Jakarta, Lontar.id – PSM Makassar pada Rabu 17 April, akan menghadapi Kaya Iloilo di Filipina. Pertandingan ini dipastikan akan menarik, sebab beberapa waktu yang lalu, PSM ditahan imbang Kaya di Pakansari Bogor.
Pertandingan ini juga menjadi alarm untuk membangkitkan semangat, setelah Piala Presiden dilepaskan dan PSM telah mengambil waktu yang cukup untuk memilih pemain dan formasi yang terbaik.
Melawan Kaya sebelumnya, PSM bermain dengan cukup baik meski hasilnya mengecewakan tentu saja. Apa patokannya? Permainan PSM dalam menyerang begitu bergairah. Serangannya juga mematikan. Soal gol, itu lain hal. Untung-untungan.
Begitu kira-kira bahasa yang tepat untuk memaklumi seperti apa PSM. Ya, mau bagaimana lagi? Kita semua tidak punya pandangan yang logis soal mengapa seharusnya PSM bisa mengemas kemenangan besar pada laga sebelumnya.
Sekaranglah saatnya, sebaiknya kita harus mendorong Darije Kalezic untuk menunaikan kata-katanya. Waktu dan tempat sudah dipersilakan padanya. Janjinya sebelumnya akan memberi formasi yang terbaik, tetap ditunggu oleh para pendukung PSM.
Tidak ada kata yang bisa dikemukakan lagi, selain menang esok hari. Bukan apa, sebab jika kalah saja, maka langkah PSM akan semakin berat. Toh, Piala Indonesia juga mengimpitnya. Sebagai pelatih, Kalezic tentunya bingung dan berpikir lebih keras dari biasanya.
Apalagi PSM sudah tahu bagaimana pola permainan Kaya. Jika menghitung serangan PSM juga, sewaktu menghadapi Kaya sebelumnya, juga cukup banyak. PSm seharusnya bisa menang dan percaya diri kalau Pasukan Ramang bisa membungkam kekuatan anak-anak Filipina.
Jika besok adalah hari yang beruntung bagi PSM, maka kemenangan selanjutnya akan mudah dikejar. Pertandingan selanjutnya adalah melawan Lao Toyota. Klub dari Laos, loh.
Siapa sih Lao dari Laos itu? Urutan dengan timnas Indonesia kita saja, Laos masih di bawah. Masa iya sih harus kalah dari mereka? Lagi pula, para pendukung PSM sudah bisa melihat, bagaimana penampilan mereka sewaktu bermain di Pakansari.
Jika menang juga, ia bisa mengistirahatkan pemain intinya untuk melawan Bhayangkara selanjutnya. Bisa juga memasangnya lagi. Semuanya tergantung Darije sekarang. Laga apa yang penting. Masih menurut pendukung, keduanya sama bergengsinya.
Paling tidak, PSM juga sudah mengantongi kekuatan Bhayangkara yang pertandingannya belum diumumkan kapan, tetapi semifinal Piala Indonesia direncanakan akan dimulai pada 27 April sampai 5 Mei.
Soal kekuatan, Bhayangkara pada musim 2017 berhasil keluar sebagai jawara Liga 1. Sementara PSM Makassar berada di peringkat ketiga saat itu.
Berlanjut ke musim 2018, giliran Bhayangkara FC yang finish di peringkat ketiga. Sedangkan PSM Makassar berada di peringkat kedua.
Meski begitu, PSM masih bisa bernapas lega kok kalau berhadapan dengan Bhayangkara. Bukan memandang enteng, namun melihat sejarah yakni, saat PSM berhasil menang tiga kali, dan Bhayangkara hanya mampu imbang sekali.
Jika mau dianggap berbeda, yang berbeda cuma pelatihnya yaitu, jika dulu ada Robert Alberts dan Simon McMenemy, sekarang ada wajah Alfredo Vera dan Darije Kalezic.
Atas dua pandangan di atas. Tidak ada alasan lagi buat PSM untuk tidak merengkuh gelar atau paling tidak menang pada sisa pertandingan, jika melihatnya dari kursi penonton. Soal berada di kursi bench, itu lain soal.
Toh, semua sudah dicoba. Darije sudah punya pilihan pemain terbaik juga skuat terbaik untuk bertarung di sisa laga. Tidak ada alasan lagi untuk menerima kekalahan. Jika pendukung marah dan menuntut, adalah sesuatu yang sah, sebab Darije sudah menjanjikan hal yang baik untuk PSM.
Kompetisi kelas gurem sudah sirna. PSM mengikhlaskan pialanya pada klub lain. Demi apa, Darije permisif sekali pada anak-anak muda dalam skuatnya, kalau merekalah yang sebaiknya mengisi pertandingan yang ia ikhlaskan itu. Alasannya begitu. Entah kalau skuatnya memang lemah.
Sekali lagi, PSM bukan Barcelona yang sering dapat piala. Jangan pilih-pilih laga lagi. Sebab, kedua kompetisi yang berhadapan dengan PSM, keduanya penting. Kecuali PSM menggap dirinya Barcelona dan punya banyak piala, itu lain soal.