Urusan banjir, mentalitas warga Camba-camba sudah teruji. Ancaman air bah yang menghadang dianggapnya sudah biasa. Bahkan untuk bencana banjir parah mengepung Kabupaten Gowa sekalipun. Mereka memilih untuk menetap di rumah masing-masing.
Jakarta, Lontar.id — Camba-camba terletak di dusun Salilong Desa Sunggumanai, Kecamatan Pattallassang. Masuk dalam wilayah teritorial Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. Sang Bupati, Adnan Purichta Ichsan tentu dibuat khwatir oleh sikap warganya itu. Betapa tidak banjir kali ini mungkin menjadi musibah terbesar yang pernah menerjang. Efeknya bahkan berakibat buruk di wilayah sekitarnya.
“Jika warga menolak dievakuasi pastikan suplai makanan buat mereka tercukupi. Kirimkan bahan makanan, gunakan perahu karet untuk mengantarkan,” instruksi Adnan, Rabu, (23/1/2019).
Camat Patallassang, Baharuddin yang melakukan pendekatan persuasif, rupanya gagal melakukan negosiasi. Warga Camba-camba tetap ngotot. Meraka tak mau beranjak dari lokasi. Padahal perahu karet telah disiapkan untuk berlabuh di area aman.
Setiap tahun warga Camba-camba memang kerap harus menghadapi situasi banjir. Karena sudah terbiasa, mereka sebelumnya telah melakukan langkah antisipasi. Termasuk, mempersiapkan tempat pengungsian jika debit air di Bendungan Kajenjeng naik dan berefek banjir.
“Warga memilih untuk tinggal dirumahnya. Setiap tahun banjir melanda daerah ini sehingga mereka sudah mempersiapkan tempat pengungsian berupa rumah atas,” jelas Baharuddin.
“Semoga dengan selesainya normalisasi sungai dan Waduk Nipah maka langganan banjir yang tiap tahun melanda warga di daerah ini bisa teratasi,” lanjut dia.
Baca Juga: Sisi Lain dari Banjir di Makassar-dan Gowa
PUPR Himbau Warga Tak Panik
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) melalui Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pompengan Jeneberang, Ditjen Sumber Daya Air, terus melakukan pemantauan secara intensif terhadap elevasi air Bendungan Bili bili yang berada di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan.
Dirjen Sumber Daya Air Hari Suprayogi mengatakan, curah hujan ekstrem yang terjadi sejak Senin (21/1/2019) telah mengakibatkan naiknya Tingkat Muka Air (TMA) Bendungan Bili bili. Dari data yang dihimpun di tiga pos curah hujan pada Selasa (22/1/2019), curah hujan di Pos Limbungan tercatat 328 mm, Pos 1 (Bawakaraeng) sebesar 308 mm, dan Pos Lengkese tercatat sebesar 329 mm.
“Langkah-langkah yang telah dilakukan akibat terjadinya peningkatan TMA Bendungan Bili bili sudah sesuai SOP Bendungan. TMA +101.87 meter (Siaga) menjadi elevasi tertinggi dalam catatan pengoperasian Bendungan Bili-Bili,” kata Hari dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Rabu (23/1/2019).
Lebih lanjut Hari pun meminta masyarakat tetap tenang dan tidak terpengaruh terhadap berita-berita yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
“Kementerian PUPR melalui BBWS Pompengan Jeneberang dan Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan, Kabupaten Gowa, dan sekitarnya akan terus menyampaikan update (perkembangan) tinggi muka air Bendungan Bili-Bili dan tingkatan bahayanya,” tandasnya.
Sebagai informasi, berdasarkan pola operasi bendungan, telah ditetapkan empat tingkatan status bahaya, yakni Status Normal dengan TMA + 99.50 meter, Status waspada dengan TMA + 100 meter, Status Siaga dengan TMA +101.60 meter, dan Status Awas dengan TMA +103.00 meter
Sedangkan berdasarkan laporan petugas lapangan, pada Senin (21/1/2019), pukul 14.00 Wita tercatat TMA +99.45 meter dengan Status Normal. Sesuai Standar Operasi Prosedur (SOP) Bendungan, pada elevasi ini dilakukan sistem peringatan dini dengan memberitahukan masyarakat bahwa pintu saluran pelimpah akan dibuka di mana pintu dibuka setinggi 1 meter.
Kemudian pada Selasa, (22/1/2019), pukul 07.00 Wita tercatat TMA + 99.58 meter dengan Status Normal. Maka sesuai SOP harus dilakukan tambahan bukaan pintu saluran pelimpah secara bertahap sesuai kenaikan TMA.
Selanjutnya pukul 12.45 Wita tercatat TMA +101.38 meter dengan Status waspada. Terkait ini, BBWS Pompengan Jeneberang telah melakukan koordinasi untuk menyampaikan kondisi TMA Bendungan Bili-Bili kepada Gubernur Sulsel, Wakil Gubernur Sulsel, Bupati Gowa, Kodam, dan Polres Gowa bahwa apabila terjadi peningkatan status dari Waspada menjadi Siaga maka masyarakat harus segera siap Siaga terhadap dampak bukaan pintu saluran pelimpah.
Baca Juga: Sulsel Dikepung Banjir, 6 Korban Meninggal dan Akses Jalan Lumpuh
Bunyikan Sirene sebagai Peringatan Dini
Bupati Gowa, Adnan Purichta Ichsan pun kemudian menetapkan status Waspada dan meminta sepanjang aliran dan hilir bendungan untuk mengungsi. Selain itu, BBWS Pompengan Jeneberang juga membunyikan sirene sebagai peringatan dini kepada warga dan mengumumkan peringatan dini melalui rumah ibadah dan radio.
Berlanjut pukul 13.40 Wita tercatat TMA +101.64 meter dengan Status Siaga, pukul 15.20 WITA tercata TMA +101.78 meter dengan Status Siaga, dan pukul 18.00 WITA dengan TMA +101.87 meter tercatat Status Siaga.
Sedangkan hari ini, Rabu, (23/1/2019), hingga pukul 11.00 Wita, status yang berlaku masih Siaga, di mana pada pukul 01.00 Wita tercatat TMA +101.56 meter, pukul 04.00 Wita tercatat TMA +101.28 meter, pukul 07.00 WITA tercata TMA +100.99 meter, dan pukul 11.00 WITA tercatat TMA +100.77 meter.
Tentang Bendungan Bili bili
Bendungan Bili sendiri adalah bendungan terbesar di Sulawesi Selatan yang terletak di Kabupaten Gowa. Bendungan Bili-Bili dibangun mulai tahun 1991 hingga tahun 1999. Bendungan dengan luas 40.428 hektare dan kapasitas tampung 375 juta m3 ini dibangun dengan biaya Rp780 miliar.
Bendungan Bili-Bili dibangun untuk mengurangi risiko banjir di Kota Makassar dan sekitarnya akibat luapan air Sungai Jeneberang di bagian hilir. Bendungan Bili-Bili juga menjadi sumber air untuk irigasi dan air baku bagi Perusahaan Daerah Air Minum (PDM) Gowa dan Makassar.
Penulis: Wandy