Lontar.id – Transformasi digital menjadi program prioritas pemerintah yang diharapkan dapat mendukung pembangunan kota cerdas (smart city) untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat yang berkelanjutan.
Untuk itu, peran serta para akademisi atau peneliti di perguruan tinggi sangat dibutuhkan dalam merumuskan langkah strategis pengembangan smart city.
“Saat ini smart city sudah menjadi salah satu konsep yang digunakan untuk menyelesaikan berbagai tantangan yang dihadapi kota. Oleh karena itu, sudah menjadi kewajiban perguruan tinggi sebagai salah satu stakeholders untuk menyediakan riset-riset inovatif yang memberikan solusi terhadap permasalahan berbagai kota yang ada di Indonesia,” ungkap Wakil Presiden (Wapres) K. H. Ma’ruf Amin pada acara Pembukaan Riset Transformasi Digital Indonesia (RTDI) dan Rating Kota Cerdas Indonesia (RKCI) Tahun 2021 melalui konferensi video di Kediaman Resmi Wapres, Jalan Diponegoro Nomor 2, Jakarta, Senin, 2 Agustus 2021.
Lebih lanjut Wapres menyampaikan, kegiatan Riset dan Rating Tranformasi Digital & Kota Cerdas Indonesia 2021 ini dapat dimanfaatkan untuk menentukan arah dan tujuan pengembangan kota agar menjadi kota cerdas yang bergerak sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan sumber daya yang ada.
“Kegiatan ini juga harus menjadi jembatan bagi pemerintah untuk melakukan peningkatan pembangunan dan kesejahteraan masyarakat, meningkatkan literasi digital, serta mengevaluasi proses transformasi digital di Indonesia secara mandiri,” jelas Wapres.
Dalam kesempatan ini pula Wapres mengapresiasi Intitut Teknologi Bandung (ITB) karena telah berkontribusi merumuskan berbagai indikator dan konsep transformasi dalam pembangunan kota cerdas untuk selanjutnya dapat dimanfaatkan oleh pemerintah kota.
“Saya juga memberikan apresiasi kepada ITB yang telah menyumbangkan konsep pembangunan kota cerdas melalui Garuda Smart City Framework yang telah memberikan indikator kota cerdas dan gambaran bagaimana melakukan transformasi menuju kota cerdas. Saya harapkan pemerintah kota bisa memanfaatkan penelitian ITB ini untuk meningkatkan kinerjanya dan mampu memperbaiki kualitas kota sesuai aspirasi masyarakat,” harapnya.
Menutup sambutannya, Wapres berharap agar kegiatan ini dapat berjalan dengan lancar dan sukses sehingga dapat memberikan rumusan pedoman dalam pengambilan kebijakan, evaluasi, dan pengembangan tata kelola kota yang ideal di Indonesia.
“Saya minta kegiatan ini tidak hanya menjadi sekadar riset pemeringkatan (rating) saja, namun bisa menjadi ajang pembelajaran bersama untuk mendukung pembangunan Indonesia dan peningkatan kualitas hidup masyarakat secara berkelanjutan,” tutupnya.
Sebelumnya, Kepala Pusat Inovasi Kota dan Komunitas Cerdas ITB, Suhono Supangkat, melaporkan bahwa RKCI merupakan suatu Rangkaian kegiatan 2 tahunan yang telah dilakukan sejak tahun 2015 dan mulai tahun ini ditambahkan RTDI untuk mendukung keseluruhan penelitian pembangunan kota cerdas di Indonesia.
“Dalam perjalanan penilitian yang kami lakukan, baik melalui kerja sama dengan pemerintah daerah, pemerintah pusat, industri, baik level nasional maupun internasional telah menghasilkan beberapa pengembangan dan perbaikan, baik cara memandang, mengukur maupun metode pembangunan kota cerdas,” ujarnya.
Sementara Rektor ITB, Reini Wirahadikusumah, dalam sambutannya menyebutkan RTDI ditambahkan pada tahun ini untuk menilai kesiapan digital suatu kota dalam mendukung kinerja pemerintahan kota, oleh karena itu dapat menjadi evaluasi untuk memajukan daerahnya masing-masing.
“RTDI dan RKCI bukan untuk menilai peringkat, tujuannya sangat fundamental (yaitu) dukungan ITB untuk menjaga sustainability dari pengembangan kota-kota di indonesia, Jadi harapannya implementasi kedua program ini dapat menjadi self-evaluation bersama,” tuturnya.