Jakarta, Lontar.id – Beberapa hari hujan deras mengguyur beberapa kabupaten di Sulawesi Selatan. Puncaknya pada 22 Januari 2019, delapan kabupaten seperti Kabupaten Jeneponto, Gowa, Maros, Soppeng, Barru, Wajo, Bantaeng, Pangkep, dan Kota Makassar direndam air.
Kondisi alam itu membuat beberapa rumah warga rusak. Terparah, ada yang meninggal. Sementara korban lainnya berhasil menyelamatikan diri dan dievakuasi oleh satuan pemerintah daerah, provinsi, serta nasional.
Seperti di Gowa, karena terus-menerus hujan, dan hanya berhenti sebentar, membuat Sungai Jeneberang dan Bendungan Bili-bili meluap. Dampaknya, air luapan lalu memasuki perumahan warga nyaris di seluruh titik yang ada di Gowa.
Olehnya, dua jembatan rusak di Kecamatan Manuju, tiga orang meninggal dunia, 45 orang luka-luka, dan 2.121 orang terpaksa mengungsi kemudian menyebar di 13 titik pengungsian.
Intinya, lebih dari 500 unit rumah terendam banjir setinggi 50 sampai 200 senti. Data tersebut disampaikan oleh BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana) yangt disampaikan BPDB Gowa.
Di Kota Makassar, daerah terdampak banjir tercatat ada di 14 kecamatan, yaitu Kecamatan Biringkanaya, Bontoala, Kampung Sangkarrang, Makassar, Mamajang, Manggala, Mariso, Panakkukang, Rappocini, Tallo, Tamalanrea, Tamalate, Ujung Pandang, dan Ujung Tanah.
Sekisar 1000 jiwa warga mengungsi. Tak jauh beda dari Gowa, sungai-sungai yang bermuara di Kota Makassar juga meluap.
Lalu di Kabupaten Jeneponto, 21 desa dan 10 kecamatan terendam banjir. Daerahnya yakni Kecamatan Arung Keke, Bangkala, Bangkala Barat, Batang, Binamu, Tamalatea, Tarowang, Kelara, dan Turatea dengan ketinggian banjir mencapai 50 hingga 200 centimenter. Kemudian sungai yang meluap diantaranya Sungai Topa, Allu, Bululoe, Tamanroya, Kanawaya, dan Tarowang.
Di Jeneponto, tercatat ada lima korban meninggal dunia, tiga orang dinyatakan hilang, lima rumah hanyut, 51 rumah rusak berat, ribuan warga mengungsi dan ribuan rumah terendam banjir.
Sementara di Kabupaten Maros, banjir melanda di 11 kecamatan dan warga yang mengungsi sebanyak 1400 orang. Di sana, listrik masih padam dan jalur komunikasi warga terputus.
Penulis: Ruslan