan candaan lalu ditertawakan sepuas hati.


Menganggap body shaming sebagai sebuah tindakan wajar menurut saya adalah kesalahan besar. Miskinnya empati manusia terhadap manusia lain dalam memaknai tubuh ciptaan Tuhan.  Tidak banyak yang tahu bahwa body shaming bisa memberi dampak yang luar biasa pada korbannya. Mereka yang gendut akan berjuang mati-matian demi mendapatkan tubuh langsing seperti yang diharapkan lingkungan. Mereka yang kurus akan insecure dan tidak percaya diri terhadap tubuh mereka sendiri. Tuhan pun kerap dipersalahkan akan kondisi yang dialaminya kini. 

Mungkin memang terasa menyenangkan saat bisa mengomentari tubuh orang lain. Atau dengan dalih itu adalah motivasi untuk agar yang diejek itu berubah. Seperti suntikan penyemangat agar yang kurus mau menaikkan badan, dan yang gendut mau lebih menjaga porsi makan dan menjadi sedikit kurus. 

Tapi pernahkah coba membayangkan bagaimana perasaan orang-orang yang menerima banyak komentar atas tubuh mereka? Secara tidak sadar, kalimat-kalimat negatif yang selalu saja ditujukan kepada mereka itu akan terus mengulang di kepala mereka lalu akhirnya membuat korban membenci dirinya sendiri. Sugesti negatif yang berlebihan.

Saya pernah berada pada kondisi itu. Merasa tidak percaya diri karena tubuh yang kurus. Setiap kali bertemu orang lain, seringnya teman dekat atau bahkan keluarga yang baru melihat saya pasti mengomentari tubuh saya, “Kenapa tambah kurus“? Biasanya saya hanya menanggapi dengan senyuman. Lalu sepanjang hari, saya akan selalu mengingat komentar-komentar itu. 

Bahkan saya sempat ingin mengomsumsi pil untuk menaikkan berat badan saya. “Saya harus gemuk, bagaimana pun caranya.” Hanya itu yang ada di kepala saya. Tapi saya tidak pernah melakukannya sampai sekarang, setelah saya membaca banyak tulisan yang mengerti perasaan orang-orang yang menerima perlakuan seperti saya.

Saya memutuskan mencintai diri saya sendiri. Selalu merasa cantik tanpa perlu memenuhi standar kecantikan yang dibangun oleh media dan iklan-iklan televisi. Apa yang dicitrakan media memang telah berhasil membentuk persepsi di masyarakat bahwa cantik itu adalah putih, tubuh montok, rambut hitam berkilau, dan tinggi yang ideal. 

Akan tetapi, pesan itu justru tak mewakili kemajemukan negeri ini. Definisi cantik di Papua dan Jakarta bisa saja berbeda. Makanya saya tidak sepakat kalau ada yang dengan semena-mena memberi komentar negatif dengan bentuk tubuh seseorang. Itu salah besar!

Jika kalian masih percaya kalau tindakan body shaming itu tidak berbahaya, maka UU ITE tidak mungkin diberlakukan. Ini mungkin bisa memberikan efek jera kepada orang-orang yang sering menghina. 

Atau bisa menjadi kontrol diri untuk lebih menjaga ucapan. Meskipun saya sendiri tidak sepenuhnya setuju dengan adanya UU ITE ini, sebab memenjarakan pelaku body shaming tidak akan langsung menghilangkan dampak depresi yang dialami korban. 

Dan bisa saja ke depannya UU ITE ini akan menimbulkan lebih banyak masalah. Akan lebih bijak, jika orang-orang bisa belajar dari banyaknya kasus bunuh diri karena body shaming, lalu meminta maaf dan berjanji untuk tidak lagi melakukan tindakan rendahan seperti itu. Karena setiap perasaan manusia berhak untuk dijaga dari perkataan yang menyakitkan.

Penulis: Miftahul Aulia

Share26Tweet11Share4SendShare
ADVERTISEMENT
Previous Post

Polemik Bagasi Berbayar Lion Air: Terlindungi Regulasi Meski Diprotes DPR

Next Post

Gojek yang Tak Sekadar Aplikasi Driver

Related Posts

Kerumunan warga Lisbon memenuhi jalanan setelah terpaksa meninggalkan stasiun Metro akibat listrik padam.
Internasional

Eropa Terguncang: Pemadaman Listrik Massal Luluhlantakkan Spanyol dan Portugal

by N. Halim
28 April 2025

Senin yang kelam melanda Eropa Barat. Dalam hitungan detik, jutaan penduduk Spanyol dan Portugal terseret ke dalam kegelapan total setelah...

Read more
Ketua KIP Pusat Mundur dari Posisi Ketua Umum Ika Usakti

Ketua KIP Pusat Mundur dari Posisi Ketua Umum Ika Usakti

8 July 2022
Wapres TInjau Gedung Sarinah

Wapres TInjau Gedung Sarinah

28 June 2022
Ma’ruf Amin Sebut Pisang Buah Paling Banyak Dikonsumsi Masyarakat Indonesia

Ma’ruf Amin Sebut Pisang Buah Paling Banyak Dikonsumsi Masyarakat Indonesia

31 March 2022
Perluas Pasar UMKM dan Hasil Pertanian dengan Digitalisasi di Pedesaan

Perluas Pasar UMKM dan Hasil Pertanian dengan Digitalisasi di Pedesaan

29 March 2022
Selama Libur Natal 2021 Jumlah Penumpang Kereta Rata-Rata 48.878 per Hari

Catat Tanggalnya, KAI Beri Potongan Harga Tiket Kereta hingga 60 Persen

26 March 2022
Lontar.id

PT. Lontar Media Nusantara

Follow us on social media:

  • Tentang Kami
  • Pedoman Media Siber
  • Disclaimer
  • Kontak Kami
  • Redaksi

© 2019 Lontar.id - Aktual Relevan Menyegarkan

No Result
View All Result
  • PaliwaraNews
  • BiwaraIndepth
  • NusantaraBudaya
  • KanggaOlahraga
  • KolomOpini
  • RagamHiburan
  •  Etnis.idwarta identitas bangsa
  •  Cermis.idaktual dalam ingatan

© 2019 Lontar.id - Aktual Relevan Menyegarkan

Login to your account below

Forgotten Password?

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In