Lomba Film Pendek Pemprov Jateng
Lontar.id – Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Provinsi Jawa Tengah menggelar lomba film pendek, bagi Kelompok Informasi Masyarakat (KIM) tahun 2021.
Dilansir laman resmi Pemerintah Provinsi Jawa Tengah (Pemprov Jateng), Jumat, 6 Agustus 2021, lomba tersebut mengangkat tema “Kebijakan Protokol Kesehatan” kompetisi itu memperebutkan total hadiah Rp 33 juta.
Kepala Diskominfo Provinsi Jawa Tengah Riena Retnaningrum mengatakan, KIM merupakan mitra pemerintah sebagai jembatan diseminasi informasi dan penyampai aspirasi masyarakat. Selain itu, KIM berfungsi sebagai media edukasi dan literasi warga.
“Lomba film pendek ini bertujuan memberi hiburan yang kreatif, tidak membosankan, sekaligus memberikan informasi kepada masyarakat. Khususnya terkait program-program pemerintah,” ucapnya.
Ditambahkan, film pendek yang nanti dilombakan menggunakan bahasa dan kearifan lokal setempat. Hal itu agar informasi dan nilai budaya yang disajikan melalui film pendek, dapat dicerna dengan mudah oleh khalayak.
Selain menggunakan bahasa dan kearifan lokal, pada lomba ini pemain harus berasal dari daerah setempat. Adapun durasi film pendek dibatasi dari tujuh menit hingga 15 menit, termasuk credit title.
“Film pendek bergenre fiktif naratif (film cerita rekaan), diwajibkan memasukkan unsur humor/komedi, budaya lokal serta bukan film kolosal,” imbuh Riena.
Peserta bisa mengirimkan film yang dilombakan pada 10 Agustus 2021 hingga 10 Oktober 2021 mendatang. Ketentuan lengkap dan teknis pelaksanaan akan disosialisasikan melalui Diskominfo setempat atau jejaring grup KIM. Untuk pertanyaan, dapat disampaikan melalui narahubung Diah (0812-2563-8668) atau Galih (0811-275-265) melalui chat Whatsapp.
1 Warga Meninggal Tertimbun Longsor di Tarakan
Seorang warga ditemukan meninggal dunia setelah tertimbun material longsor di rumahnya yang berada di Kelurahan Sebengkok, Kecamatan Tarakan Tengah, Kota Tarakan, Kalimantan Utara, Kamis, 5 Agustus 2021.
Pelaksana tugas (Plt) Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Abdul Muhari, menjelaskan, berdasarkan laporan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Tarakan, peristiwa tanah longsor tersebut terjadi setelah sebelumnya hujan dengan intensitas tinggi disertai struktur tanah yang labil dan berpasir mengguyur di lokasi kejadian.
Selain struktur tanah berpasir yang mudah larut terbawa air, faktor lain yang juga diduga menjadi pemicu terjadinya peristiwa tersebut adalah buruknya sistem drainase.
“Tanahnya berpasir dan sistem drainase juga buruk. Setelah diguyur hujan, airnya kemudian masuk ke celah-celah tanah dan longsor pun terjadi,” ungkapnya mengutip pernyataan Kepala Seksi Pencegahan BPBD Kota Tarakan Boedi Soenjoto.
Di sisi lain, Boedi juga menyebut bahwa rata-rata permukiman di wilayah Kelurahan Sebengkok juga berada di bawah lereng yang tentunya memiliki tingkat kerawanan yang tinggi terhadap bencana longsor dan banjir bandang.
“Posisinya di lereng bukit, kelurahan sebengkok berada di wilayah yang bawah lereng,” jelasnya
Adapun tim gabungan BPBD Kota Tarakan, Basarnas, Pemadam Kebakaran (Damkar) Kota Tarakan dan masyarakat sekitar telah mengevakuasi korban sesaat setelah mendapat laporan. Selain itu, tim juga melakukan asesmen dan membantu membersihkan puing material longsoran.
Sementara itu, menurut prakiraan cuaca yang dikeluarkan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) untuk dua hari ke depan, yakni Jumat (6/8) hingga Sabtu (7/8), wilayah Kota Tarakan secara umum didominasi dengan kondisi cerah berawan. Akan tetapi, hujan dengan intensitas sedang hingga lebat yang dapat disertai petir/kilat masih berpotensi terjadi pada dini hari.
Mengingat adanya prakiraan BMKG tersebut, maka Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) meminta agar pemangku kebijakan di daerah Kota Tarakan agar mempersiapkan rencana mitigasi bencana jangka pendek maupun jangka panjang. Untuk jangka pendek, masyarakat diharapkan dapat mengenali lingkungannya dan mewaspadai jika menemukan rekahan tanah di kawasan tebing.
Jika terjadi hujan dengan intensitas tinggi dalam waktu lebih dari satu jam, maka sebaiknya bagi yang memiliki tempat tinggal di bawah lereng dapat evakuasi ke daerah yang lebih aman. Untuk jangka panjang, penanaman vegetasi berakar kuat atau tanaman lain seperti vetiver dapat dilakukan.
Mahasiswa UGM Kembangkan Alat Deteksi Kerumunan
Sekelompok mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) mengembangkan sistem deteksi kerumunan guna mencegah penularan Covid-19.
“Sistem yang kami kembangkan ini dapat mendeteksi adanya kerumunan sekaligus menampilkan informasi kapan dan dimana kerumunan terjadi,” terang Ketua tim peneliti, Zulfa Andriansyah, seperti dilansir laman resmi UGM.
Zulfa menjelaskan sistem yang diberi nama Syncrom atau kepanjangan dari System of Detection and Crowd Mapping ini dibuat berbasis berbasis Deep Learning dan WebGIS. Dengan begitu, melalui sistem ini dapat mendeteksi adanya kerumunan dengan menyajikan informasi jumlah massa dan menampilkan visualisasi kondisi di lapangan baik waktu dan tempat terjadinya kerumunan secara near realtime (mendekati realtime).
“Dengan platform ini sistem pemantauan bisa dilakukan secara terus-menerus selama 24 jam. Data terus diupdate setiap 30 detik,” terang mahasiswa Fakultas Geografi UGM ini.
Syncrom dikembangkan oleh Zulfa bersama dengan keempat rekannya yaitu M. Ihsanur Adib (Kartografi dan Penginderaan Jauh), Wahyu Afrizal Bahrul Alam (Teknologi Informasi), Malik Al-Aminullah Samansya (Teknik Nuklir), dan Najmuddin Muntashir ‘Abdussalam (Teknik Industri) di bawah bimbingan Dr. Taufik Hery Purwanto, M.Si. Purwarupa ini lahir lewat Program Kreativitas Mahasiswa bidang Karsa Cipta (PKM-KC) tahun 2021 yang memperoleh dana hibah pengembangan sebesar Rp9.000.000 dari Kemdikbudristek.
Ia menambahkan dalam sistem ini juga dilengkapi dengan fitur peringatan dini adanya kerumunan. Peringatan adanya kerumunan di lokasi terdeteksi akan disampaikan melalui pengeras suara secara otomatis.
Syncrom bisa mendeteksi kerumunan melalui input data visual yang diproleh melalui CCTV lewat web cam yang terhubung dengan komputer lokal yang sebelumnya telah diprogram dengan deep learning untuk mendeteksi keberadaan manusia dan memprediksi kerumunan di suatu lokasi diteruskan ke sistem untuk dianalisis. Setelah itu, hasil data dikirimkan ke WebGIS dalam bentuk informasi terkait lokasi, waktu, dan jumlah kejadian kerumunan yang berada di satu lokasi terpantau CCTV.
“Jika data yang muncul menunjukkan adanya kerumunan maka voice alert akan berbunyi untuk memberikan peringatan,” jelasnya.
Nantinya, mereka juga akan menambahkan fitur berupa text alert untuk mempermudah petugas dalam pemantauan. Misalnya, ketika petugas sedang tidak berada di ruang kontrol tetap dapat menerima informasi melalui SMS atau telegram apabila terjadi kerumunan.
“Saat ini belum ada produk yang mengintegrasikan deteksi kerumunan dengan pemetaan yang juga disertai dengan adanya peringatan dini. Biasanya deteksi kerumunan dengan memakai sensor proximity menggunakan perangkat pengguna seperti smart phone,” terangnya.