Lontar.id – Andi Iwan Darmawan Aras (AIA) resmi ditunjuk sebagai nahkoda baru Partai Gerindra Sulsel. Legisator DPR RI itu menggantikan posisi yang sebelumnya diduduki oleh Idris Manggabarani.
DPP Gerindra mengganti posisi Idris Manggabarani melalui SK Nomor: 10-0684/Kpts/DPP-Gerindra/2019. SK tersebut ditandatangani langsung Ketum Gerindra Prabowo Subianto dan Sekretaris Ahmad Muzani.
DPP Gerindra menerbitkan SK pada tanggal 31 Oktober lalu dan akan dilantik pada Desember mendatang. AIA sendiri bukanlah orang baru di Gerindra Sulsel. Jenjang kariernya sebagai politisi juga bermulai dari partai berlambang kepala burung garuda tersebut.
Bahkan, AIA merupakan salah satu deklarator berdirinya partai Gerindra di Sulsel. Jika berkaca pada beberapa Ketua Gerindra Sulsel sebelumnya, nyaris tak ada yang murni kader asli Gerindra.
Kini, sebagai kader tulen pengendali Gerindra Sulsel, AIA diberikan tanggungjawab membesarkan Gerindra dan juga memaksimalkan mesin partai pada 12 kabupaten/kota di Sulsel yang akan menyelenggarakan Pilkada 2020.
Beberapa pekan lalu, tim Lontar.id melakukan wawancara khusus dengan AIA di Gedung Nusantara I, DPR RI. Kami menyodorkan sejumlah pertanyaan tentang pergantian Ketua DPD, hingga awal mula AIA memulai karier sebagai Politikus.
Berikut kami sajikan wawancara khusus Lontar.id dengan AIA.
Benarkah Pak Andi Iwan sudah Jadi Ketua Gerindra Sulsel?
Andi Iwan: Ya memang saya dipercayakan oleh DPP untuk mengurus di Sulsel, menggantikan Pak Idris. Cuma saya belum mau blak-blakan karena belum keluar SK DPP. Tapi memang teman-teman di pengurus DPP selalu ngomong saya yang akan gantikan. Saya kan kenal baik dengan Pak Edhy Prabowo Pak menteri sekarang sangat dekat dengan saya.
Mereka terus mewacanakan saya sebagai Ketua Gerindra, saya sebenarnya sudah nyaman di posisi sebagai Ketua DPP Gerindra. Untuk apa lagi turun ke bawah kan, lagian masih ada Pak Idris yang telah besarkan partai. Apalagi di Pemilu 2019 kemarin, suara Gerindra di Sulsel cukup besar dan beliau berhasil membesarkan partai.
Saya memang ditunjuk langsung oleh Pak Prabowo, tapi kan saya enggak enak ngomong di media. Saya mau menjaga hubungan baik dengan Pak Idris, tidak mau di pengurusan ini terjadi masalah. Ujungnya, bukan kita fokus membesar partai lagi, tapi sibuk mengurus konflik.
Pak Iwan inikan salah satu kader murni Gerindra, mengapa tidak memimpin Gerindra sejak awal?
Andi Iwan: Kalau bicara siapa kader murni, saya memang dari awal bergabung di Partai Gerindra. Enggak ada partai lain sebelumnya yang saya masuki. Cuma memang saya kan mau melihat partai ini besar, jadi saya dorong tokoh yang punya pengaruh dan nama besar untuk menjaga partai.
Apalagi saya masih muda, masih banyak yang harus saya pelajari. Biarkan saja tokoh masyarakat yang sudah punya pengaruh yang memimpin Gerindra.
Bagaimana awal mula Gerindra masuk di Sulsel?
Andi Iwan: Saya salah satu ketua di DPP Partai Gerindra. Terus terang, kalau bicara tentang Partai Gerindra Sulsel, saya adalah orang yang pernah berdarah-darah membesarkan partai.
Waktu Partai Gerindra pertama kali didirikan oleh Pak Prabowo Subianto tahun 2008, partai ini memang belum banyak diminati oleh elit politik, tokoh masyarakat utamanya di Sulsel.
Karena partai ini baru saja didirikan dan belum masuk sebagai partai yang bisa mengikuti pemilu.
Saat itu partai sedang konsolidasi besar-besaran, membangun cabang dan ranting di berbagai daerah. Ada banyak sekali tokoh masyarakat yang saya datangi, mereka saya bujuk agar bergabung di partai.
Hampir semua tokoh masyarakat yang saya datangi waktu itu, enggak ada yang mau. Padahal kita datang lengkap dengan spanduk, stempel dan peralatan kantor. Saya sodorkan ke mereka, apakah bersedia menjadi ketua.
Kalau bersedia, saya langsung buatkan SK hari ini juga beserta dengan anggaran untuk keperluan bangun kantor. Tapi mereka nolak dengan alasan masih partai baru dan belum terverifikasi di Kemenkumham.
Setelah Partai Gerindra Lolos Verifikasi, Apakah banyak tokoh masyarakat yang datang melamar?
Andi Iwan: Banyak sekali, bahkan orang-orang yang saya datangi waktu itu, ketika mereka tahu Gerindra lolos verifikasi di Kemenkumham, banyak yang tawar diri. Mereka ada yang nelpon saya, apakah tawaran waktu itu masih berlaku.
Jelas saya mengutamakan orang-orang yang mau membesarkan partai. Walaupun waktu itu yang mengisi komposisi pengurus sampai di tingkat ranting, masih banyak yang belum selesai sekolah.
Nah, pada waktu mau ikuti pileg. Saya benar-benar kewalahan, karena banyak sekali pengurus partai di tingkat bawah, tidak mau mencalonkan diri sebagai caleg. Akhirnya, beberapa yang ketua di daerah, mendorong anaknya sendiri untuk maju sebagai caleg.
Memang perjuangan saya saat itu sangat berat, karena harus membujuk para pengurus partai agar mau mendaftar sebagai caleg. Akhirnya, kita ambil saja calon yang belum terkenal, yang penting bisa mengisi daftar nomor urut.
Bagaimana mulanya membentuk pengurus partai hingga ranting?
Andi Iwan: Pertama memang saya lakukan adalah bagaimana caranya agar pengurus partai bisa terbentuk hingga ke bawah. Saya datangi orang-orang dan kenalan saya di 24 kabupaten/kota. Kendalannya waktu itu, partai-kan sedang dalam tahapan verifikasi berkas di Kemenkumham.
Saya berpikir bagaimana caranya agar bisa membentuk struktur partai, yaitu mereka yang belum diambil foto copy KTP-nya oleh partai lain. Karena partai-partai besar lainnya juga mengumpulkan foto copy KTP untuk keperluan verifikasi berkas.
Dengan perjuangan yang cukup maksimal, Alhamdulillah akhirnya saya bisa membentuk struktur partai di 23 kabupaten/kota, lengkap dengan foto kopy KTP pengurus. Ada satu kabupaten yang belum lengkap berkasnya saat itu, sehingga hanya 23 daerah saja.
Satu kabupaten ini bukan tidak ada strukturnya ya, tapi belum bisa kita lengkapi berkasnya.
Pileg 2014 sampai 2019 Pak Andi Iwan Tetap Terpilih sebagai legislator di Dapil Sulsel II, bagaimana kesan bapak waktu pertama kali nyaleg?
Andi Iwan: Saya dulu bekerja sebagai pengusaha di bidang jasa konstruksi (PT. Wardana Artha Guna dan PT. Gia Lestari). Saya lama menjalani profesi ini sampai saya putuskan untuk terjun di dunia politik.
Pileg 2014 adalah awal saya mencalonkan diri di Dapil Sulsel II. Saya memulainya dengan membangun jaringan, memperkuat tim relawan yang bekerja di akar rumput.
Saya bilang tidak mudah mengurus tim pemenang saya dan menjaga basis massa sampai memasuki pileg. Semua kendala saya lewati walau sangat berat. Tapi yakin, orang-orang yang saya percayakan itu tulus bekerja untuk saya.
Pada pileg pertama 2014 itu, alhamdulillah saya mampu meraih 91.739 ribu suara. Bahkan saya tidak menyangka, suara saya merata di sejumlah kabupaten.
Editor Syariat