Lontar.id – Ribuan orang dari kubu besar oposisi terakhir di Suriah barat laut, melarikan diri ke perbatasan Turki akibat pemboman intensif oleh pasukan Rusia dan tentara Suriah, kata penduduk dan pekerja penyelamat, Jumat (20/12/2019).
Dilansir Reuters, barisan kendaraan terlihat pada hari Jumat meninggalkan kota yang dikuasai oposisi Maarat al Numan, yang menanggung beban terbesar dari serangan itu.
“Keluarannya mencapai ribuan. Ini adalah bencana kemanusiaan, kami melihat orang-orang berjalan di jalan-jalan dan orang-orang menunggu di dekat rumah untuk mengambil mobil,” kata Osama Ibrahim, seorang pekerja penyelamat dari Maarat al Numan.
Tim penyelamat mengatakan, serangan udara tersebut menewaskan enam orang di Maarat al Numan dan 11 tewas di desa-desa di daerah itu.
Menurut badan-badan Amerika Serikat (AS), ratusan orang telah terbunuh tahun ini dalam serangan di daerah pemukiman di kawasan itu, meskipun serangan militer Suriah dan Rusia yang diluncurkan pada akhir April telah surut pada Agustus karena gencatan senjata.
Media pemerintah Suriah mengatakan tentara Suriah telah mendorong mereka ke beberapa desa di tenggara Idlib.
Para pejuang mengatakan, pasukan Rusia dan Suriah menerapkan kebijakan bumi hangus saat mereka maju. Mereka juga mengatakan beberapa desa dikuasai, termasuk Um Jalal di provinsi Idlib selatan dan Rabea dan Harbiya di Idlib timur.
Rusia dan tentara Suriah yang setia kepada Presiden Bashar al-Assad, membantah tuduhan pemboman tanpa pandang bulu di wilayah sipil, dan mengatakan mereka memerangi gerilyawan Islam yang diilhami oleh al-Qaeda.
Presiden Turki Tayyip Erdogan, yang mencapai kesepakatan September lalu dengan Rusia untuk menahan pertempuran. Warga sipil di daerah-daerah oposisi melihat Turki sebagai pelindung.
Erdogan mengatakan pada hari Kamis (19/12/2019), bahwa 50.000 orang melarikan diri dari wilayah barat laut Suriah, Idlib. Namun, dia tidak mengatakan apakah ada pengungsi yang telah memasuki Turki.