Lontar.id – Angka pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2019 hanya mencapai 5 persen, padahal targetnya dapat meningkat mencapai 5,3 persen hingga akhir tahun ini.
Wakil Ketua Komisi XI Amir Uskara Fraksi Partai Persatuan Pembangunan (PPP) menjelaskan, ada banyak faktor yang jadi penghambat sehingga pertumbuhan ekonomi kita masih tersendat pada angka 5 persen.
Sehingga menurut dia, target pertumbuhan ekonomi tahun 2019 hanya mencapai 5,3 persen saja.
Meskipun pemerintah tidak seratus persen mengejar target pertumbuhan ekonomi , lulusan Doktor Akuntansi Universitas Padjajaran ini mengatakan, tidak sepenuhnya pemerintah yang dipersoalkan karena DPR juga merupakan bagian yang tidak terpisahkan. DPR dan pemerintah memiliki kesempatan dalam membahas penetapan asumsi makro.
“Kami di DPR dari fungsi pengawasan, berharap agar pertumbuhan ekonomi kita bisa maksimal, di mana posisi pertumbuhan ekonomi kita sekarang 5 persen dan targetnya mencapai 5,2 sampai 5,3 persen untuk tahun 2019 ini,” ujar Amir Uskara di Kompleks Parlemen, Senayan, Rabu (30/10/2019).
Salah satu faktor yang jadi persoalan lanjut Amir Uskara, menyangkut gejolak ekonomi global yang tidak menentu, yaitu perang dagang antar Amerika Serikat dan China. Perang dagang kedua negara ini turut memengaruhi iklim perekonomian sehingga Indonesia juga dapat imbasnya.
“Dengan kondisi-kondisi global selama ini menjadi alasan klasik. Tapi memang terus terjadi perang dagang antara Amerika dan China kemudian Brexit yang sampai sekarang tetap bermasalah,” terangnya.
Ketua F-PPP Amir Uskara, komisi XI akan terus mendorong pemerintah mencari jalan alternatif terbaik agar pertumbuhan ekonomi dapat stabil dan tidak meresahkan. Pemanfaatan potensi sumber daya manusia akan terus didorong, sehingga mampu kompetitif dan berdaya saing. Amir Uskara bahkan sudah pernah menyampaikan hal tersebut kepada Kementerian Keuangan, bagaimana caranya dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Diskusi tersebut terkait juga dengan bagaimana Kementerian Keuangan mengatur kebijakan fiskal, masuknya investor luar hingga mendorong Bank Indonesia (BI) agar menurunkan rate bunga.
BI pun lanjut Amir Uskara, sudah menurunkan 17 basis poin suku bunga, akan tetapi, langkah tersebut belum disambut baik pihak perbankan, karena belum menurunkan suku bunga perbankan seperti BI.
“Kami di DPR selalu mendorong kepada pemerintah untuk mencari jalan alternatif, jalan keluar dan memanfaatkan potensi yang ada untuk bisa meningkatkan pertumbuhan ekonomi,” terangnya.
Bila mengacu pada pertumbuhan jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 267 juta jiwa, maka pemerintah dapat memanfaatkan bonus demografi yang terus bertumbuh sebagai pangsa pasar.
Industri dalam negeri dapat bertumbuh dengan baik, barang-barang lokal bisa dijadikan sebagai alternatif pasar.
Hanya saja, Amir Uskara melihat, bonus demografi yang seharusnya dapat dijadikan sebagai peluang atau jalan alternatif keluar dari kemelut perang dagang. Justru bonus demografi kita dimanfaatkan oleh negara-negara luar, hal itu terbukti dengan banyaknya barang-barang impor yang masuk di Indonesia yang menyebabkan terjadinya defisit negara.
“Bonus demografi dan jumlah penduduk yang kita miliki ada 267 juta jiwa, tentu kalau kita manfaatkan sebagai pangsa pasar, ya sangat bagus. Cuma barang-barang impor dari luar kita tak bisa menutupi, itu yang menyebabkan defisit transaksi. Bonus demografi kita ini dimanfaatkan oleh negara-negara lain untuk jadi pemasaran,” akunya.
Editor: Ais Al-Jum’ah