Jakarta, Lontar.id – Tim pencarian korban kehilangan seorang pendaki di Gunung Bawakaraeng, Galih Andika, masih belum menemukan keberadaannya.
Pencarian pada gelombang kedua dilakukan mulai pada 26 Februari hingga 6 Maret 2019, anggotanya terdiri dari 25 orang, yang diturunkan untuk mencari jejak keberadaan Galih Andika.
Kemudian 25 orang tersebut, dibagi lagi menjadi tiga tim SAR, menyasar sejumlah lokasi yang dianggap dilewati Galih Andika dan membuka jalur baru. Tim ini dibentuk oleh SAR PKD Mapala tingkat perguruan tinggi se-Sulawesi Selatan ini.
Ketua Umum Mapala Kampus STIMIK Handayani Makassar, Ibrahim Idris menyebut pada saat proses pencarian korban Galih Andika di Gunung Bawakaraeng. Timnya menemukan sejumlah barang yang diduga milik Galih Andika.
“Ditemukan korek api dan kancingan ring bag yang diduga milik korban di koordinator 05°17’18 LS, 119°55’59″BT dan 05°17’17” LS, 199°55’48” BT,” kata Ibrahim Idris pada Lontar.id, melalui pesan email, Sabtu (9/3/2019).
Ibrahim menambahkan, timnya mendapatkan bantuan dari masyarakat sekitar Desa Lembana menyisir sejumlah tempat dan menggunakan beberapa teknik penyisiran agar memudahkan proses pencarian.
“Teknik yang digunakan tim dari berbanjar hingga pollygon, menyisir setiap karvak, di mana tempat terakhir korban terlihat. Dalam pencarian Galih Andika, SRU dari PKD Sulsel, dibantu oleh masyarakat sekitar Lembana, menyisir dari Bullu Ballea, pos 4 sampai dengan pos 11 selama 9 hari,” tulisnya.
Kendala Tim
Tim pencarian Galih Andika mengaku masih mengalami kendala teknis saat proses pencarian. Ibrahim Idris mengatakan tim masih terkendala soal pendanaan, cuaca ekstrem, dan ketersediaan bahan makanan atau ransum di atas gunung.
Sedangkan jalur komunikasi tetap dilakukan dengan posko pemantauan di posko 5 ke posko induk pemantauan, di Sekretariat Mapala Handayani Makassar.
“Kendala dalam pencarian gelombang kedua dari segi pendanaan, cuaca yang ekstrem dan jumlah personel yang kurang setelah memasuki hari ke 24 hilangnya Galih Andika,” ujarnya
Selain itu, dirinya mengaku sangat kecewa dengan sikap Pemerintah Kabupaten Gowa. Sebab sejauh ini masih dianggap belum serius membantu agar memfasilitasi tim pencarian korban.
Ia berharap agar Pemda Gowa membuat standar operasional prosedur (SOP) yang jelas terkait dengan data perlenggakapan hingga durasi waktu pendakian Gunung Bawakaraeng.
“Sangat menyayangkan kurangnya kurangnya partisipasi dari Pemda Gowa itu sendiri. Selain memfasilitasi bahkan memang seperti tidak peduli dengan kejadian ini,” imbuhnya
“Harapan kami agar jelas SOP pendakian Gunung Bawakaraeng, sehingga pos pelaporan memiliki data perlengkapan dan durasi pendakian, dari setiap tim yang melakukan pendakian dengan jelas,” tuturnya.
Ia melanjutkan, pada tahap pencarian gelombang pertama, tim pencarian sempat menemukan jejak Galih Andika melalui sendal gunung yang tertinggal.
Namun saat dikonfirmasi pada kedua orang tuan Galih Andika mengenai sendal gunung yang ditemukan tim pencarian, ternyata bukan sendal Galih Andika.
“Ditemukan sendal gunung koordinat 05°17’50” LS, 119°55’48″BT, namun kemudian dikonfirmasi dari bapak korban kalau sendal yang ditemukan bukan milik korban,” tutupnya.
Penulis: Ruslan