Baca Cermis Sebelumnya: Ada Teror Manusia Jadi-jadian di Kampung Kami (I)
Kampung kami siaga. Pos-pos ronda mulai didirikan pada beberapa titik. Ada teror yang membuat kampung kami serasa begitu mencekam. Katanya manusia jadi-jadian. Sosoknya masih misterius. Namun sudah ada petunjuk. Darah itu. Ya, darah itu.
Lontar.id – Pak Hisyam hendak melaksanakan salat tahajud. Kira-kira dua jam sebelum azan subuh berkumandang. Aroma mistis pada dini hari memang sangat kuat. energinya kerap membuat alam gaib dan kehidupan nyata tak bersekat. Maka tak heran jika penampakan memang paling sering muncul di waktu-waktu itu.
Di saat bersamaan dini hari juga menjadi waktu tepat untuk melantunkan doa. Mungkin karena energi gaib itu. Jadi selain hal yang menakutkan, pancaran energi ilahi juga semakin menguat. Makanya Islam menganjurkan untuk mendirikan salat sunnah pada dini hari dan doa sangat berpeluang dijabah.
Maka beruntunglah pak Hisyam, yang selalu tahajud. Dia memang seorang yang alim. Di masjid nyaris tak pernah absen. Namun dini hari tadi, mungkin menjadi pengalaman yang tak pernah dilupakan pak Hisyam. Mungkin tuhan tengah menguji keimanannya. Atau lewat pak Hisyamlah tuhan ingin menunjukkan ada yang tak beres di kampung kami.
Baca Juga: Isteri Saya Seorang Parakang (V)
Kantuk seketika hilang kala air wudu membasuh wajah dan beberapa bagian tubuh pak Hisyam. Namun saat akan mengambil posisi takbiratul ihram, di tengah keheningan, ada yang mengusik perasaan pak Hisyam. Didengarnya suara-suara aneh. Seperti orang mendengkur.
Dicarinyalah sumber suara itu. Lalu diintip nya dari balik jendela, pak Hisyam kaget buat main. ” Astaga Babi… Anjing…,” kata Hisyam dalam hati seraya istigfar. Dalam situasi seperti ini, pak Hisyam urung dahulu untuk tahajud. Perhatiannya terfokus pada dua sosok binatang itu.
Pak Hisyam melangkah diam-diam menuju dapur. Diambilah sebilah parang lalu kemudian melangkah keluar dari rumah, lalu kemudian prak!!! Dengan mengucap basmalah parang itu diayunkannya dan mengenai bagian leher babi.
Ada bunyi melenting kala tebasan parang itu mendarat ke leher babi. Seperti ada perisai, namun tetap saja leher babi itu berdarah. Bercucuran. Namun sosok binatang itu berhasil kabur. Anjing yang bersama si babi sudah menghilang entah ke mana.
Pak Hisyam hanya mengarahkan fokusnya ke babi itu. Karena dia yakin betul babi itu akan tumbang. “Ada babi, ada babi,” teriakan pak Hisyam memecah kesunyian dan membuat orang-orang di kampung kami terperanjat.
Orang di kampung kami lantas berlarian mengikuti pak Hisyam. Babi itu berlari ke arah sekolah tempat saya menimba ilmu. Warga semakin ramai mencari babi itu di sekitar sekolah. Pak Hisyam bersama warga menggeledah tiap kelas. “Itu dia.. itu dia..,” teriak warga melihat binatang itu berlari keluar dari salah satu pojok kelas.
Warga pun terus memburunya, namun sang babi lolos setelah melompat menuju arah sawah yang tepat berada di belakang sekolah. Perasaan pak Hisyam campur aduk. Tak disangkanya kejadian aneh seperti ini akan terjadi di kampung kami.
Dan patut diketahui, di kampung kami tak ada babi. Itu pun kalau ada sangat jarang dan itu hanya bisa ditemui di hutan. Meski kami tinggal di kampung, jarak untuk menuju hutan sangatlah jauh.
***
Peristiwa itu dengan cepat menyebar. Pengalaman pak Hisyam dan warga yang melihat langsung babi misterius itu menjadi trending topik. Saya yang masih duduk di bangku sekoah dasar mendengar kisah pak Hisyam dari guru-guru saya.
Seperti yang dikisahkan sebelumnya, setelah peristiwa itu, saat berangkat ke sekolah, kami dikagetkan dengan bekas darah yang tercecer di mana-mana. Di sepanjang koridor. Tahun ajaran baru pun bukannya bikin saya ceria setelah libur panjang dua pekan. Seluruh murid diminta untuk membersihkan bekas darah itu.
Baunya amis, bikin hilang nafsu makan. Usai sekolah dibersihkan, kepala sekolah dan seluruh guru lalu menggelar rapat. Keputusannya kami diliburkan sehari. Saya pun kembali ke rumah dengan langkah sempoyongan. Dada terasa sesak. Aroma darah itu membuatku merinding.
Seharian itu, saya memilih untuk tak keluar-keluar. Inilah hari dimana saya merasakan ketakutan yang benar-benar bikin trauma. Ibu dan bapak pun mengingatkan supaya banyak-banyak baca kitab suci, atau jadi makmun saat bapak tengah salat.
Kejadian yang dialami pak Hisyam dengan cepat direspons oleh aparat desa. Oleh kepala desa kami, ini kejadian luar biasa. Tak boleh disepelekan. Keputusannya pos-pos ronda diperbanyak. Di beberapa titik warga bergotong royong membangun pos ronda.
Kami para anak kecil juga diminta untuk hati-hati. Keberadaan mahluk menyerupai babi itu masih misterius, itulah mengapa warga sangat resah. Teror gaib memang menakutkan, di sisi lain karena terornya mendadak kampung menjadi kompak. Siaga satu.
Bersambung