Lontar.id – Iran bersumpah pada hari Jumat (3/1/2020), untuk membalas serangan udara Amerika Serikat (AS) di Baghdad, yang menewaskan Qassem Soleimani, komandan Pasukan Quds elit Iran.
Soleimani, seorang jenderal, dianggap sebagai tokoh paling kuat kedua di Iran setelah Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei.
Dilansir Reuters, serangan semalam dibenarkan oleh Presiden AS, Donald Trump, sekaligus menandai eskalasi dramatis dalam “perang bayangan” di Timur Tengah antara Iran dan Amerika Serikat dan sekutunya, terutama Israel dan Arab Saudi.
Komandan tertinggi milisi Irak, Abu Mahdi al-Muhandis, yang merupakan seorang penasihat Soleimani, juga tewas dalam serangan itu.
Iran telah berada dalam konflik panjang dengan Amerika Serikat, yang meningkat tajam pekan lalu, saat serangan terhadap kedutaan AS di Irak oleh milisi pro-Iran, yang didahului dengan serangan udara AS terhadap milisi Kataib Hezbollah, yang didirikan oleh Muhandis.
Menanggapi serangan itu, perdana Menteri Irak, mengatakan Washington telah melanggar kesepakatan untuk menjaga pasukan AS di negaranya.
Israel menyiagakan tentaranya dan sekutu-sekutu AS di Eropa, termasuk Inggris, Perancis dan Jerman menyuarakan keprihatinan tentang meningkatnya ketegangan.
Pentagon berkata, “Militer AS telah mengambil tindakan defensif yang menentukan untuk melindungi personel AS di luar negeri, dengan membunuh Qassem Soleimani ”.
Pejabat AS yang enggan disebutkan namanya, mengatakan Soleimani tewas dalam serangan pesawat tak berawak. Pengawal Revolusi Iran mengatakan dia terbunuh dalam serangan helikopter AS.
Kedutaan AS di Baghdad mendesak semua warga Amerika untuk segera meninggalkan Irak.
Kekhawatiran tentang gangguan pasokan minyak Timur Tengah, termasuk pengiriman minyak mentah melalui teluk, mendorong harga naik hampir $ 3 per barel.
Karyawan AS yang bekerja di perusahaan minyak asing di Basra, bersiap untuk meninggalkan negara itu, tetapi kementerian perminyakan Irak mengatakan output dan ekspor tidak terpengaruh.
Khamenei mengatakan balas dendam yang keras menunggu “penjahat” yang membunuh Soleimani. Kematiannya, meski pahit, akan menggandakan motivasi perlawanan terhadap Amerika Serikat dan Israel.
Dalam sebuah pernyataan yang disiarkan televisi pemerintah, dia menyerukan tiga hari berkabung nasional.
Khamenei dengan cepat menunjuk wakil Soleimani, Brigadir Jenderal Esmail Ghaani, untuk menggantikannya sebagai kepala Pasukan Quds. “Agenda pasukan tidak akan berubah dari masa pendahulunya,” kata Khamenei dalam sebuah pernyataan.
Sebagai pemimpin Pasukan Quds, Soleimani, 62, memiliki peran kunci dalam pertempuran di Suriah dan Irak.
Lebih dari dua dekade ia berada di garis depan memroyeksikan pengaruh militer Republik Islam di seluruh Timur Tengah, memperoleh status selebritas di dalam dan luar negeri.
Presiden Hassan Rouhani mengatakan pembunuhan itu akan membuat Iran lebih tegas dalam menentang Amerika Serikat, sementara Pengawal Revolusi mengatakan anti-AS. Pasukan akan membalas dendam di seluruh dunia Muslim.