Lembaga survei Celebes Research Center (CRC) dari Sulsel, kini berani bermain di ranah politik nasional. Namun, bisakah ia menerima ujian berat di hadapannya?
Jakarta, Lontar.id – Lembaga Survei Celebes Research Center (CRC), yang bermarkas di Kota Makassar, mencari peruntungan nasib di pentas politik nasional.
Nama CRC khsususnya di Sulawesi Selatan (Sulsel), sudah malang melintang dan meriset ihwal kontestasi politik daerah, dijadikan sebagai patokan, terakhir pada Pilkada Sulsel 2018 lalu.
Pada Pilkada Kota Makassar, CRC ikut dalam perhitungan cepat (quick count), memantau hasil akhir perhitungan di Hotel Four Point by Serathon di Jl. Andi Djemma Makassar.
Di sana, CRC merilis calon tunggal Appi-Cicu kalah telak melawan kotak kosong. Menyusul kemudian hasil perhitungan KPU, hasilnya sama dengan data CRC.
CRC semakin melambung tinggi, mengokohkan eksistensinya sebagai lembaga terpercaya dan kredibel memantau hasil pilkada. Bukan saja di Kota Makassar, tapi di sejumlah daerah di Indonesia Timur.
CRC yang digawangi Herman Heizer pentolan Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Sulsel, resmi masuk keanggotaan Persatuan Survei Opini Indonesia (Persepi). Nomor keanggotaan CRC tercatat 028/SK-PJV/Persepi/V2018. Persepi adalah lembaga penjamin kredibilitas dan mengontrol lembaga survei.
Baru-baru ini, CRC merilis hasil survei Pilpres 2019 antara pasangan Jokowi-Ma’ruf dan Prabowo-Sandi. Ini merupakan pertama kalinya CRC ikut memeriahkan survei nasional. Hasilnya, petahana Jokowi-Ma’ruf berada di angka 56,1 persen sedangkan penantang Prabowo-Sandi jauh tertinggal di angka 31,7 persen.
“Ini pertama kalinya kami merilis survei nasional Pilpres 2019, mudah-mudahan ada nilai kontribusi positifnya,” kata Herman Heizer, Minggu (10/2/2019).
Munculnya lembaga riset CRC di panggung nasional, memicu beragam pertanyaan. Apakah hasil survei CRC dapat dipercaya? Sejauh mana kredibilitas lembaga ini, mengingat selama ini hanya konsen di daerah dan sekarang merambah ke kancah nasional? Apakah ada afiliasi politik dengan parpol tertentu ataukah dibayar oleh paslon?
Pertanyaan seperti itu wajar saja, terlebih lagi di tim paslon yang tidak diunggulkan. Pasalnya sejauh ini, Prabowo-Sandi mendapatkan tingkat keterterimaan masyarakat yang cukup signifikan pada saat berkunjung ke daerah.
Jejak Digital
Pada Pilkada Kabupaten Takalar 2017 lalu, CRC pernah salah memprediksi hasil akhir pilkada. Itu menjadi catatan kelam perjalanan Herman Heizer. Survei tersebut dilakukan pada 4-7 Februari. Petahana Burhanuddin Baharuddin-Natsir Ibrahim unggul dengan elektabilitas 61,3 persen dan Syamsari Kitta-Achmad Dg Se’re 29,8 persen.
Namun, hasil akhir perhitungan Komisi Pemilihan Umum (KPU), justru berbeda jauh dengan hasil CRC. Bukan petahana seperti yang diunggulkan CRC yang menang, melainkan penantangnya Syamsari Kitta-Achmad Dg Se’re 50,58 persen dan Burhanuddin Baharuddin-Natsir Ibrahim terpaut sedikit di angka 49,42 persen.
Melihat hasil survei CRC di Takalar yang berbeda jauh dengan kenyataan, sekali lagi CRC wajar dipertanyakan kredibilitasnya di panggung nasional. Bukan saja CRC yang mulai merambah ke pentas nasional, sebelumnya sebuah lembaga survei lokal di Makassar namanya, Institute Survei Indonesia (ISI) milik Haris Baginda, pernah melakukan hal yang sama.
Pada Pilpres 2014 lalu, ISI merekam elektabilitas pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa melambung tinggi ketimbang pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla. Survei terakhirnya memperlihatkan pasangan Prabowo-Hatta dengan elektabilitas 54,25 persen dan Jokowi-Jk kalah jauh dibawah sebesar 45,75 persen.
Namun pada akhirnya, ISI mengubur diri sendiri dengan kesalahan ketika Jokowi-Jk dilantik KPU sebagai presiden.
Apakah CRC bakal senasib dengan ISI?
Pengamat politik, Andi Luhur Prianto menjelaskan, migrasi politik CRC ke pentas nasional, bisa dijadikan sebagai rujukan bagi lembaga survei lokal mengikuti jejak Herman Heizer. Disebabkan, CRC telah lama dikenal di Sulsel sebagai salah satu lembaga survei yang sering dijadikan rujukan bagi politisi.
Karena rilis survei Pilpres 2019 adalah yang pertama kali dikeluarkan CRC, maka hasilnya sebagai ajang untuk menguji kredibilitas survei ini, sejauh mana menghasilkan data yang bisa dipertanggungjawabkan ke publik, di tengah maraknya lembaga survei oplosan dan partisan yang muncul ketika musim politik tiba.
“Tentu wajar saja jika CRC berkiprah di area yang lebih luas. Meskipun pernah juga hasil surveynya meleset, tetapi publik politik cukup menaruh kepercayaan pada presisi dan kredibilitas lembaga ini,” ujar Andi Luhur Prianto kepada reporter Lontar.id
Sebelum CRC, sudah terlebih dahulu lembaga survei nasional merilis data survei mereka, seperti LSI Denny JA, Populi Center, Charta Politika, Indikator Politik, Y-Publica, Survei Medan dan Saiful Mujani Research & Consulting (SMRC), sama-sama mengungguli petahana Jokowi-Ma’ruf.
CRC juga, hasilnya sama dan tidak ditemukan perbedaan yang menonjol, ataukah memang CRC sedang bermain aman di Pilpres mengikuti rekannya yang sudah lebih dahulu mempublikasikannya?
“Apalagi CRC tampil dengan nyaris tanpa diferensiasi dengan lembaga-lembaga survei nasional mainstream yang sudah dikenal publik.”
“Tampilnya CRC di pentas survey politik nasional sesungguhnya juga merupakan pertaruhan kredibilitas lembaga itu. Beberapa media mainstream tentu belum cukup familiar,”
Andi Luhur Prianto menambahkan, jika hasil survei CRC berlaku sama dengan pendahulunya ISI, maka bisa saja lembaga tersebut akan selesai dengan sendirinya.
“Kalau data yang dirilis ke publik menyimpang dari batas margin error yang ditentukan, bukan tidak mungkin kiprahnya di level nasional akan selesai, terkubur bersama lembaga-lembaga survei partisan lainnya.”
Penulis: Ruslan