Lontar.id – Dalam keadaan sudah menjadi pemain bintang di Santos, Neymar datang ke Barcelona untuk menimba ilmu di liga papan atas dataran benua Eropa.
Pada 3 Juni 2013, ia resmi datang ke Camp Nou dan memperkenalkan dirinya di hadapan publik Catalan. Semua pecinta Barcelona gegap gempita menyambut kedatangannya.
Namun, saat bermain di Barcelona, ia cukup kesulitan untuk beradaptasi. Karakternya selama di Santos, hilang saat bermain di Barcelona pada awal-awal ia datang.
Tak ada yang menyangka kalau Neymar mengawali debutnya dengan permainan yang buruk. Berkali-kali ia sempat frustrasi menghadapi cercaan media yang tak percaya padanya. Ia disebut mengecewakan dan kata-kata lain yang menjatuhkan mental.
Meski begitu, seluruh tim terus menyemangatinya. Para sekondannya di lini depan, Suarez dan Messi, tetap membimbing Neymar agar bisa nyetel dengan gaya main mereka. Satu pekerjaan yang sulit yang memakan waktu lama.
Saat terus-menerus belajar, Neymar perlahan-lahan menemukan pola permainannya. Awalnya ia diplot untuk bermain dari sayap dan sekadar mengumpan saja. Ia ditekankan untuk membantu kedua seniornya di lini depan, yang siapa lagi kalau bukan Suarez dan Messi.
Mental Neymar berubah. Mulai dari individualis dalam bermain, kini menjadi kawan karib yang sangat gampang diajak bekerja sama dalam tim. Banyak yang bilang, saat itu, Neymar ke Barcelona hanya jadi pelayan saja. Pelayan Messi lebih tepatnya.
Cara bermainnya yang menyisir sayap kiri dan melewati beberapa pemain, terbukti ampuh untuk membuka kesempatan Messi dan Suarez. Lama-kelamaan ia makin buas, meski belum jadi eksekutor gol-gol di lini depan.
Publik yang semula ragu, telah mencintainya. Ia dianggap sangat membantu Barcelona dalam melakukan serangan dan membuka ruang bagi kawan-kawannya yang lain. Namun, dari sana, Neymar ternyata belum puas.
Oleh pelatih Luis Enrique saat itu, Neymar kemudian dipercaya untuk lebih berbahaya di lini depan. Saat ada kesempatan, Enrique berharap agar Neymar tak menyia-nyiakan kesempatan yang ada.
Neymar manut. Ia tunjukkan aksi-aksinya sebagai kreator gol-gol, tanpa lupa diri kalau ia sedang bermain dalam tim, bukan bermain sebagai invidu. Di tangannya dan caranya bekerja sama, Barcelona menjadi tim yang paling ditakuti seantero klub di Eropa bahkan dunia.
Ia dan kawannya yang lain, berhasil menggondol piala Liga Champions 2014-2015 dan Piala Dunia Antarklub 2015. Itu di luar dari piala domestik.
Waktu cepat sekali berlalu. Kini sudah ada Dembele yang diharapkan bisa menjadi pengganti Neymar, dan menghilangkan kerinduan sewaktu Neymar pergi meninggalkan Barcelona ke Paris Saint Germain. Posisi mereka sama, yaitu di sayap.
Selama beberapa kali pertandingan, Dembele menunjukkan kelasnya sebagai pemain yang pantas dihargai mahal. Ia punya dribble yang baik, sepakan yang terukur, serta kerja sama tim yang bisa dinilai plus.
Kini, seusai sembuh dari cederanya, ia terlihat lebih sabar dan menjadi pelayan bagi kedua striker Barcelona, yakni Messi dan Suarez. Contoh kongkrit yakni mencatatkan assist pada dua gol Suarez saat El Clasico kemarin.
Beda halnya saat ia baru bergabung dengan Azulgrana. Ia tampak selalu terburu-terburu dan tidak sabar dalam menciptakan beberapa peluang. Ia selalu mengandalkan dribble-nya untuk menciptakan beberapa peluang.
Tak hanya gaya main, emosinya juga masih labil. Ia gampang meledak-ledak jika ada keinginannya yang tak dituruti. Beberapa kali ia mangkir latihan, dan membuat Ernesto Valverde geram. Umurnya memang masih sangat muda, 21 tahun.
Jika dirasa akan sama dengan Neymar, tentu saja ia punya kesamaan kisah di Barcelona. Awalnya ia cuman menjadi pelayan saja. Namun, Dembele belum membuktikan kalau ia bisa jadi sosok menakutkan di depan kiper lawan.
Akankah waktu menjawab semua itu? Tunggu saja. Ujian sebentar lagi akan tersaji, saat Real Madrid melawan Barcelona dalam helatan La Liga pada pukul 02.45 WIB. Apakah ia tetap menjadi pelayan, atau sudah dipercaya mengemban tugas mengobrak-abrik lini pertahanan Madrid?