Lontar.id – Didi Prasetyo, yang lebih dikenal dengan nama Didi Kempot meninggal dunia Selasa, 5 Mei 2020 pagi. Penyanyi campur sari yang dijuluki ‘The Godfather of Broken Heart’ atau Bapak Patah Hati itu meninggal pada usia 53 tahun di Surakarta, Jawa Tengah.
Didi Kempot merupakan anak dari pelawak di Solo, Ranto Edi Gudel yang akrab disapa mbah Ranto. Kakaknya, Mamiek Podang alias Mamiek Srimulat, lebih dahulu tersohor di dunia lawak nasional.
Julukan sebagai ‘The Godfather of Broken Heart’ disematkan oleh penggemarnya yang menamai diri Sad Boys dan Sad Girls. Mereka bergabung dengan nama Sobat Ambyar. Didi telah menciptakan ratusan lagu bertema patah hati, seperti dilansir dari beberapa sumber.
The Godfather of Broken Heart tercetus saat Didi Kempot tampil di acara Bakdan Ing Balekambang, di Taman Balekambang Solo, 9 Juni 2019. Gelar tersebut kemudian disahkan dalam Musyawarah Nasional Pengukuhan Awal Solo Sad Boys Club, di Rumah Blogger Indonesia,15 Juni 2019.
Dalam wawancara pada tahun 2019 lalu, Didi Kempot menjelaskan, bahwa dirinya sudah menciptakan lagu bertema patah hati sejak 30 tahun lalu. Tapi banyak anak muda yang baru mengetahui bahwa lagu-lagu yang mereka dengar itu adalah lagu Didi Kempot.
“Ini efek dari lagu yang sudah saya ciptakan 30 tahun lalu. Banyak anak muda yang baru tahu lagu-lagu itu buatan saya,” jelasnya.
Dia menciptakan lagu-lagu bertema patah hati bukan tanpa alasan. Tema semacam itu diyakininya pernah dialami oleh banyak orang.
Lagu-lagu Didi Kempot sangat familiar untuk sebagian anak muda, khususnya di daerah yang menggunakan bahasa Jawa sebagai bahasa daerah. Tak jarang mereka mendengarkan sambil turut menyanyikannya.
Seorang warga Yogyakarta, Wiwik, 38 tahun, mengaku sejak lama menyukai lagu-lagu Didi Kempot. Tak jarang dia secara tidak sadar menyanyikan lagu-lagu bertema patah hati itu di sela aktivitasnya. Bahkan saat mandi pun dia sengaja membawa ponselnya dan memutar lagu-lagu Didi Kempot.
“Lagunya selalu enak dinyanyikan,” ucapnya.
*Berawal dari pengamen*
Didi Kempot memulai kariernya sebagai pengamen di kota kelahirannya, Solo, pada tahun 1984. Saat itu dia ‘bersenjatakan’ alat musik gendang dan ukulele. Didi mengamen selama kurang lebih tiga tahun, mulai 1984 hingga 1986.
Dia kerap mengamen di salah satu resto nasi liwet di Solo bernama Keprabon. Saat itu, dia belum berpikiran untuk merekam karya-karyanya.
Setelah itu dia mencoba mengadu peruntungan di kota tetangga, Yogyakarta. Didi menjadikan salah satu ikon Yogyakarta, yakni Malioboro, sebagai panggungnya mengais rezeki dengan menyanyikan lagu-lagu keroncong dangdut (congdut), yang selanjutnya dikenal sebagai campur sari.
Hanya dua tahun berselang, tepatnya tahun 1988, Didi Kempot pindah ke Jakarta. Di sana dia mengamen di daerah Slipi, Palmerah, Cakung dan Senen, bersama teman-teman pengamennya.
Mereka mendirikan kelompok pengamen trotoar (Kempot), yang selanjutnya digunakan sebagai nama belakang Didi.
“Habis itu kita hijrah ke Jakarta coba-cobaan nasib kumpul di Bunderan Slipi dulu, di situlah kita buat komunitas, timbulah kelompok penyanyi trotoar,” kata Didi Kempot, seperti dikutip dari kanal YouTube Gofar Hilman.
Rata-rata kelompok penyanyi trotoar, kata Didi Kempot, berasal dari pertemanannya antar musisi atau pemusik jalanan di Solo.
Mereka kemudian mencoba menembus dapur rekaman, dengan menitipkan kaset hasil rekaman mereka pada beberapa studio musik, namun beberapa kali upaya itu gagal. Sampai akhirnya Musica Studio tertarik pada lagu-lagu mereka.
Pada 1989 Didi Kempot meluncurkan album pertamanya, dengan lagu andalan berjudul Cidro, yang terinspirasi dari kisah asmara pribadi Didi Kempot yang gagal. Hubungan antara dia dan kekasihnya tidak disetujui oleh orang tua si gadis.
Sejak saat itulah Didi Kempot mulai sering menulis lagi bertema patah hati.
Dilansir dari saluran Youtube SuaraVid Present, pada 1993, Didi tampil di luar negeri, tepatnya di Suriname, Amerika Selatan. Lagu Cidro yang dibawakan sukses meningkatkan pamornya sebagai musisi terkenal di Suriname.
Pada 1996, ia mulai menggarap dan merekam lagu berjudul Layang Kangen di Rotterdam, Belanda.
Kemudian, Didi Kempot pulang ke Indonesia pada 1998 untuk memulai kembali profesinya sebagai musisi. Setahun kemudian, pada 1999, dia mengeluarkan lagu Stasiun Balapan.
Pada awal 2000-an, Didi Kempot kembali menelurkan album. Seperti dilansir Wikipedia, berapa lagunya adalah Plong(2000), Ketaman Asmoro (2001), Poko’e Melu (2002), Cucak Rowo(2003), Jambu Alas (2004), dan Ono Opo (2005).
Pada 2013, Didi Kempot meluncurkan lagu Kalung Emas. Kemudian pada 2016, dia mengeluarkan lagu Suket Teki.
*Ucapan Belasungkawa Mengalir*
Meninggalnya Didi Kempot bukan hanya menjadi duka untuk keluarganya saja. Ucapan belasungkawa mengalir dari pesohor negeri, termasuk melalui akun-akun media sosial. Salah satunya adalah dari Maia Estianti, melalui akun Instagramnya @maiaestiantyreal .
“Ikut berduka cita atas meninggalnya MAESTRO CAMPUR SARI, DIDI KEMPOT…
Semoga perjalananmu menuju pulang menuju ke Allah menyenangkan. Salamkan untuk Rasulullah dan Nabi2 yang lain di Surga. Al Fatihah
#RIP #didikempot,” tulis Maia dalam unggahannya.
Ucapan senada juga disampaikan oleh pedangdut Jennita Janet melalui akun Instagramnya, @jenitajanet. “Innalillahi wa innailaihi rojiun Turut berduka cita sedalam dalam nya atas kepergian alm pakde @didikempot_official orang baik yg selalu ingin memajukan musik tradisional indonesia Semoga diterima amal ibadahnya diampuni dosa2 nya dan diberikan syurga.. Al- fatihah 🙏,” demikian tulis Jennita.
Sementara, pelawak Sule, melalui akun Instagramnya, @ferdinan_sule mendoakan agar Didi Kempot mendapatkan surga. “SELAMAT JALAN GURUKU, SURGA MENANTIMU.AMIN,” tulisnya.
Doa untuk Didi Kempot juga dipanjatkan oleh penyanyi Via Vallen melalui akun Instagramnya, @viavallen. Via mengaku shock mendengar kabar meninggalnya Didi Kempot.
“Inna lillahi wa innailaihi roji’un…..
Kebangun tidur gara2 kaget suara hape yg terus2an bunyii
Pas di angkat, ternyata kabar mas didi meninggal, yaa Allah langsung shock 😭,” tulisnya.
Menurut Via, semalam dia sempat menonton video “Ojo Mudik” dari Didi Kempot, dan memang dia merasa Didi terlihat pucat.
“Semalem aku nonton video “ Ojo Mudik “ dr mas didi dan ngerasa mas didi pucet, nggak seperti biasanya 😭.
Entah hanya perasaanku saja
Tapii ternyata ini firasat 😔
Pertama kali ketemu beliau dulu, orangnya memang buaikkk dan lumayan sering ngajak kerja bareng
Beliau sosok pekerja keras dan polos
Setiapp seacara, pasti menyempatkan untuk bersua keruangannya
Krn saya sangaaaat menghargai beliau, dan Saya adalah orang sangat Senang ketika beliau namanya kembali melambung tinggi,” lanjut Via.
Via Vallen merasa Didi Kempot sangat layak diapresiasi sedemikian rupa. Namun Allah juga punya rencana yang indah untuk Didi. “Beliau di ambil ketika semua mata masyarakat tertuju padanya, hingga banyak yg merasa kehilangaann dan insya Allah akan banyak yg mendoakan
Tenang di sisi Allah Swt yaa Legend
Kebaikan yg ga bisa di tulis satu persatu disini, beserta karya indahmu akan selalu di kenang, #alfatihah,” tulisnya.