Lontar.id — Baru-baru ini Menristek Bambang Brodjonegoro mengungkapkan optimisme perihal kemungkinan Indonesia memiliki anti virus corona paling cepat setidaknya setahun mendatang. Hal yang sama juga dinyatakan Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, Amin Soebandrio.
Menurut Amin, untuk menemukan vaksin baru memang dibutuhkan waktu yang relatif lama. Namun ada tahapan-tahapan yang harus dilalui terlebih dahulu. Yang pertama, katanya, harus mengidentifikasi bagian mana dari virus atau bakteri yang akan dijadikan calon vaksin. “Ini bisa dilakukan dengan teknik biologi molekuler.”
Dia menguraikan, setelah mengidentifikasi dan mengisolasi bagian virus yang akan dijadikan antigen, tahapan selanjutnya ujicoba menyuntikkan antigen tersebut kepada hewan coba. Dimulai dari hewan berukuran kecil seperti mencit.
Baca juga: Perempuan yang Joget Saat Salat di Video TikTok Ditangkap Polisi
“Bila diperlukan akan dilanjutkan dengan ujicoba terhadap hewan berukuran besar seperti kera,” kata Amin Soebandrio, di Jakarta.
Bila terbukti antigen tersebut menghasilkan antibodi yang baik terhadap hewan percobaan tersebut, maka pihak Eijkman akan mengusulkan kepada industri farmasi untuk memformulasikan vaksin tersebut agar aman disuntikkan kepada manusia.
Lembaga Eijkman diberi target maksimum 12 bulan sebelum diberikan kepada industri.
“Jadi yang skala laboratoriumnya kita selesaikan dalam waktu kurang dari 12 bulan tapi kedepannya mungkin ini ada semacam koalisi atau konsorsium di internasional,” kata Amin.
Baca juga: Hotel Enggan Lagi Menampung Karyawan Covid dari Sampoerna
“Saat ini kami sedang berupaya agar kalau terjadi pandemi maka bisa menghasilkan vaksin dalam waktu 16 minggu, itu tentu dimungkinkan kalau semua teknologinya sudah ada,” ia melanjutkan.
Proses yang diuraikan tadi, mulai dari menemukan calon vaksi hanya butuh beberapa minggu untuk proses kloning dan sebagainya. Semuanya karena perkembangan teknologi sehingga diperlukan waktu 16 minggu agar siap untuk uji klinis.
“Cepat sekali sebenarnya, di Indonesia kami berharap sebelum 12 bulan sudah bisa memberikannya ke industri untuk dikembangkan ke skala industri,” jelasnya.
Editor : Rahardi