Lontar.id– Kemunculan Artificial Intelligent (AI) atau disebut juga dengan kecerdasan bautan digadang-gadang sebagai penemuan terbesar abad 20. Jika revolusi industri dapat mengantarkan manusia pada kemajuan industri, maka AI berusaha melampaui itu semua.
Revolusi industri yang ditandai dengan terjadinya peralihan dalam penggunaan tenaga kerja di Inggris yang sebelumnya menggunakan tenaga hewan dan manusia, kemudian digantikan oleh penggunaan mesin yang berbasis menufaktur. Meski demikian, manusia tetap bekerja untuk memfungsikan mesin-mesin tersebut. Oleh karena itu, revousi industri justru menciptakan kelas pekerja karena ada kesenjangan antara pemilik perusahan (mesin-mesin) dengan mereka yang bertugas memfungsikan mesin-mesin tersebut.
Dalam hal AI, manusia justru tidak perlu bekerja lagi. Orang-orang menyebutnya dengan kaum rebahan karena pekerjaan-pekerjaan manusia dapat digantikan dengan AI.
AI berbeda dengan mesin biasa atau robot. Namanya saja kecerdasan buatan yang berarti AI memang dirancang sebagai imitasi dari manusia. Dengan kata lain, dibuat khusus untuk menggantikan pekerjaan manusia, bukan sekadar membantu atau memudahkan.
Akan tetapi, yang menjadi pertanyaan selanjutnya. Dapatkah AI mengganti pekerjaan-pekerjaan manusia?
Para ahli memperkirakan robot tidak akan mengambil alih pekerjaan ahli bedah sampai tahun 2053, dan diperlukan waktu 34 tahun lagi seelum mesin bisa bersaing dengan para ahli matematika untuk menulis di jurnal akademis.
Mereka juga memperkirakan AI bisa menulis novel laris versi koran New York Times pada tahun 2049.
Dalam kenyataannya, mesin memang sudah mulai menjejakkan jarinya di bidang ini.Google sudah melatih AI-nya untuk novel romantis dan naskah berita dalam upaya untuk membantu mereka menulis secara lebih kreatif dan sebuah progam AI yang diberi nama Benjamin bisa menulis naskah film fiksi ilmiah, walaupun sama sekali tak masuk akal.
Akan tetapi, terlepas dari semua itu. Nyatanya, perkembangan tekhnologi yang ada saat ini saja tidak benar-benar mampu menyelamatkan manusia. Ketimpangan ekonomi terjadi di mana-mana. Beragam virus dan penyakit terus bermunculan, seiring dengan kemajuan industri kesehatan dan makanan.
Beberapa pakar bahkan mengatakan munculnya tingkat kesepian yang tinggi karena manusia terlalu bergantug pada tekhnologi. Bayangkan, jika sepanjang hari manusia hanya rebahan. Apakah kita bisa bertahan hidup?
Baca Juga: Ketika Tingkat Kesepian Manusia Meningkat Karena Tekhnologi Modern dan Media Sosial