Lontar.id – Jumlah kematian akibat wabah virus Corona di China, meningkat menjadi 259 orang, otoritas kesehatan negara itu mengatakan pada hari Sabtu (1/2/2020).
Provinsi Hubei sebagai pusat epidemi, tetap berada di bawah karantina virtual. Jalan dldan transportasi umum ditutup, tetapi sejumlah kecil pelancong terus melanggar dan keluar.
Di tengah kekhawatiran bahwa virus itu dapat menyebar lebih jauh ke luar negeri, Amerika Serikat mengumumkan langkah-langkah untuk membatasi masuknya warga negara asing yang baru-baru dari Cina.
Tiga maskapai utama AS juga mengatakan pada hari Jumat bahwa mereka akan membatalkan penerbangan ke Cina daratan.
Gauden Galea, perwakilan Organisasi Kesehatan Dunia untuk China, mengatakan pembatasan perdagangan dan perjalanan tidak diperlukan.
“Kami ingin negara-negara untuk fokus pada upaya mitigasi mengidentifikasi kemungkinan impor kasus dan menanggapi setiap wabah domestik,” kata Galea kepada Reuters, Sabtu.
Sekitar dua lusin negara telah melaporkan kasus virus yang dikonfirmasi, tetapi sebagian besar dari mereka yang terinfeksi tetap di Cina.
Qantas Airways Ltd dan Air New Zealand mengatakan larangan perjalanan internasional telah memaksa mereka untuk menangguhkan penerbangan langsung mereka ke Cina mulai 9 Februari.
Hampir 10.000 penerbangan telah ditangguhkan sejak munculnya virus Corona di Cina, menurut perusahaan analisis perjalanan dan data Cirium.
Banyak negara telah mencharter pesawat khusus untuk memulangkan warga mereka dari Cina.
Lebih dari 300 warga Korea Selatan tiba di negaranya pada hari Sabtu dengan penerbangan charter kedua dari China, dan telah dipindahkan ke sebuah fasilitas tempat mereka akan diisolasi selama dua minggu, kata kementerian kesehatan setempat. Tujuh orang dalam penerbangan menunjukkan gejala dan segera dikirim ke rumah sakit.
Kota-kota di seluruh Tiongkok terus menerapkan langkah-langkah khusus yang bertujuan untuk mengekang penyebaran patogen. Tianjin, sebuah kota di Cina utara dengan jumlah warga sekitar 15 juta orang, mengatakan semua sekolah dan bisnis akan ditangguhkan hingga pemberitahuan lebih lanjut.
Dilansir Reuters, sekelompok pemimpin senior bertugas menangani krisis yang dijanjikan akan mengambil tindakan untuk mencegah lonjakan besar dalam jumlah orang yang bepergian setelah liburan Tahun Baru Imlek.
Tim yang dipimpin oleh Perdana Menteri, Li Keqiang mengatakan mereka akan berkoordinasi dengan pemerintah daerah.
Pembela Hak Asasi Manusia China yang bermarkas di Amerika Serikat (AS), mendesak pemerintah Cina untuk melonggarkan pembatasan dan melawan diskriminasi terhadap penduduk Wuhan dan Hubei. Mereka menambahkan bahwa sensor telah berkontribusi pada penyebaran virus.
“Hak asasi manusia tidak boleh menjadi korban dari pekerjaan pemerintah untuk menahan wabah koronavirus yang telah menewaskan hampir 200 orang dan mempengaruhi jutaan orang,” kata kelompok itu.
WHO, yang menyatakan wabah itu sebagai darurat kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian internasional pada hari Kamis, memuji tanggapan China terhadap wabah tersebut.