Lontar.id – Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Persatuan Pembangunan (PPP), menggelar acara Maulid Nabi Muhammad SAW di Kantor DPP PPP Jl. Diponegoro Menteng, Jakarta Pusat. Acara tersebut sekaligus dirangkaikan dengan doa bersama mengenang 100 hari wafatnya KH. Maimun Zubair dan Tasyakuran atas Penganugerahan Gelar Pahlawan Nasional KH. Masykur (Deklarator PPP).
Plt Ketum PPP Suharso Monoarfa dalam sambutan menyampaikan ucapan terima kasih kepada pemerintah. Hal itu disampaikan Menteri Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/BAPPENAS), menyusul KH. Masykur dinobatkan sebagai pahlawan nasional.
Deklarator PPP itu diakuinya merupakan tokoh penting bangsa, karena dia salah satu sosok yang berperan penting mendirikan negara Republik Indonesia (RI). Juga berperan sentral mengesahkan UUD 1945 dan Pancasila sebagai dasar negara.
“Saya atas nama seluruh kader partai pembangunan, mengucapkan terima kasih kepada negara yang telah memberikan penganugerahan pada beliau gelar pahlawan nasional,” kata Suharso dalam sambutannya, Minggu (17/11/2019).
Peran besar itu membawa KH. Masykur sebagai tokoh nasional, sebab perjuangannya bukan hanya untuk kepentingan PPP saja, melainkan kepentingan besar bangsa. Olehnya itu, nilai yang sudah diperjuangkan oleh KH. Masykur, sudah menjadi kewajiban bagi penerus terutama kader PPP mengikutinya.
“Apa yang beliau lakukan, semata-mata untuk kebaikan bangsa dan negara. Tidak ada maksud hanya untuk kepentingan golongan saja. Jadi nilai yang beliau perjuangkan sudah wajib hukumnya kader PPP warisi,” tuturnya.
Selain deklarator PPP, KH. Masykur yang sudah ditetapkan sebagai pahlawan nasional, Suharso juga bertekad agar KH. Maimun Zubair mendapatkan gelar yang sama atas perjuangannya untuk negara. Menurut dia, banyak jasa Mbah Moen terhadap negara. Ia pernah bergabung sebagai laskar tentara di masa pergolakan revolusi Indonesia. Atas jasanya itu, negara sempat ingin menformalkan Mbah Moen sebagai tentara, namun karena dirinya dibesarkan dari latar belakang keluarga yang taat agama. Akhirnya Mbah Moen memilih untuk mendirikan pesantren dan mengajar para santrinya.
“Mbah Moen pernah jadi laskar tentara pada waktu masa revolusi dan ketika jadi legiun mau diformalkan jadi tentara. Tapi beliau memilih untuk mendirikan pondok pesantren melajutkan yang dirintis oleh ayahnya, dan untuk Mbah Moen kita sedang memprosesnya (jadi pahlawan),” terangnya.
Senada dengan Waketum PPP Amir Uskara, ia menjelaskan partai berlambang kabah akan berusaha sekuat teanga, mengusulkan Mbah Moen sebagai salah satu pahlawan nasional. Menurut dia, Mbah Moen memiliki kontribusi yang amat besar terhadap negara, sehingga perlu diusulkan.
“Mbah Moen tokoh nasional, beliau banyak memberikan kontribusi terhadap bangsa dan negara ini,” ujar Ketua Fraksi F-PPP.
Anggota DPR Muh Aras yang turut hadir juga memberikan apresiasi yang amat besar terhadap pemerintah atas gelar pahlawan KH. Masykur. Meski demikian, ia berharap sejumlah tokoh PPP yang telah berjuang untuk negara, bisa mendapatkan gelar yang sama.
“Kami sangat bangga dan mengapresiasi pemerintah karena tokoh PPP dijadikan pahlawan nasional,” akunya.
Selain itu, adik Kandung Aqil Siradj Gabung PPPKH. Mustofa Aqil Siradj yang juga pengasuh Pondok Pesantren Khas Kempek, Cirebon, Jawa Barat, mengumumkan diri bergabung di PPP. Ia umumkan diri bergabung saat memberikan tausyiah di hadapan elit partai. Adapun alasanya masuk di PPP, salah satunya atas permintaan mendiang Mbah Moen sendiri, juga ia ingin agar PPP sebagai partai Islam selalu berada di hati para kyai.
Mbah Moen pernah berpesan agar adik kandung Ketua PBNU itu bisa bersama dengannya di PPP. KH Mustofa Aqil Siradj telah lama berkecimpung PPP, hanya saja belakangan tidak aktif.
“Senang rasanya malam ini bisa kembali ke pangkuan PPP. Sebenarnya sudah lama,” imbuhnya.
Setelah bertekad kembali ke partai, KH. Mustofa akan bekerja untuk partai. Juga ia menginginkan bahwa NU memiliki dua partai yang mewakili nahdliyyah, yaitu PPP dan PKB.
Editor: Ais Al-Jum’ah