Jakarta, Lontar.id – Pidato Kebangsaan ‘Indonesia Menang’ yang disampaikan Calon Presiden (Capres) Nomor urut 02, Prabowo Subianto benar-benar menghentak publik tanah air. Pasca menyampaikan pidatonya, di Jakarta Convention Center (JCC), Senin (14/1/2019) malam, riuh kritikan dan dukungan tak hentinya berseliweran di media sosial (Medsos) dan media mainstreeam.
Yang menarik, adalah durasi waktu pidato Prabowo yang melebihi satu jam ternyata dikritik oleh lingkaran koalisinya sendiri, Partai Keadilan Sejahtera (PKS).
Presiden PKS Sohibul Iman menganggap, banyaknya ilustrasi yang disampaikan Ketum Gerindra itu membuat beberapa kondisi bangsa yang disampaikan menjadi agak kabur. Menurutnya, semakin ringkas isi pidato yang disampaikan akan semakin baik.
Panjangnya durasi waktu pidato yang disampaikan Prabowo membuat beberapa potongan statemennya ramai menyebar. Bukan hanya kritiknya soal mobil ‘etok-etok’ yang ramai mendapat tanggapan warganet.
Tetapi, ada juga janji Prabowo sebelumnya yang hendak menghentikan impor. Janji Prabowo yang mirip janji Jokowi saat Pilpres 2014 lalu itu juga menjadi bahan utama perdebatan para tim pemenangan kubu Capres-Cawapres 01, Jokowi-Ma’ruf, dengan 02 Prabowo-Sandi.
Istilah etok-etok sendiri berasal dari bahasa Jawa yang bermakna pura-pura. Meski Prabowo tak secara langsung menyinggung Jokowi sebagai calon petahana, namun pamor Jokowi di kancah Pilpres memang tak lepas dari mobil Esemka.
Baca Juga: Siapa Bilang Orangtua Suka Menyebar Hoaks di Media Sosial?
Sebelumnya, rencana produksi besar-besaran mobil Esemka yang sempat digaungkan Jokowi kala menjabat Wali Kota Solo hingga kini tak kunjung terealisasi.
Saat Kampanye Pilpres 2014 lalu, Jokowi juga sempat menjanjikan bakal menyetop impor. Baik pangan, beras, daging, kedelai, sayur, buah, dan ikan disebutnya dapat diproduksi sendiri oleh negara kita. Namun, fakta yang terjadi saat Jokowi terpilih, janji stop impor tak mampu terealisasi.
Untuk beras contohnya. Di 2018 lalu, Kementerian Perdagangan (Kemendag) telah menerbitkan izin impor beras kepada Perum Bulog sebesar 500.000 ton pada Februari, dan sebesar 500.000 ton pada Mei.
Dan di pertengahan 2018, Kemendag kembali menerbitkan izin impor beras untuk 1 juta ton pada Agustus 2018. Izin impor beras tersebut jika terealisasi keseluruhan mencapai jumlah 2 juta ton.
Janji Jokowi di 2014, ternyata juga sempat terlontar dari mulut Prabowo untuk menyetop impor jika dirinya terpilih. Hal tersebut diungkapkan Ketum Gerindra itu saat hadir di Gor Soemantri Brodjonegoro, Kuningan, Jakarta Selatan, Minggu (4/11/2018) lalu.
“Saya bersaksi di sini kalau Insya Allah saya menerima amanah rakyat indonesia, saya akan bikin Indonesia berdiri di atas kaki kita sendiri. Kita tidak akan impor apa-apa saudara saudara sekalian,” kata Prabowo Subianto dilansir di laman Tribunnews.com.
Jika menghitung tahapan Pilpres yang semakin dekat dan menghitung janji-janji para Capres kita, masih kah relevan dengan kondisi saat ini?. Di saat masyarakat kita butuh realisasi dan bukti, para capres dan politisi kita masih sibuk memakai pola lama dengan menebar janji.
Medsos nampak diramaikan dengan janji-janji petahana yang belum sepenuhnya terealisasi, dan itu menjadi sasaran rival oposisi untuk dikritisi. Sebaliknya, para tim pendukung petahana juga sibuk ‘menguliti’ statemen baru yang dilontarkan sang lawan karena dianggap tak relevan dengan kondisi yang sebenarnya.
Baca Juga: Ketika Kerajaan Gowa Berhasil Melakukan Islamisasi di Bima
Kritikan dan dukungan berseliweran di medsos. Perang tagar tak terelakkan, dan robot medsos digerakkan. Konten disebarkan untuk mendapat perhatian demi trending topik. Tapi benarkah sajian konten dua kubu capres-cawapres kita mampu menyita perhatian mayoritas masyarakat?. Masih banyak pertanyaan yang pasti akan terjawab saat puncak perhelatan Pemilu 17 April 2019 mendatang.
Jika menyimak kondisi Politik kita di Indonesia, nampaknya kutipan ala Ser Jorah Mormont di Film Game of Thrones lebih realistis menjawabnya saat ini:
“Rakyat Berdoa Untuk Kesejahteraan dan Musim Panas yang tak pernah Berakhir. Mereka tak Peduli Terhadap Intrik yang Dimainkan para Bangsawan dan Penguasa.”