Jor-joran klub berburu berburu pemain di Liga 1 kian sengit saja. Pemain beken dengan kualitas terbaik terus diincar. Ada yang berhasil dan tak sedikit klub kecewa lantaran nama incarannya lepas.
Jakarta, Lontar.id – Namun reaksi klub di bursa transfer justru melahirkan kebiasaan aneh. Memilih pemain lalu menunjuk pelatihnya. Bukankah pelatih yang punya otoritas absolut dalam menentukan komposisi pemainnya?
Klub sekelas Persija pun bisa menjadi tolok ukur. Sang juara bertahan itu melakukan evaluasi pemain saat kursi kepelatihan kosong pasca ditinggal Stefano Cugurra. Manajemen memilih untuk tak memperpanjang kontrak beberapa pemain tanpa ada campur tangan juru taktik.
Direktur Utama Persija Gede Widiade paling aktif berkoar soal evaluasi pemain. Termasuk pencoretan tujuh pilarnya. “Nanti yang datang lebih dari 11 pemain. Dari sebelas itu kita pilih tujuh orang yang terbaik. Sesuai dengan jumlah yang telah kita tak perpanjang kontraknya,” ujar Gede dilansir dari Tribunnews.com
Begitu juga saat memperkenalkan Bruno Matos sebagai amunisi anyar untuk koleksi legiun asing. Gelandang, yang katanya akan memberi harapan lantaran kemampuan menggoceknya mampu mengimbangi skill playmaker PSM Makassar, Wiljan Pluim.
Kedatangan pemain berbendera Brasil itu pun hampir bersamaan dengan keputusan manajemen Persija memilih Ivan Kolev sebagai juru taktik. Sehebat apapun Bruno, sepak bola tetap merupakan permainan kolektiv. Pemain hebat sekalipun sulit menunjukkan performa apik di atas lapangan jika skemanya amburadul. Pada latihan perdana Macan Kemayoran di Lapangan Aldiro, Pancoran, Jakarta, Senin, 7 Januari kemarin, latihan tim masih dipimpin asisten pelatih, Mustaqim. Tanpa Kolev.
Kalteng Putra juga menjadi tim pendatang di Liga 1 dengan tekad yang tak setengah-setengah. Di bursa pemain mereka sangat aktif berburu. Bahkan pamornya kian mentereng karena dikait-kaitkan dengan beberapa pemain top dari daratan Eropa.
Di balik hingar bingar kedatangan pemain incarannya, Kalteng Putra belum juga menunjukkan siapa pelatih kepalanya. Kas Hartadi pelatih yang sukses membawa tim ini promosi ke Liga 1 juga masa depannya masih suram. Nama Widodo C Putro yang menguat.
Kas Hartadi pun juga sudah mulai putus asa. Tim yang dilatihnya itu nampaknya sudah move on dan mulai mencari pelatih baru. Dikutip dari Jawapos.com, mantan pelatih Persik itu mengaku tak pernah lagi berhubungan dengan manjemen Kalteng. “Negosiasi terakhir kami lakukan pada 20 Desember lalu. Setelah itu tidak pernah lagi. Jadi saya masih free,” ungkapnya.
Sekeren dan sehebat apapun materi pemain, tanpa otorits penuh pelatih, tetap saja ada keraguan tim akan tampil tak maksimal. Bahkan performa bisa tak sesuai harapan. Manajemen harus bisa mengerti dan sedikit tahu diri. Siklus seperti itu seharusnya yang berlaku. Toh ini demi kebaikan juga. Khawatirnya, jor-joran belanja pemain di awal musim justru menjdi bumerang lantaran pelatih dan pemain tak sehati. Ujung-ujungnya klub dan manajemen yang rugi. Karena sudah belanja pemain dengan nominal yang tak sedikit