Jakarta, Lontar.id – Wakil Presiden Jusuf Kalla mengkritik langkah-langkah yang diambil Presiden Joko Widodo dalam beberapa hal. Satu contohnya, ia memberi masukan soal pembangunan infrastruktur yang digembar-gemborkan Jokowi.
Pembangunan itu antara lain proyek Lintas Rel Terpadu (Light Rail Transit/LRT), Moda Raya Terpadu (Mass Rapid Transit/MRT), jalan tol, dan kereta api trans-Sulawesi.
“Saya ingin berada di posisi objektif, pemerintah juga bisa keliru sehingga pemerintah harus terus memperbaiki,” ungkap JK, Kamis (28/2), dalam gelar wicara Outlook Ekonomi CNBC Indonesia.
JK ingin, dampak pembangunan di masa mendatang dipertimbangkan. Sebab pembangunan jalan tol bisa berpengaruh ke perkembangan industri pengolahan makanan, kerajinan tangan, dan perdagangan.
“Makin banyak jalan tol, hampir semua daerah kesulitan karena orang jadi tidak beli oleh-oleh. Jadi harus berpikir dan membuat tindakan agar lebih baik,” katanya.
Hal ini sejalan dengan narasi yang menjadi andalan Rocky Gerung dalam beberapa kesempatan, kalau jalan tol itu membelah koneksivitas sosial. Hampir sama dengan JK, Rocky pernah menyebut kalau pengusaha telur asin Brebes bisa merugi karena jaan tol.
Ihwal LRT, pembangunan transportasi massal tidak bisa dijalankan sepotong-sepotong, melainkan harus dalam perencanaan yang lengkap.
Soal kelengkapan, JK mengambil contoh seperti di Jakarta. Butuh rel sepanjang 200 kilometer (Km) untuk membebaskan ibukota dari kemacetan. Saat ini, jalur yang dibangun baru 16 Km.
“Secara bisnis pasti kalah, tapi secara ekonomi akan menguntungkan. Jadi saya meluruskan logika. Saya sudah mengkritik ini sejak tiga tahun lalu ketika proyek mau jalan,” ungkapnya.
LRT di Palembang juga disinggung. JK menjelaskan semula Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan yang mengajukan izin pembangunan. Namun akhirnya tidak berjalan baik, dan pemerintah yang menanggung proyek tersebut.
Dari sinilah, JK menganggap pembangunan LRT di Palembang tak efisien. Mestinya, proyek transportasi di daerah mestinya dikaji dengan matang agar bermanfaat dari aspek teknis maupun ekonomis.
“Ini tanggung jawab kita semua untuk melihat itu sebagai bagian dari evaluasi. Jadi (jangan hanya) meningkatkan infrastruktur, tapi juga manfaatnya bagaimana,” katanya.
JK sendiri berkaca pada pembangunan LRT Jakarta yang melayani jalur Jabodebek. Hal itu tak efisien karena berada di samping jalan tol. Akibatnya, jalan tol tidak bisa diperlebar karena ada tiang di sampingnya.