Jakarta, Lontar.id – Pascameninggal Tata Rasyid juru kunci Gunung Bawakaraeng pada 2017 lalu, tidak ada lagi sosok setangguh Tata Rasyid yang melanjutkan perjuanganya. Pria yang kerap mengikat kepalanya ini, telah mendedikasikan hidupnya menjaga dan membantu pendaki Gunung Bawakaraeng.
Kini dua tahun semenjak kepergiannya, posisi juru kunci alami kekosongan dan belum ada orang yang melanjutkan perjuangannya. Pendaki Gunung asal Makassar, Kink Kusuma Rein saat dihubungi Lontar.id, ia menjelaskan kondisi keseharian masyarakat yang tinggal di kaki Gunung Bawakaraeng, tepatnya di Desa Lembanna adalah bertani.
Menurut Kink Kusuma Rein, masyarakat sibuk dengan mata pencahariannya setiap hari dengan menggarap lahannya, sehingga belum ada tokoh masyarakat yang mau menggantikan Tata Rasyid. Padahal kata Kink Kusuma Rein, para pendaki sangat membutuhkan adanya orang yang mengerti dan tahu betul tentang Gunung Bawakaraeng seperti almarhum Tata Rasyid.
“Seharusnya ada (pelanjut), cuma ketokohan masyarakat di Lembanna masih kurang, karena masyarakat banyak yang sibuk mengurus kebunnya dan memang seharusnya ada orang yang ditokohkan. Namun sampai sekarang belum ada yang memenuhi syarat,” kata Kink Kusuma Rein saat dihubungi Lontar.id pada Jumat, (29/3/2019) kemarin.
Meski Tata Rasyid meninggalkan 5 orang anaknya, namun kata Kink Kusuma Rein anak Tata Rasyid memang tidak berminat sebagai pendaki Gunung Bawakaraeng apalagi menjadi juru kuncinya. Sebab mereka sibuk dengan mengurus kebun miliknya, demikian juga dengan salah satu anaknya, Rudini.
Sementara waktu Tata Rasyid masih hidup, selain ia menjalani profesi sebagai petani, ia juga tekun mendaki gunung dan mengantar para pendaki yang memintanya untuk diantar sampai ke atas puncak.
“Nggak ada yang lanjutkan, Rudini lebih banyak di kebun. Almarhum Tata Rasyid selain berkebun ia juga mendaki. Kayaknya, nggak ada penerusnya dari keluarganya,” akunnnya
Kink Kusuma Rein mengaku pertama kali mengenal almarhum Tata Rasyid semenjak dirinya masih duduk di bangku sekolah, ia seringkali datang menemui Tata Rasyid. Berawal dari situ, Kink Kusuma Rein menjelaskan dirinya sudah merasa sebagai anaknya sendiri.
Bahkan saat Tata Rassyid sedang sakit, Kink Kusuma Rein lah yang membawanya ke Rumah Sakit Faisal di Makassar, ia datang menjenguk hingga di mengantar pulang ke Lembanna dan beberapa waktu kemudian Tata Rasyid menghembuskan napas terakhir di kampungnya.
“Saya kenal almarhum mulai saya SMP, bahkan anak pertamanya sebelum lahir, saya sudah di rumahnya. Jadi kalau dibilang dekat sudah seperti orang tua dan ia sangat peduli sekali dengan pendaki. Keluarga sampai sekarang masih menjalin hubungan baik dengan teman-teman pendaki dan mereka sering singgah di rumah almarhum,” tutupnya