Pada tanggal 05 Januari 2019, media kembali ramai membahas prostitusi online setelah tahun 2016 lalu, topik ini juga memanas. Kasus ini kembali muncul karena ditangkapnya dua artis pada tanggah 5 Januari kemarin di salah satu kamar hotel di Surabaya. Artis berinisial VA dan AS tertangkap basah oleh unit Cyber Crime Ditreskrimus Polda Jatim.
Kedua artis ini menambah deretan artis Indonesia yang diduga terlibat dalam kasus prostitusi online. Walaupun di antaranya ada yang tidak terbukti menjadi pelaku prostitusi online. Meski demikian, berkaca dari kasus-kasus sebelumnya, prostitusi online ini nampaknya bukanlah batu sandungan bagi karir para artis, buktinya beberapa di antara mereka masih melenggang di panggung industri hiburan Indonesia. Salah satunya, artis yang berinisial NM.
Bertambahnya jumlah artis yang terlibat prostitusi online mengingatkan kembali lemahnya regulasi dari pemerintah terkait kasus itu. Seolah hanya melepas tambak di perairan, prostitusi online ini akan kembali memanas jika terjadi kasus penangkapan artis dan beberapa saat kemudia meredam kembali. Tidak ada upaya yang serius membuat praktik prostitusi online ini tidak memiliki ujung penyelesaian. Bahkan RA yang menjadi germo prostitusi online mengaku masih banyak artis yang terlibat dalam kasus tersebut.
Ironis memang jika melihat popularitas yang dimiliki para artis dengan harta yang bergelimang tapi masih mencari alternatif lain untuk mendapatkan uang. Seperti halnya negara lain, kasus prostitusi selalu menjadi masalah besar karena jika satu tempat prostitusi ditutup maka tempat lain akan berpotensi menjadi tempat prostitusi.
Dikutip dari laman KOMPAS, Indonesia menjadi salah satu negara terbesar yang membelanjakan uangnya untuk seks yakni 2,25 Miliar Dollar AS. Unicef memperkirakan, 30 persen pelacur perempuan di Indonesia berusia di bawah 18 tahun. Tak hanya itu, banyak mucikari yang masih berusia remaja
Prostitusi online artis Indonesia ini memiliki tarif yang tentutanya lebih tinggi dibandingkan dengan Pekerja Seks Komersial (PSK) yang lain. Keuntungan yang didapatkan para artis ini berlipat ganda karena memiliki pamor yang lebih tinggi. Jika melihat negara lain seperti India yang PSK nya telah berusia tua namun masih berjuang mencari uang untuk menafkahi keluarganya sangat kontras dengan apa yang terjadi di Indonesia. Karena seorang yang bergelimang harta masih bisa menjadi seorang PSK.
Yang bisa direnungi kembali barangkali adalah bagaimana menindaklanjuti kasus prostitusi online ini dengan lebih strategif. Saat pemerintah ingin menutup lokalisasi di Sunan Kuning Semarang, warga menolak dan mengatakan jika menutup lokalisasi pelacuran bukan berarti memberhentikannya, tapi malah menyebarluaskannya. Lalu, bagaimana dengan prostitusi online yang transaksinya dilakukan di dunia maya, yang lokasinya tanpa batas?