Lontar.id – Puluhan orang tewas akibat bentrokan, ketika kerumunan besar pelayat berkumpul untuk pemakaman Jenderal Qassem Soleimani, di kota Iran tenggara, Kerman pada Selasa (7/1/2020), dan menyebabkan pemakamannya ditunda.
Dilansir Reuters, puluhan ribu orang berduyun-duyun ke jalan-jalan Kerman untuk melayat Jenderal Qassem Soleimani, yang terbunuh dalam serangan pesawat tak berawak Amerika Serikat (AS) di Irak pada hari Jumat lalu. Banyak yang meneriakkan “Matilah Amerika”.
Young Journalists Club, yang berafiliasi dengan televisi pemerintah, mengatakan di situs webnya bahwa terjadi penyerbuan pada kegiatan itu, menyebabkan 35 orang tewas dan 48 lainnya luka-luka.
Kantor berita ISNA mengatakan kejadian itu menyebabkan ditundanya pemakaman.
Jenazah Soleimani telah dibawa ke Irak dan kota-kota Iran lainnya sebelum tiba di kota asalnya, Kerman, untuk dimakamkan, yang memicu curahan kesedihan massal di seluruh negeri ketika peti mati itu dibawa melalui jalan-jalan.
Perkembangan lain dari kejadian itu adalah, pada hari Selasa, seorang pejabat senior Iran mengatakan Teheran sedang mempertimbangkan 13 skenario untuk membalas pembunuhannya.
Di Washington, sekretaris pertahanan AS membantah laporan bahwa militer AS sedang bersiap untuk menarik diri dari Irak, tempat Iran bersaing dengan Amerika untuk berebut pengaruh selama hampir dua dekade perang dan kerusuhan.
Soleimani bertanggung jawab untuk membangun jaringan pasukan proksi Teheran di seluruh Timur Tengah dan dia adalah tokoh kunci dalam mengatur kampanye lama Iran untuk mengusir pasukan AS dari tetangganya, Irak.
Peringatan AS dan Iran tentang serangan baru dan pembalasan juga telah memicu kekhawatiran tentang konflik Timur Tengah yang lebih luas, dan menyebabkan seruan di Kongres AS untuk membuat undang-undang dan menghentikan Presiden AS Donald Trump berperang dengan Iran.
“Kami akan membalas dendam, pembalasan yang keras dan pasti,” kata kepala Pengawal Revolusi Iran, Jenderal Hossein Salami, kepada kerumunan pelayat di Kerman sebelum penyerbuan.
Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei dan komandan militer mengatakan pembalasan Iran atas tindakan AS pada hari Jumat akan sesuai dengan skala pembunuhan Soleimani, tetapi waktu dan tempatnya akan dipilih oleh Iran.
Ali Shamkhani, sekretaris Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran, mengatakan pihaknya sedanv mempertimbangkan 13 “skenario balas dendam”, kantor berita Fars melaporkan.
Bahkan pilihan terlemah akan membuktikan “mimpi buruk bersejarah bagi Amerika,” katanya.
Trump telah berjanji untuk menyerang 52 target Iran, termasuk situs budaya, jika Iran membalas, meskipun pejabat AS berusaha meremehkan rujukannya pada target budaya.
Reuters dan media lain melaporkan pada hari Senin (6/1/2020), bahwa militer AS telah mengirim surat kepada pejabat Irak yang memberi tahu mereka bahwa pasukan AS sedang bersiap untuk pergi.
“Untuk melakukan tugas ini, Pasukan Koalisi diminta untuk mengambil langkah-langkah tertentu untuk memastikan bahwa gerakan keluar dari Irak dilakukan dengan cara yang aman dan efisien,” katanya.
Namun, Menteri Pertahanan AS Mark Esper mengatakan belum ada keputusan apa pun untuk meninggalkan Irak. “Saya tidak tahu apa surat itu,” katanya.
Jenderal Angkatan Darat AS, Mark Milley, ketua Kepala Staf Gabungan, mengatakan bahwa surat tersebut adalah rancangan dokumen yang hanya dimaksudkan untuk menggarisbawahi peningkatan pergerakan pasukan AS.
Sekitar 5.000 tentara AS masih berada di Irak, di mana telah ada kehadiran militer AS sejak Saddam Hussein digulingkan dalam invasi tahun 2003.