Jakarta, Lontar.id – Tanggal 17 Januari menjadi hari penting bagi pasangan calon presiden (capres) 2019, Jokowi-Ma’ruf dan Prabowo-Sandiaga. Pasalnya, hari itu kedua pasangan capres dan cawapres ini akan melakukan debat. Pro-kontra berdatangan dari masyarakat karena keputusan Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang mengeluarkan aturan baru, yakni memberikan daftar pertanyaan kepada capres, minimal seminggu sebelum hari pelaksanaan debat.
Sebenarnya tidak ada yang cukup berbeda dari debat capres tahun-tahun sebelumnya, selain aturan bocoran pertanyaan. Sebab tema debat yang diusung tahun ini tidak jauh berbeda dari tema debat yang lalu, yakni tidak jauh dari pembahasan demokrasi, Hak Asasi Manusia (HAM), hukum, dan topik-topik lainnya yang amat klise.
Meskipun mendapatkan tanggapan negatif dari masyarakat Indonesia karena keputusan KPU terkait rencana pemberian pertanyaan sebelum hari pelaksanaan. Akan tetapi, bagi saya persoalan yang lebih masuk akal dikritisi adalah bagaimana visi-misi yang akan disampaikan pada debat capres nanti tidak sekedar banyolan tanpa makna apa-apa.
Berkaca dari tahun-tahun sebelumnya, debat capres yah berakhir pada debat saja. Pertanyaan yang selalu datang di kepala saya adalah, apa sih gunanya debat? Toh bukannya tujuannya sama-sama baik, kalau caranya berbeda yah kenapa harus diperdebatkan?
Berangkat dari fenomena itu, sebagai generasi milenial yang skeptis dan apatis dengan pilpres tahun ini, saya lebih tertarik membahas hal-hal yang sekiranya harus dipelajari pasangan Jokowi dan pasangan Prabowo dari pasangan Nurhadi-Aldo sebelum saling berdebat nanti.
Baca Juga: Belajar Satire dari Sosok Imajiner Calon Presiden 2019
Meskipun keduanya adalah tokoh imajiner, tapi pasangan yang disingkat dengan DILDO ini digarap dengan serius oleh tim suksesnya. Unggahannya di sosial media bukan tanpa dasar dan sebatas humor saja. Akan tetapi, ada kritik yang ditunjukkan melalui satire kata-kata. Nah, saya berusaha merangkum, lima hal yang seharusnya dipelajari oleh capres “sungguhan” dari capres imajiner Nurhadi-Aldo.
Berani Tampil Beda
Sekalipun memiliki dua pesaing yang sangat kuat, Nurhadi-Aldo tetap tenang melihat pergerakan pesaingnya itu di sosial media. Keduanya bahkan tidak pernah menebar bau kebencian kepada dua pasangan yang akan berlaga pada Pilpres mendatang.
Selain itu, Nurhadi-Aldo tetapi konsisten terhadap gaya kampanyenya. Misalnya dengan menciptakan visi-misi yang tidak biasa, meskipun nyeleneh dan memanggil gelak tawa yang membacanya tapi sekaligus membuat kita bisa berpikir kembali untuk memilih dua kubu yang saling serang dan menjatuhkan.
Tidak Terlalu Serius tapi Merakyat
Apabila menyambangi sosial media Nurhadi-Aldo, kita akan mendapatkan unggahan-unggahan yang memantik kita untuk tertawa. Misalnya saja, ketika admin sosial media dua sosok imajiner ini menuliskan kata-kata “Democrazy adalah tempat bersuara bagi orang kaya.”
Kata demokrasi yang dipelesetkan menjadi democrazy – crazy yang dalam bahasa inggris bermakna gila memunculkan pemahaman bahwa pesan itu ingin mengatakan jika Indonesia gagal menyelenggarakan pesta demokrasi, karena banyaknya kebijakan yang disusupi oleh kepentingan kapital. Maka, kemunculan kata democrazy sebagai tempat bersuara orang kaya menjadi kritik bahwa saat ini bukan demokrasi yang tengah kita perjuuangkan.
Baca Juga: Karena Nurhadi Jadi Ingat Cak Lontong
Sesekali Mengutip Nama Tokoh
Hal lain yang menarik untuk dipelajari bagi pasangan capres Jokowi dan Prabowo adalah dalam menebar visi-misi ataupun program-program, sebaiknya sesekali mengutip nama tokoh. Seperti yang sering dilakukan oleh pasangan DILDO. Sekalipun tidak terlalu esensial, tapi itu bisa menarik perhatian dan membuat masyarakat tidak perlu terpaku pada duet dua pasangan. Sehingga kalau tidak menepati janji, tidak terlalu rugi saat mendengarkannya karena ada bahan lain yang bisa dikutip.
Singkatan
Singkatan meskipun hal yang sangat sederhana dan cenderung dihiraukan, tapi memberanikan diri membuat singkatan-singkatan yang unik terbukti bisa menumbuhkan ingatan yang kuat bagi orang-orang. Misalnya saja singkatan-singkatan yang sering dilakukan oleh pasangan Dildo.
Istilah yang neyeleneh
Terakhir yang mungkin dapat menjadi referensi bagus buat Jokowi dan Prabowo saat debat nanti adalah jangan sungkan-sungkan menggunakan istilah-istilah yang neyeleneh. Usaha itu bagus jika ingin mendapatkan komentar sekaligus pujian dari penonton. Sekedar saran saja sih, daripada saling lempar hujatan, yah mending melakukan hal-hal yang bikin ketawa.