Lontar.id– Diangkatnya Nadiem Makarim sebagai Menteri Pendidikan memang telah diprediksi oleh banyak orang. Dalam pidato pertamanya usai dilantik, presiden menyampaikan komitmennya menjadikan pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul sebagai prioritas. Narasi itu meruju pada generasi-generasi milenial yang fokus pada pembangunan dan Nadiem Makarim salah satu sosok terkuat memenuhi harapan Jokowi.
Setelah dilantik, Nadiem terus menjadi perbincangan. Banyak pro-kontra. Ada yang menganggap sosok Nadiem tidak mampu membawa pendidikan Indonesia lebih baik. Alasannya sederhana, Nadiem bukanlah seorang pendidik. Dia memang sempat mengenyam pendidikan S1 di United World College of Southeast Asia (UWC SEA) Singapura, dan mendapatkan gelar BA di International Relations, Universitas Harvad.
Namun pada dasarnya, Nadiem belum memiliki pengalaman terjun langsung sebagai pengajar. Dia seorang pengusaha. Melalui Start up Gojek, namanya melambung.
Terkait diangkatnya Nadiem, saya mewawancarai teman saya yang juga salah satu pengemudi Gojek. Menanyakan tanggapan dia tentang bosnya yang diangkat menjadi menteri.
Dia mengatakan, dipilihnya Nadiem yang bukanlah seorang pendidik tentu membuat arah pembangunan SDM semakin jauh dari nilai-nilai kemanusiaan. Nadiem sebelumnya adalah CEO dan Founder Gojek yang hingga kini drivernya terus menjerit dengan pemasukan yang rendah, skema bonus yang semakin sulit karena penghapusan poin, hingga tingkat kesehatan driver yang semakin menurun.
Menurutnya cara kerja yang demikian memperlihatkan watak Nadiem ditambah dengan sistem-ekonomi-politik yang dianut pemerintah sekarang. SDM unggul hanyalah pemanis dari kenyataan semakin besarnya pekerja murah dan hal itu menjadi bergaining pemilik perusahaan untuk menekan upah pekerja.
Intinya, driver Gojek yang juga pembaca buku-buku Marxisme ini belum paham apa yang dimaksudkan dengan Presiden Jokowi dengan SDM unggul, jika yang dipilih menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan adalah orang yang membangkrutkan mitranya sendiri.
Berbeda halnya dengan teman saya yang driver Gojek, teman saya yang seorang guru dan baru saja menyelesaikan sekolahnya di Amerika Serikat memiliki pandangan yang berbeda. Menurutnya, justru dengan diangkatnya Nadiem sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan mampu membawa perubahan yang signifikan untuk pendidikan kita.
Nadiem dianggap mengerti karakter milenial dan pengalamannya di dunia startup membawa harapan besar, Nadiem bisa menjadikan pendidikan kita berbasis digital dan meninggalkan cara-cara lama yang cenderung masih konvensional. Bahkan Presiden Jokowi memerintahkan Nadiem agar anak-anak tidak perlu belajar yang tidak mereka perlukan di masa depan. Sungguh visionernya Presiden kita dalam memajukan industri kapitalisma di negeri ini. Kita bersekolah hari ini, agar kelak bisa bekerja dengan baik di pabrik-pabrik.
Setelah Nadiem, diangkatnya Risa Santoso, seorang perempuan berusia 27 tahun sebagai Rektor Rektor Institut Teknologi dan Bisnis ASIA Malang menambah daftar nama yang memegang poros penting di dunia pendidikan. Seperti halnya Nadiem, Risa juga tidak memiliki pengalaman berkualiah di dalam negeri. Risa mengambil pendidikan S1 nya di California dan S2 nya di Universitas Harvard.
Saat diwawancarai oleh Detikcom, cita-cita Risa sejalan dengan cita-cita Nadiem. Mewujudkan pendidikan dari konvensioanal menuju digital. Dia secara terang mengatakan Nadiem memiliki potensi untuk mewujudkan itu.
Apakah generasi-generasi milenial ini cukup mampu memahami karakter pendidikan Indoensia hari ini. Kita tunggu saja. Untuk Mas Nadiem dan Mba Risa selamat bekerja!