Andai PSM menang tipis sekalipun tetap saja mengecewakan. Melawan klub dari Filipina Kaya FC, Juku Eja mestinya menunjukkan level sebagai raksasa di Asia Tenggara. Kalau memang performa PSM cuma mentok sampai di situ, bagimana ke depannya?
Lontar.id — Tak ada alasan bagi PSM untuk tidak mengamankan poin penuh kala menjamu tamunya, Kaya FC di Stadion Pakansari, Bogor, Selasa, (2/3/2019). Sudah tersingkir di Piala Presiden, recovery yang cukup, skuat terbaik sudah diturunkan, apa lagi?
Hasil imbang 1-1 yang direngkuh pada lanjutan AFC Cup sungguh membuat kecewa. Bukan apanya. Ini sudah mesti menjadi warning, sebab waktu tiga bulan bagi Darije Kalezic, pelatih PSM sudah cukup untuk mengukur kemampuan tim.
Di bawah arahan Kalezic, penampilan tim terbilang inkonsisten. Di stadion yang sama Pasukan Ramang sudah membantai Lao Toyota, 7-3. Kala itu Kalezic masih dibuat gusar oleh agenda Piala Presiden yang mengganggu konsentrasi dan fokus tim.
Sementara persiapan melawan Kaya FC, klub kebanggaan masyarakat Sulsel itu semestinya makin memberi hasil yang menjanjikan. Karena tak ada yang menghambat fokus Kalezic lagi. Namun yang terjadi sungguh jauh dari ekspektasi. Kehilangan poin sempurna di kandang sendiri seperti menjadi sebuah aib bagi tim sebagus PSM.
Apalagi lawannya berasal dari klub Filipina yang tak memiliki sejarah sepak bola di Asia Tenggara sebagaimana yang pernah ditorehkan PSM. Dilevel tim nasional, Filipina cuma jago di level senior. Itu pun setelah federasinya mengambil kebijakan untuk memperbanyak pemain naturalisasi di tim utama.
Ingat waktu Piala Tiger 2002 (sekarang Piala AFF) Indonesia pernah membantai Filipina 13-1. Kedua negara sama-sama murni dihuni armada lokal terbaik. Tak ada embel-embel naturalisasinya kala itu. Di level klub masa kini, PSM yang dinilai menjadi tim dengan kekuatan legiun impor terbaik seharusnya mampu menang mudah atas Kaya FC.
Kepada Kalezic, hasil imbang 1-1 sepatutnya menjadi peringatan keras. Ini bukan hanya soal mimpi-mimpi tim berprestasi di Asia. Namun hasil ini tentu akan memunculkan kekhawatiran dan spekulasi akan eksistensi tim di Liga 1 dan Piala Indonesia. Prestasi tim sangat bergantung padamu Kalezic. Soal memadukan pemain, 70 persen skuat yang ada, sudah berlatih sejak dua musim terakhir. Jadi hal itu semestinya bukan penghalang utama.
Seperti yang ditunjukkan oleh pendahulumu Robert Alberts, suporter tentu akan menuntut lebih.
Jalannya Laga
PSM berambisi meraih poin penuh. Menang melawan Kaya FC itu berarti memuat posisi PSM akan memuncaki klasemen sementara grup H, AFC Cup.
Bertanding di Stadion Pakansari, Kaya FC justru tak ingin ditekan oleh tuan rumah. Bahkan mereka justru mampu tampil dominan di awal laga. Sejumlah peluang PSM pun mampu dimentahkan.
PSM pun membuka kedudukan melalui penalti Eero Markkanen di menit ke-50. Skor 1-0.
Keunggulan Pasukan Ramang, justru membuat semangat Kaya FC kian terlecut. Sementara PSM tak mampu memanfaatkan keunggulan itu untuk tampil lebih agresif. Sebaliknya PSM tampil cukup monoton. Serangan mudah terbaca, salah passing juga sering dipertontonkan.
Permainan yang kurang padu akhirnya berbuah petaka. Di menit injury time babak kedua, Kaya mampu menciptakan skor lewat gol Marwin Angeles. Skor 1-1 pun menutup laga keduanya.